Setelah menghabiskan waktu seharian dengan penuh cinta, kini Deffin dan Azkia sedang duduk di tepi ranjang, dan sekarang waktunya Azkia mengambil kesempatan meminta sesuatu kepada Deffin, karena suasana hati Deffin yang sedang sangat baik, sudah pasti Deffin akan mengabulkan semua keinginannya.
"Sayang, besok kita ke KF Land ya?!" pinta Azkia penuh harap.
"Tidak mau!" tolak Deffin tegas. Mereka baru saja melewati hari-hari menegangkan, Deffin masih sedikit trauma dengan kejadian yang hampir memisahkan mereka berdua, dia tidak ingin Azkia keluar rumah lagi, jika saja kemarin bukan karena menjenguk Jessie di rumah sakit, Deffin sudah pasti melarang Azkia keluar sejak malam menegangkan itu berakhir.
"Sayang," Azkia langsung menggunakan senjata wajah melasnya untuk merayu Deffin, namun Deffin tetap keras kepala menolak permintaannya. Jika saja Deffin seperti para suami lainnya yang pasti akan menuruti permintaan istrinya dengan alasan ngidam, pasti itu akan sangat m
Suara tawa bahagia anak-anak panti bagaikan alunan lagu yang indah bagi Azkia, mereka saling berkejaran satu sama lain, menuju area wahana bermain, seolah-olah tidak pernah ada beban hidup menghampiri mereka, padahal mereka tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua.Azkia yang juga pernah merasakan kehilangan kasih sayang orang tua semenjak ibunya meninggal, membuatnya sangat mengerti apa yang mereka rasakan, untuk itu Azkia akan selalu mencoba mengurangi rasa sedih mereka dengan memberikan hal-hal kecil seperti mengajak mereka ke wahana bermain.Deffin yang berjalan di samping Azkia, langsung menggenggam tangan Azkia ketika melihat wajah sendu milik istrinya."Apakah kasih sayang yang kuberikan masih kurang, hingga kamu masih memasang wajah memelas seperti ini?" tanya Deffin sedikit kesal, inilah alasan mengapa Deffin malas diajak ke tempat wahana bermain, Deffin kesal karena selalu melihat wajah sedih istrinya.
Setelah kepergian bus yang membawa anak-anak kembali pulang ke panti asuhan, kini ketiga pasangan itu menaiki mobil masing-masing, sedangkan Erwin tentu menjadi sopir Deffin dan Azkia."Sekarang kita akan ke mana lagi?" tanya Deffin lembut seraya mengusap rambut Azkia, sesekali Deffin juga mencium pipi Azkia.Azkia yang bersandar manja sambil memeluk Deffin, berpura-pura sedang memikirkan tempat ke mana tujuan mereka selanjutnya, padahal dia sudah merencanakan tempat yang ingin dia kunjungi"Aku ingin ke mall, Sayang. Sudah lama aku tidak pernah pergi ke mall bersama teman perempuan," ujar Azkia antusias. Setelah di pikir-pikir, terakhir Azkia pergi ke mall bersama temannya yaitu di zaman dia masih kuliah, dan temannya sudah pasti adalah Elma.Semenjak menghilangnya Elma, tidak ada teman yang menyenangkan seperti Elma, semua teman kerjanya dulu, hanya melihat penampilan dan isi dompet saja, jika menarik dan royal, sudah pasti mereka mau mendekat dan
Hari yang ditunggu Sekretaris Roy telah tiba, demi kelancaran rencananya, Roy bahkan menyiapkan koper miliknya dan Elma ketika Elma sudah tidur, karena cuti bulan madunya ini memang sengaja ia rahasiakan dari semua orang, termasuk kepada Elma yang notabenenya istrinya sendiri.Bukan tanpa alasan, jika ia memberi tahu Elma, sudah pasti bulan madunya akan gagal, karena Elma pasti akan cerita kepada Azkia, dan sudah dapat dipastikan jika tuan mudanya itu tidak akan memberikan kebebasan saat mereka menikmati bulan madu, akan selalu ada gangguan yang datang dari Deffin, mengingat dia orang yang menyebalkan, oleh karena itu Roy sudah mempersiapkan segalanya secara matang.Waktu masih menunjukkan pukul empat pagi, seseorang telah mengetuk pintu apartemennya. Roy yang sedang berjaga sambil duduk di sofa langsung berdiri menyambut kedatangan orang yang ditunggunya tersebut.Setelah pintu terbuka, di hadapan Roy berdiri seorang le
Jika Roy melewati harinya dengan penuh cinta, maka berbeda dengan Deffin yang dibuat kesal semenjak hari kemarin, dan kurang ajarnya penyebabnya adalah ulah sekretarisnya sendiri, orang yang sangat ia percayai malah mampu berbuat kurang ajar seperti ini.Selain kepergian Roy yang tanpa pamit, dan menolak semua pekerjaan yang ia berikan, lalu dengan mudahnya sekretarisnya itu melimpahkan pekerjaannya kepada orang baru, orang yang sama sekali tidak Deffin ketahui.Siapakah sekretaris sementara yang mempunyai kemampuan tidak kalah hebat dengan Roy?Beberapa menit sebelum Brian menelpon Roy.Deffin sibuk memeriksa berkas sambil terus menggerutu, terkadang umpatan pun keluar dari bibirnya untuk sekretaris kurang ajar tersebut, mungkin Roy akan tersedak jika dia sedang minum, dan Deffin akan tertawa jika hal itu benar terjadi."Di mana laporan dari PT Excelcomindo?" gumam Deffin sambil
Deffin yang baru mendapatkan kesadarannya kembali, dengan cepat ingin mengatakan sesuatu, namun sayangnya Azkia sudah pergi terlebih dahulu."Brengsek!" umpatnya marah kepada wanita di sampingnya, ingin rasanya dia menembak kepala Megan saat itu juga, namun mengingat Azkia yang salah paham dan dalam keadaan hamil, Deffin tidak ingin mengulur waktu lagi untuk segera mengejar Azkia, Deffin sangat khawatir jika sampai terjadi apa-apa dengan istri tercintanya tersebut."Maaf, Tuan," ujar Megan sambil menunduk.Deffin tidak mempedulikan permintaan maaf Megan, dengan sedikit kesusahan ketika berdiri karena rasa perih dan panas yang masih menjalar di pahanya, Deffin tetap melanjutkan langkahnya meski harus tertatih."Kau! urus semuanya, jika perlu tembak saja kepalanya!" perintah Deffin ditujukan kepada Brian yang sigap mengiyakan perintahnya.Deffin terus berjalan sambil mengumpat, dia yakin jika Azkia pasti sudah sampai di lantai bawah, dan itu membuatn
Bagaikan tak pernah ada badai yang menerpa, pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, di mana Azkia membuka matanya dengan masih dalam pelukan suaminya. Posisi Azkia membelakangi Deffin, lalu tidak lama kemudian, Azkia merasakan tangan yang berada di atas paha Azkia, kini mulai merambat di perut Azkia yang membuncit itu, mengusapnya pelan sebagai ucapan selamat pagi kepada si anak dalam perut.Azkia awalnya tersenyum, namun di detik kemudian, ingatannya tentang kejadian kemarin menghantam otaknya, dengan sekali gerakan Azkia berhasil membuat Deffin memeluk udara."Sayang!" protes Deffin dengan suara serak khas bangun tidur."Aku masih marah dengan kejadian kemarin!" jawab Azkia ketus. "Jika bukan karena anakmu yang meminta dipeluk semalam, aku tidak akan ada di kamar ini," lanjutnya dengan tetap menyembunyikan rasa malunya. Dalam hati Azkia merutuki kebodohannya, bagaimana bisa Azkia tidak bangun terlebih dahulu, hingga keadaannya berakhir seperti ini."Ayol
Beberapa bulan kemudian.Kandungan Azkia sudah memasuki usia sembilan bulan, semakin besar perut Azkia, maka semakin besar pula rasa cemas dan kekhawatiran Deffin. Ada rasa ngilu di hati Deffin ketika mendengar Azkia mengeluh di bagian pinggangnya, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan Azkia membuat Deffin meminta Azkia agar melakukan operasi caesar saja.Namun Azkia jelas menolak usulan itu, dia ingin lahiran secara normal, jika Azkia sudah bersikeras seperti itu, maka Deffin hanya bisa terpaksa menyetujuinya. Meski setiap hari Deffin harus dibuat senam jantung akibat kontraksi palsu yang dirasakan Azkia, namun demi istri tercintanya, Deffin harus menahan kuat-kuat rasa paniknya, dia ingin Azkia hanya memandangnya sebagai suami yang siaga, Deffin tidak ingin Azkia melihat kepanikan yang ia rasakan.Sore ini Deffin dan Azkia yang berada di balkon kamarnya, masih memperdebatkan kedatangan mereka di acara resepsi pernikahan Arnold dan Jessie. Deffin yang menolak h
Pagi ini seperti biasanya, Deffin sedang menemani Azkia jalan-jalan pagi di sekitar taman yang berada di samping rumahnya. Udara pagi yang segar memberi ketenangan sendiri bagi ibu hamil itu, apalagi selalu ditemani oleh suami tercintanya."Sayang, kita sarapan di sana ya?" Azkia menunjuk gazebo yang tidak jauh dari tempat mereka berada."Sesuai keinginanmu," sahut Deffin seraya tersenyum.Erwin yang berada tidak jauh dari mereka berdiri, segera membalikkan badannya tanpa diberi perintah, dia akan memberi instruksi kepada bawahannya untuk mempersiapkan sarapan di gazebo yang berada di taman samping rumah.Tidak membutuhkan waktu yang lama, menu sarapan telah terhidang di atas meja kecil yang telah disediakan. Azkia dan Deffin menikmati sarapannya dengan duduk bersila dan saling berhadapan, terselip obrolan ringan serta senyuman yang pastinya membuat orang iri dengan kemesraan mereka.Hingga sandwich itu telah habis, dan Azkia ingin segera kembali k