Perhatian!!!
Banyak adegan kekerasan di bab ini, mohon bijak dalam membaca, ini hanya sekedar untuk hiburan 🙏
Senyuman terus menghiasi wajah pasangan suami istri ini, mulai dari mereka menaiki mobil meninggalkan rumah sakit, bahkan hingga kini mereka sudah berada di dalam kamar.
Setelah membersihkan diri, Deffin dan Azkia menikmati waktu santai mereka dengan duduk di sofa, dengan posisi Azkia yang tiduran dan menggunakan paha Deffin sebagai bantal."Aku berharap setelah ini tidak akan ada lagi orang yang mengganggu rumah tangga kita," ujar Deffin seraya membelai rambut panjang Azkia.
"Iya, aku pun juga berharap begitu, aku sangat mencintaimu," sahut Azkia seraya memeluk pinggang Deffin.
"Aku lebih mencintaimu," balas Deffin tidak mau kalah.
Kemudian Azkia bangun dari tiduran ternyaman nya, dia kini beralih duduk di pangkuan Deffin, lalu kemudian tangannya bergelayut manja di pundak Deffin, dengan pelan ia mendekatka
Setelah puas mengejek Erwin, Roy semakin tergelak ketika Erwin memutuskan sambungan video itu secara sepihak, lalu tawa Roy sirna dan berganti dengan desahan napas lelah, ternyata tidak mudah membuat ekspresi pura-pura sedang bahagia di depan orang, apalagi selama ini wajah datar terlalu mendominasi kesehariannya."Apa yang sedang kau tertawa kan?!" tanya Elma galak, sambil memicingkan mata curiga di tengah rasa kantuknya, Elma sedikit kesal karena Roy telah mengganggu tidur nyenyak nya."Kamu terbangun?" tanya Roy gelagapan sambil meringis tidak enak. "Maaf, jika aku terlalu kencang tertawa, aku sedang menonton video lucu, aku belum bisa tidur sebab mandi malam," jelas Roy yang tidak sepenuhnya berbohong.Roy segera menyibakkan selimut yang menutupi badannya, rasa dingin karena suasana malam hari dan juga air dingin yang mengguyur tubuhnya ketika mandi tadi, membuat Roy harus menggunakan sweater dan juga selimut tebal untuk menutupi badannya.Roy memakai
Setelah menghabiskan waktu seharian dengan penuh cinta, kini Deffin dan Azkia sedang duduk di tepi ranjang, dan sekarang waktunya Azkia mengambil kesempatan meminta sesuatu kepada Deffin, karena suasana hati Deffin yang sedang sangat baik, sudah pasti Deffin akan mengabulkan semua keinginannya."Sayang, besok kita ke KF Land ya?!" pinta Azkia penuh harap."Tidak mau!" tolak Deffin tegas. Mereka baru saja melewati hari-hari menegangkan, Deffin masih sedikit trauma dengan kejadian yang hampir memisahkan mereka berdua, dia tidak ingin Azkia keluar rumah lagi, jika saja kemarin bukan karena menjenguk Jessie di rumah sakit, Deffin sudah pasti melarang Azkia keluar sejak malam menegangkan itu berakhir."Sayang," Azkia langsung menggunakan senjata wajah melasnya untuk merayu Deffin, namun Deffin tetap keras kepala menolak permintaannya. Jika saja Deffin seperti para suami lainnya yang pasti akan menuruti permintaan istrinya dengan alasan ngidam, pasti itu akan sangat m
Suara tawa bahagia anak-anak panti bagaikan alunan lagu yang indah bagi Azkia, mereka saling berkejaran satu sama lain, menuju area wahana bermain, seolah-olah tidak pernah ada beban hidup menghampiri mereka, padahal mereka tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua.Azkia yang juga pernah merasakan kehilangan kasih sayang orang tua semenjak ibunya meninggal, membuatnya sangat mengerti apa yang mereka rasakan, untuk itu Azkia akan selalu mencoba mengurangi rasa sedih mereka dengan memberikan hal-hal kecil seperti mengajak mereka ke wahana bermain.Deffin yang berjalan di samping Azkia, langsung menggenggam tangan Azkia ketika melihat wajah sendu milik istrinya."Apakah kasih sayang yang kuberikan masih kurang, hingga kamu masih memasang wajah memelas seperti ini?" tanya Deffin sedikit kesal, inilah alasan mengapa Deffin malas diajak ke tempat wahana bermain, Deffin kesal karena selalu melihat wajah sedih istrinya.
Setelah kepergian bus yang membawa anak-anak kembali pulang ke panti asuhan, kini ketiga pasangan itu menaiki mobil masing-masing, sedangkan Erwin tentu menjadi sopir Deffin dan Azkia."Sekarang kita akan ke mana lagi?" tanya Deffin lembut seraya mengusap rambut Azkia, sesekali Deffin juga mencium pipi Azkia.Azkia yang bersandar manja sambil memeluk Deffin, berpura-pura sedang memikirkan tempat ke mana tujuan mereka selanjutnya, padahal dia sudah merencanakan tempat yang ingin dia kunjungi"Aku ingin ke mall, Sayang. Sudah lama aku tidak pernah pergi ke mall bersama teman perempuan," ujar Azkia antusias. Setelah di pikir-pikir, terakhir Azkia pergi ke mall bersama temannya yaitu di zaman dia masih kuliah, dan temannya sudah pasti adalah Elma.Semenjak menghilangnya Elma, tidak ada teman yang menyenangkan seperti Elma, semua teman kerjanya dulu, hanya melihat penampilan dan isi dompet saja, jika menarik dan royal, sudah pasti mereka mau mendekat dan
Hari yang ditunggu Sekretaris Roy telah tiba, demi kelancaran rencananya, Roy bahkan menyiapkan koper miliknya dan Elma ketika Elma sudah tidur, karena cuti bulan madunya ini memang sengaja ia rahasiakan dari semua orang, termasuk kepada Elma yang notabenenya istrinya sendiri.Bukan tanpa alasan, jika ia memberi tahu Elma, sudah pasti bulan madunya akan gagal, karena Elma pasti akan cerita kepada Azkia, dan sudah dapat dipastikan jika tuan mudanya itu tidak akan memberikan kebebasan saat mereka menikmati bulan madu, akan selalu ada gangguan yang datang dari Deffin, mengingat dia orang yang menyebalkan, oleh karena itu Roy sudah mempersiapkan segalanya secara matang.Waktu masih menunjukkan pukul empat pagi, seseorang telah mengetuk pintu apartemennya. Roy yang sedang berjaga sambil duduk di sofa langsung berdiri menyambut kedatangan orang yang ditunggunya tersebut.Setelah pintu terbuka, di hadapan Roy berdiri seorang le
Jika Roy melewati harinya dengan penuh cinta, maka berbeda dengan Deffin yang dibuat kesal semenjak hari kemarin, dan kurang ajarnya penyebabnya adalah ulah sekretarisnya sendiri, orang yang sangat ia percayai malah mampu berbuat kurang ajar seperti ini.Selain kepergian Roy yang tanpa pamit, dan menolak semua pekerjaan yang ia berikan, lalu dengan mudahnya sekretarisnya itu melimpahkan pekerjaannya kepada orang baru, orang yang sama sekali tidak Deffin ketahui.Siapakah sekretaris sementara yang mempunyai kemampuan tidak kalah hebat dengan Roy?Beberapa menit sebelum Brian menelpon Roy.Deffin sibuk memeriksa berkas sambil terus menggerutu, terkadang umpatan pun keluar dari bibirnya untuk sekretaris kurang ajar tersebut, mungkin Roy akan tersedak jika dia sedang minum, dan Deffin akan tertawa jika hal itu benar terjadi."Di mana laporan dari PT Excelcomindo?" gumam Deffin sambil
Deffin yang baru mendapatkan kesadarannya kembali, dengan cepat ingin mengatakan sesuatu, namun sayangnya Azkia sudah pergi terlebih dahulu."Brengsek!" umpatnya marah kepada wanita di sampingnya, ingin rasanya dia menembak kepala Megan saat itu juga, namun mengingat Azkia yang salah paham dan dalam keadaan hamil, Deffin tidak ingin mengulur waktu lagi untuk segera mengejar Azkia, Deffin sangat khawatir jika sampai terjadi apa-apa dengan istri tercintanya tersebut."Maaf, Tuan," ujar Megan sambil menunduk.Deffin tidak mempedulikan permintaan maaf Megan, dengan sedikit kesusahan ketika berdiri karena rasa perih dan panas yang masih menjalar di pahanya, Deffin tetap melanjutkan langkahnya meski harus tertatih."Kau! urus semuanya, jika perlu tembak saja kepalanya!" perintah Deffin ditujukan kepada Brian yang sigap mengiyakan perintahnya.Deffin terus berjalan sambil mengumpat, dia yakin jika Azkia pasti sudah sampai di lantai bawah, dan itu membuatn
Bagaikan tak pernah ada badai yang menerpa, pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, di mana Azkia membuka matanya dengan masih dalam pelukan suaminya. Posisi Azkia membelakangi Deffin, lalu tidak lama kemudian, Azkia merasakan tangan yang berada di atas paha Azkia, kini mulai merambat di perut Azkia yang membuncit itu, mengusapnya pelan sebagai ucapan selamat pagi kepada si anak dalam perut.Azkia awalnya tersenyum, namun di detik kemudian, ingatannya tentang kejadian kemarin menghantam otaknya, dengan sekali gerakan Azkia berhasil membuat Deffin memeluk udara."Sayang!" protes Deffin dengan suara serak khas bangun tidur."Aku masih marah dengan kejadian kemarin!" jawab Azkia ketus. "Jika bukan karena anakmu yang meminta dipeluk semalam, aku tidak akan ada di kamar ini," lanjutnya dengan tetap menyembunyikan rasa malunya. Dalam hati Azkia merutuki kebodohannya, bagaimana bisa Azkia tidak bangun terlebih dahulu, hingga keadaannya berakhir seperti ini."Ayol