Hari penting bagi Sekretaris Roy dan Elma akhirnya tiba, ini akan jadi hari bersejarah bagi mereka berdua, oh ralat, ini akan jadi hari bersejarah buat semua orang. Di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan akan mewarnai hari ini.
Tidak seperti hari biasanya, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tapi Azkia belumlah bangun, dia masih tetap asyik memejamkan mata, sambil memeluk Deffin dengan erat. Sedangkan Deffin tentu dengan senang hati melanjutkan tidur karena dipeluk Azkia, dia bahkan tidak punya keinginan sama sekali untuk membangunkan Azkia.
Suara nada dering panggilan masuk dari ponsel milik Azkia, telah membuyarkan momen itu. Azkia dengan malas membuka matanya, lalu bangun dan mengambil ponselnya di atas nakas.
Azkia sedikit ragu untuk mengangkat telepon dari nomor asing, bukan hanya ragu, tapi dia juga takut jika itu adalah Mark. Dengan perasaan was-was Azkia akhirnya menerima panggilan itu, Azkia sadar jika dia tidak akan bisa menghindari Mark, Azki
Azkia sudah berada di dalam mobil milik Mark, saat ini dia sedang berpura-pura pingsan, mobil melesat jauh dari Los Angeles, dan sejauh itu pula, dua mobil lain mengikuti mereka dari belakang.Jika Deffin, Roy, dan Erwin berada di jarak cukup dekat dengan mobil Mark, maka Jessie dan Arnold kini langsung mengambil jalan pintas untuk lebih cepat sampai di mana tempat tujuan Mark, beruntung Jessie segera mengetahui di mana lokasi itu berada.Mark lengah karena terlalu senang bisa mendapatkan Azkia, hingga dia tidak sadar jika mobilnya sudah diikuti sedari tadi. Mobil masuk ke dalam halaman di mana terdapat pintu gerbang yang sangat tinggi. Erwin langsung menghentikan mobilnya tidak jauh dari tempat itu."Erwin, beri dia siksaan terbaikmu, kamu tahu 'kan apa ganjaran untuk orang yang berani menyentuh Kia ku," ujar Deffin sambil mengepalkan tangannya kuat."Tentu saja, Tuan. Anda tidak perlu khawatir dengan masalah penyiksaan, serahkan semuanya kepada saya," u
Seorang lelaki duduk di kursi sambil memegang erat tangan seseorang wanita yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Air matanya terus menetes, seolah tidak khawatir akan kehabisan air mata. Sudah dua hari ini hanya itulah pekerjaannya, menanti mata wanitanya terbuka untuk mengomeli dirinya lagi.Arnold langsung menghapus air matanya ketika Jessie terlihat akan membuka matanya, dengan senyuman lebar dia menyambut Jessie yang baru bangun dari tidurnya."Sayang," panggil Arnold lembut."Ck, dasar bodoh! kenapa kamu belum pulang juga? sudah tahu aku baik-baik saja, tapi masih menungguiku seperti aku sedang sekarat saja," ujar Jessie kesal. Jessie kesal bukan karena tidak suka Arnold tetap setia menunggunya di rumah sakit, namun Jessie kesal karena Arnold menurutnya sangat terlalu berlebihan, Arnold sama sekali tidak pulang ke rumahnya, bahkan dia kini semakin posesif."Sayang, bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian di sini? kamu tidak tahu bagaimana
"Bagaimana keadaanmu, Jessie?" tanya Azkia sambil berjalan mendekat ke arah Jessie, Azkia menatap Jessie sedih, wanita yang biasanya tampak selalu energik kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit."Sudah jauh lebih baik, jadi jangan khawatir lagi, kasihan dia juga ikut stres karena ibunya banyak pikiran." Jessie mengusap perut Azkia dengan menggunakan salah satu tangannya yang bebas dari infus."Terima kasih banyak, Jessie." Mata Azkia berkaca-kaca, dia merasa sangat beruntung bisa bertemu wanita sebaik Jessie. "Dan juga tolong maafkan mereka yang selalu mencurigai dirimu, terutama Deffin, sudah banyak hal yang terjadi menimpa kami, hingga membuat Deffin sulit untuk mempercayai orang lain," lanjut Azkia."Tenang saja, aku tidak marah dengan sikap mereka, terutama suami posesifmu itu, aku sangat mengerti perasaan mereka. Hanya si bodoh itu saja yang terlalu berlebihan." Jessie melirik Arnold sinis."Sayang, apa yang kamu katakan?! wajar 'kan jika a
Perhatian!!!Banyak adegan kekerasan di bab ini, mohon bijak dalam membaca, ini hanya sekedar untuk hiburan 🙏Senyuman terus menghiasi wajah pasangan suami istri ini, mulai dari mereka menaiki mobil meninggalkan rumah sakit, bahkan hingga kini mereka sudah berada di dalam kamar.Setelah membersihkan diri, Deffin dan Azkia menikmati waktu santai mereka dengan duduk di sofa, dengan posisi Azkia yang tiduran dan menggunakan paha Deffin sebagai bantal."Aku berharap setelah ini tidak akan ada lagi orang yang mengganggu rumah tangga kita," ujar Deffin seraya membelai rambut panjang Azkia."Iya, aku pun juga berharap begitu, aku sangat mencintaimu," sahut Azkia seraya memeluk pinggang Deffin."Aku lebih mencintaimu," balas Deffin tidak mau kalah.Kemudian Azkia bangun dari tiduran ternyaman nya, dia kini beralih duduk di pangkuan Deffin, lalu kemudian tangannya bergelayut manja di pundak Deffin, dengan pelan ia mendekatka
Setelah puas mengejek Erwin, Roy semakin tergelak ketika Erwin memutuskan sambungan video itu secara sepihak, lalu tawa Roy sirna dan berganti dengan desahan napas lelah, ternyata tidak mudah membuat ekspresi pura-pura sedang bahagia di depan orang, apalagi selama ini wajah datar terlalu mendominasi kesehariannya."Apa yang sedang kau tertawa kan?!" tanya Elma galak, sambil memicingkan mata curiga di tengah rasa kantuknya, Elma sedikit kesal karena Roy telah mengganggu tidur nyenyak nya."Kamu terbangun?" tanya Roy gelagapan sambil meringis tidak enak. "Maaf, jika aku terlalu kencang tertawa, aku sedang menonton video lucu, aku belum bisa tidur sebab mandi malam," jelas Roy yang tidak sepenuhnya berbohong.Roy segera menyibakkan selimut yang menutupi badannya, rasa dingin karena suasana malam hari dan juga air dingin yang mengguyur tubuhnya ketika mandi tadi, membuat Roy harus menggunakan sweater dan juga selimut tebal untuk menutupi badannya.Roy memakai
Setelah menghabiskan waktu seharian dengan penuh cinta, kini Deffin dan Azkia sedang duduk di tepi ranjang, dan sekarang waktunya Azkia mengambil kesempatan meminta sesuatu kepada Deffin, karena suasana hati Deffin yang sedang sangat baik, sudah pasti Deffin akan mengabulkan semua keinginannya."Sayang, besok kita ke KF Land ya?!" pinta Azkia penuh harap."Tidak mau!" tolak Deffin tegas. Mereka baru saja melewati hari-hari menegangkan, Deffin masih sedikit trauma dengan kejadian yang hampir memisahkan mereka berdua, dia tidak ingin Azkia keluar rumah lagi, jika saja kemarin bukan karena menjenguk Jessie di rumah sakit, Deffin sudah pasti melarang Azkia keluar sejak malam menegangkan itu berakhir."Sayang," Azkia langsung menggunakan senjata wajah melasnya untuk merayu Deffin, namun Deffin tetap keras kepala menolak permintaannya. Jika saja Deffin seperti para suami lainnya yang pasti akan menuruti permintaan istrinya dengan alasan ngidam, pasti itu akan sangat m
Suara tawa bahagia anak-anak panti bagaikan alunan lagu yang indah bagi Azkia, mereka saling berkejaran satu sama lain, menuju area wahana bermain, seolah-olah tidak pernah ada beban hidup menghampiri mereka, padahal mereka tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua.Azkia yang juga pernah merasakan kehilangan kasih sayang orang tua semenjak ibunya meninggal, membuatnya sangat mengerti apa yang mereka rasakan, untuk itu Azkia akan selalu mencoba mengurangi rasa sedih mereka dengan memberikan hal-hal kecil seperti mengajak mereka ke wahana bermain.Deffin yang berjalan di samping Azkia, langsung menggenggam tangan Azkia ketika melihat wajah sendu milik istrinya."Apakah kasih sayang yang kuberikan masih kurang, hingga kamu masih memasang wajah memelas seperti ini?" tanya Deffin sedikit kesal, inilah alasan mengapa Deffin malas diajak ke tempat wahana bermain, Deffin kesal karena selalu melihat wajah sedih istrinya.
Setelah kepergian bus yang membawa anak-anak kembali pulang ke panti asuhan, kini ketiga pasangan itu menaiki mobil masing-masing, sedangkan Erwin tentu menjadi sopir Deffin dan Azkia."Sekarang kita akan ke mana lagi?" tanya Deffin lembut seraya mengusap rambut Azkia, sesekali Deffin juga mencium pipi Azkia.Azkia yang bersandar manja sambil memeluk Deffin, berpura-pura sedang memikirkan tempat ke mana tujuan mereka selanjutnya, padahal dia sudah merencanakan tempat yang ingin dia kunjungi"Aku ingin ke mall, Sayang. Sudah lama aku tidak pernah pergi ke mall bersama teman perempuan," ujar Azkia antusias. Setelah di pikir-pikir, terakhir Azkia pergi ke mall bersama temannya yaitu di zaman dia masih kuliah, dan temannya sudah pasti adalah Elma.Semenjak menghilangnya Elma, tidak ada teman yang menyenangkan seperti Elma, semua teman kerjanya dulu, hanya melihat penampilan dan isi dompet saja, jika menarik dan royal, sudah pasti mereka mau mendekat dan