Setelah kepergian bus yang membawa anak-anak kembali pulang ke panti asuhan, kini ketiga pasangan itu menaiki mobil masing-masing, sedangkan Erwin tentu menjadi sopir Deffin dan Azkia.
"Sekarang kita akan ke mana lagi?" tanya Deffin lembut seraya mengusap rambut Azkia, sesekali Deffin juga mencium pipi Azkia.
Azkia yang bersandar manja sambil memeluk Deffin, berpura-pura sedang memikirkan tempat ke mana tujuan mereka selanjutnya, padahal dia sudah merencanakan tempat yang ingin dia kunjungi
"Aku ingin ke mall, Sayang. Sudah lama aku tidak pernah pergi ke mall bersama teman perempuan," ujar Azkia antusias. Setelah di pikir-pikir, terakhir Azkia pergi ke mall bersama temannya yaitu di zaman dia masih kuliah, dan temannya sudah pasti adalah Elma.
Semenjak menghilangnya Elma, tidak ada teman yang menyenangkan seperti Elma, semua teman kerjanya dulu, hanya melihat penampilan dan isi dompet saja, jika menarik dan royal, sudah pasti mereka mau mendekat dan
Hari yang ditunggu Sekretaris Roy telah tiba, demi kelancaran rencananya, Roy bahkan menyiapkan koper miliknya dan Elma ketika Elma sudah tidur, karena cuti bulan madunya ini memang sengaja ia rahasiakan dari semua orang, termasuk kepada Elma yang notabenenya istrinya sendiri.Bukan tanpa alasan, jika ia memberi tahu Elma, sudah pasti bulan madunya akan gagal, karena Elma pasti akan cerita kepada Azkia, dan sudah dapat dipastikan jika tuan mudanya itu tidak akan memberikan kebebasan saat mereka menikmati bulan madu, akan selalu ada gangguan yang datang dari Deffin, mengingat dia orang yang menyebalkan, oleh karena itu Roy sudah mempersiapkan segalanya secara matang.Waktu masih menunjukkan pukul empat pagi, seseorang telah mengetuk pintu apartemennya. Roy yang sedang berjaga sambil duduk di sofa langsung berdiri menyambut kedatangan orang yang ditunggunya tersebut.Setelah pintu terbuka, di hadapan Roy berdiri seorang le
Jika Roy melewati harinya dengan penuh cinta, maka berbeda dengan Deffin yang dibuat kesal semenjak hari kemarin, dan kurang ajarnya penyebabnya adalah ulah sekretarisnya sendiri, orang yang sangat ia percayai malah mampu berbuat kurang ajar seperti ini.Selain kepergian Roy yang tanpa pamit, dan menolak semua pekerjaan yang ia berikan, lalu dengan mudahnya sekretarisnya itu melimpahkan pekerjaannya kepada orang baru, orang yang sama sekali tidak Deffin ketahui.Siapakah sekretaris sementara yang mempunyai kemampuan tidak kalah hebat dengan Roy?Beberapa menit sebelum Brian menelpon Roy.Deffin sibuk memeriksa berkas sambil terus menggerutu, terkadang umpatan pun keluar dari bibirnya untuk sekretaris kurang ajar tersebut, mungkin Roy akan tersedak jika dia sedang minum, dan Deffin akan tertawa jika hal itu benar terjadi."Di mana laporan dari PT Excelcomindo?" gumam Deffin sambil
Deffin yang baru mendapatkan kesadarannya kembali, dengan cepat ingin mengatakan sesuatu, namun sayangnya Azkia sudah pergi terlebih dahulu."Brengsek!" umpatnya marah kepada wanita di sampingnya, ingin rasanya dia menembak kepala Megan saat itu juga, namun mengingat Azkia yang salah paham dan dalam keadaan hamil, Deffin tidak ingin mengulur waktu lagi untuk segera mengejar Azkia, Deffin sangat khawatir jika sampai terjadi apa-apa dengan istri tercintanya tersebut."Maaf, Tuan," ujar Megan sambil menunduk.Deffin tidak mempedulikan permintaan maaf Megan, dengan sedikit kesusahan ketika berdiri karena rasa perih dan panas yang masih menjalar di pahanya, Deffin tetap melanjutkan langkahnya meski harus tertatih."Kau! urus semuanya, jika perlu tembak saja kepalanya!" perintah Deffin ditujukan kepada Brian yang sigap mengiyakan perintahnya.Deffin terus berjalan sambil mengumpat, dia yakin jika Azkia pasti sudah sampai di lantai bawah, dan itu membuatn
Bagaikan tak pernah ada badai yang menerpa, pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, di mana Azkia membuka matanya dengan masih dalam pelukan suaminya. Posisi Azkia membelakangi Deffin, lalu tidak lama kemudian, Azkia merasakan tangan yang berada di atas paha Azkia, kini mulai merambat di perut Azkia yang membuncit itu, mengusapnya pelan sebagai ucapan selamat pagi kepada si anak dalam perut.Azkia awalnya tersenyum, namun di detik kemudian, ingatannya tentang kejadian kemarin menghantam otaknya, dengan sekali gerakan Azkia berhasil membuat Deffin memeluk udara."Sayang!" protes Deffin dengan suara serak khas bangun tidur."Aku masih marah dengan kejadian kemarin!" jawab Azkia ketus. "Jika bukan karena anakmu yang meminta dipeluk semalam, aku tidak akan ada di kamar ini," lanjutnya dengan tetap menyembunyikan rasa malunya. Dalam hati Azkia merutuki kebodohannya, bagaimana bisa Azkia tidak bangun terlebih dahulu, hingga keadaannya berakhir seperti ini."Ayol
Beberapa bulan kemudian.Kandungan Azkia sudah memasuki usia sembilan bulan, semakin besar perut Azkia, maka semakin besar pula rasa cemas dan kekhawatiran Deffin. Ada rasa ngilu di hati Deffin ketika mendengar Azkia mengeluh di bagian pinggangnya, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan Azkia membuat Deffin meminta Azkia agar melakukan operasi caesar saja.Namun Azkia jelas menolak usulan itu, dia ingin lahiran secara normal, jika Azkia sudah bersikeras seperti itu, maka Deffin hanya bisa terpaksa menyetujuinya. Meski setiap hari Deffin harus dibuat senam jantung akibat kontraksi palsu yang dirasakan Azkia, namun demi istri tercintanya, Deffin harus menahan kuat-kuat rasa paniknya, dia ingin Azkia hanya memandangnya sebagai suami yang siaga, Deffin tidak ingin Azkia melihat kepanikan yang ia rasakan.Sore ini Deffin dan Azkia yang berada di balkon kamarnya, masih memperdebatkan kedatangan mereka di acara resepsi pernikahan Arnold dan Jessie. Deffin yang menolak h
Pagi ini seperti biasanya, Deffin sedang menemani Azkia jalan-jalan pagi di sekitar taman yang berada di samping rumahnya. Udara pagi yang segar memberi ketenangan sendiri bagi ibu hamil itu, apalagi selalu ditemani oleh suami tercintanya."Sayang, kita sarapan di sana ya?" Azkia menunjuk gazebo yang tidak jauh dari tempat mereka berada."Sesuai keinginanmu," sahut Deffin seraya tersenyum.Erwin yang berada tidak jauh dari mereka berdiri, segera membalikkan badannya tanpa diberi perintah, dia akan memberi instruksi kepada bawahannya untuk mempersiapkan sarapan di gazebo yang berada di taman samping rumah.Tidak membutuhkan waktu yang lama, menu sarapan telah terhidang di atas meja kecil yang telah disediakan. Azkia dan Deffin menikmati sarapannya dengan duduk bersila dan saling berhadapan, terselip obrolan ringan serta senyuman yang pastinya membuat orang iri dengan kemesraan mereka.Hingga sandwich itu telah habis, dan Azkia ingin segera kembali k
Kabar Azkia melahirkan bukan hanya menghebohkan rumah utama milik Deffin Wirata, namun juga telah menghebohkan rumah Roy. Elma yang terlalu senang dengan kelahiran putra pertama Azkia tidak sabar untuk ingin segera melihatnya, namun kehamilannya telah membuat sedikit drama di pagi ini...Selain ngidam aneh istrinya, menurut Roy sekarang Elma juga semakin bertambah cerewet. Roy jadi menebak jika anak mereka kelak adalah perempuan, selain Elma suka berdandan, dia juga suka makan pedas, padahal keduanya itu bukan selera Elma.Roy bisa menebak seperti itu karena mengingat sepupunya yang pernah hamil dan mempunyai keanehan yang sama dengan istrinya. Roy tidak masalah dengan jenis kelaminnya, namun dia berdoa agar anaknya tidak se-cerewet ibunya, seperti sekarang..."Sayang, kalau mandi jangan seperti perempuan! Aku ingin segera melihat anak Azkia!" teriak Elma, entah yang sudah ke berapa kalinya.Wanita hamil dengan dandanan cukup menor itu mengerucutkan bibir
Ada yang bilang jika kita mempunyai bayi, kita akan tahu ketika jam sedang berputar, meskipun saat kita sedang tidur di malam hari, dan itu sekarang telah dirasakan Azkia dan Deffin. Setiap dua jam sekali Reynand akan menangis, entah itu meminta ASI, ataupun merasa tidak nyaman karena popoknya penuh.Selama satu bulan ini Azkia diam-diam selalu tersenyum geli ketika melihat Deffin bangun di tengah malam dan mengganti popok Reynand. Suami posesifnya itu selalu mengomel di pagi hari, hal itu wajar sebab Deffin merasa di nomor duakan, namun saat mengganti popok Reynand, hanya ada pancaran kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.Jika di pagi hari, Deffin akan terlihat sangat kesal dengan anaknya, dia tidak akan mau menggendong Reynand meski di waktu dia sudah pulang bekerja, itu Deffin anggap sebagai sikap protesnya. Azkia yang biasanya membantu memasangkan dasi, menyisir rambutnya, dan memasangkan sepatu untuknya, sekarang di pagi hari akan selalu sibuk mengurus Reyna