Di ruang kerja itu perbincangan belum selesai, namun Azkia yang sudah pergi ke kamarnya jadi tidak mengetahui jika tiga orang itu memiliki perasaan yang sama bisa disebut juga sudah cinta mati kepadanya.
"Tapi aku takut kalau Arnold berbuat macam-macam kepada kia."
"Tuan, yang mencintai nona dengan tulus saya rasa bukan hanya Anda saja," Balas Roy dengan ekor matanya melirik Erwin.
"Saya rasa Arnold juga akan melakukan hal yang sama seperti Erwin, akan melakukan apapun demi kebahagiaan nona, dan di dalam hidupnya hanya akan takut jika dipisahkan atau dibenci oleh nona, jadi saya rasa Arnold tidak mungkin akan melakukan hal bodoh yang membuat nona membencinya."Roy berkata dengan santai tidak mempedulikan sama sekali sorot mata membunuh milik Erwin.
Sedangkan bik Mur hanya menggelengkan kepalanya melihat ketiga anak yang diasuhnya semenjak kecil."Baiklah, besok kita berangkat keluar negeri,
Lusa telah tiba.Sesuai rencana Azkia yang ingin mencari tahu tentang masa lalunya, kini Azkia sudah sampai di panti asuhan Burbank bersama bik Mur dan Erwin, ada sopir juga yang sekaligus merangkap menjadi mata-mata yang diutus Deffin.Awalnya Azkia bermain bersama anak-anak panti, sampai akhirnya dokter pribadinya datang, karena tidak ada jadwal praktek hari ini, sang dokter bersedia menemui Azkia di panti.Sang dokter yang juga seorang kakak dari ibu pengasuh panti, jadi beliau cukup tahu banyak cerita masa hidup Azkia, dia yang sama menganggap Azkia seperti putrinya sendiri maka selama ini dia selalu memberikan arahan demi kebaikan Azkia, termasuk melarang Deffin atau siapapun menceritakan tentang masa lalu Azkia.Kini mereka berlima sudah duduk di ruang tengah."Ada hal penting apa yang ingin Anda bicarakan Nona?" Tanya sang dokter."Aku ingin tahu semua tentang masa lalu ku," jawab Azkia tanpa basa-basi.Kompak semua tercengang,
Masih di malam yang sama.Azkia sedang tiduran, lamunannya tentang kejadian tadi yang membuatnya pingsan dibuyarkan dengan suara ponsel yang menandakan ada pesan masuk. Dia tidak segera merespon, pikirannya masih asyik berkelana."Semoga saja apa yang sudah aku pikirkan ini benar, bagaimana pun juga hanya hati yang bisa membedakan mana yang benar dan yang salah."Lalu bunyi pesan kedua membuatnya dengan malas mengambil ponsel yang berada di sampingnya, dia tercengang setelah membuka isi pesan dan foto yang dikirimkan orang yang sudah satu bulan ini tidak pernah menyerah mengajaknya bertemu, walaupun selalu dia abaikan."Maunya apa sih, tapi aku juga ingin tahu tentang masa laluku, baik aku akan menemuimu, tapi aku perlu mengirimkan foto ini kepada orang yang bersangkutan, apa reaksimu tuan menyebalkan," gumamnya.Azkia mengetikkan sesuatu beserta foto itu dengan senyum devil, ini adalah pembalasan karena Deffin tidak menghubunginya sama sekali, isi
Deffin yang langsung mendapat kabar ketika turun dari pesawat pribadi miliknya, langsung menyuruh Roy mengemudi dengan cepat menuju taman kota itu.Rasanya dia ingin sekali memaki Erwin, namun rasa takut jika Arnold melakukan kebodohan hingga membuat Azkia sakit kepala karena dipaksa mengingat kejadian masa lalu membuat rasa marah itu hanya terkumpul di dadanya.Setelah mobil sampai di parkiran, Deffin langsung turun dan berlari, dia sama sekali tidak mempedulikan Erwin yang sedang memberikan sambutan selamat datang kepadanya, fokusnya hanya melihat dua orang yang duduk berdampingan itu.Ingin sekali Deffin menghajar Arnold bahkan mungkin lebih parah dari yang dulu, tapi karena ada Azkia dia sekuat tenaga menahan semua rasa amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Namun tetap saja dia tidak bisa menutupi rasa kesalnya hingga dia berkata, "Azkia!!! Apa sekarang kau sedang membalasku dengan berselingkuh," ujar Deffin bersungut-sungut.Sontak kedua or
Biasanya ruang makan ini penuh dengan suasana kehangatan, namun tidak dengan malam ini, Deffin tidak bisa menutupi rasa gelisahnya, wajah Deffin tampak murung, sehingga membuat Azkia tidak nyaman melihatnya."Sepertinya aku harus menyelesaikan masalah ini dengan segera, maaf mungkin aku sedikit keras kepala, tapi ini demi kebaikan kita semua untuk kedepannya," batin Azkia."Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus jujur mengatakan semuanya malam ini? Tapi aku takut melihat Kia nanti pasti kesakitan karena mencoba memaksa mengingat semua yang aku ceritakan nanti," batin Deffin.Setelah makan malam selesai, Deffin yang biasanya melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai di ruang kerjanya, namun tidak dengan hari ini, hatinya sedang kacau hingga dia mengikuti Azkia masuk ke dalam kamar.Azkia yang sudah duduk di tepi ranjang membuka suaranya ketika melihat Deffin yang sudah berdiri di hadapannya."Sayang, apa kamu tidak ingin mengatakan sesua
Azkia yang sudah pergi pagi-pagi buta, kini berada di dalam mobil, dia hanya minta ditemani dua pengawal saja, hanya antisipasi agar tidak ada kesalahan pahaman yang terjadi kedepannya.Bahkan pengawal itu dibiarkan mengawasi dari jarak dekat, waktu yang ditempuh Azkia cukup jauh, hingga pikirannya bisa berkelana memikirkan tentang mimpinya semalam.Sangat jelas bayangan kejadian kecelakaan beberapa tahun lalu yang membuatnya hilang ingatan.****************Pagi yang cerah, dua anak manusia ini asyik mengobrol di taman belakang panti, anak laki-laki yang duduk di bangku kelas 3 SMA itu tidak bosan membuat jengkel anak perempuan yang masih duduk di kelas 2 SMP."Ish! Kak, aku hanya berteman dengan mereka, kenapa kamu mengancam semua temanku, sekarang aku jadi tidak punya teman di sekolah," ujar Azkia dengan cemberut.Kini hanya ada sedikit anak perempuan yang mau berteman dengan Azkia, karena ini semua ulah Deffin."Aku hanya menganca
Berita pingsannya Azkia membuat heboh seluruh kota ini, ralat bahkan mungkin seluruh negeri ini.Deffin yang mendapat kabar dari pengawal bahwa Azkia pingsan dan di bawa ke rumah sakit miliknya. Tanpa pikir panjang langsung berlari, bahkan dia tidak mempedulikan penampilannya, piyama tidur masih melekat di tubuhnya, bahkan rambutnya acak-acakan.Baru teringat belum cuci muka dia langsung menuju dapur untuk cuci muka, kebetulan ada Erwin di sana, dia langsung memberikan perintah."Telepon Roy untuk datang ke rumah sakit, dan jangan lupa siapkan anak buahmu juga, mungkin kita akan memerlukannya.""Memangnya ada apa Tuan?""Azkia pingsan ketika bertemu si brengsek itu," ujarnya dengan penuh kemarahan sambil berlalu.Sedangkan Erwin yang mendengar pingsannya Azkia langsung lari dan mendahului Deffin, dia membuka pintu belakang untuk mempersilahkan Deffin masuk, sengaja memilih mobilnya sendiri karena di jok belakang ada berbagai senjata yang sel
Cukup lama menghabiskan waktu di kamar mandi, kini Azkia dan Deffin sudah memakai baju ganti yang sudah disediakan Roy.Sekarang Deffin sedang mengeringkan rambut panjang Azkia, setelah Deffin menyisirnya rapi, Azkia mengutarakan keinginannya."Sayang, suruh mereka masuk ya, aku ingin berbicara dengan mereka, sudah lama 'kan kita tidak mengobrol bersama.""Tidak, kamu harus banyak istirahat, setelah kamu diperiksa kita langsung pulang, aku benci berada di rumah sakit karena mengingatkan kamu dulu ketika koma," ujarnya dengan langsung memeluk Azkia."Apa dulu kamu juga selalu menemaniku?" tanya Azkia antusias."Tentu saja Nona, bahkan Tuan Muda selalu ada di samping Nona, dia hanya akan pergi ke kantor jika benar-benar darurat saja."Deffin tidak menjawab karena sudah dijawab dokter pribadi Azkia yang masuk ruangan itu untuk memeriksa.Azkia memandang Deffin penuh haru, dia sangat beruntung mengenal Deffin, Deffin selalu
Setelah menyelesaikan satu ronde malam panas, mereka berpelukan dengan napas yang masih terengah-engah."Ayo ceritakan, aku sudah membayar dengan apa yang kamu mau," ujar Azkia dengan pipi yang masih merona."Itu tadi hanya DP saja, hutangmu akan lunas jika kamu mau di atas," balas Deffin dengan seringai menyebalkan.Azkia yang akan menjawab dipotong cepat oleh Deffin."Aku akan menceritakan betapa tersiksanya ketika aku hanya bisa memandangmu dari jauh tanpa bisa mendekat bahkan menyentuhmu."Deffin memulai pembicaraannya dengan mengecup puncak kepala Azkia, ada setitik air yang jatuh dari matanya, teringat siksaan rindu yang menggunung itu akan sampai kapan bisa berakhir."Aku dahulu selalu menempatkan pengawal bayangan untuk mengawasimu, tapi jika ada waktu luang aku yang akan mengawasimu sendiri. Kamu tidak tahu dulu betapa hancurnya hatiku saat kamu tidak mengingatku waktu pertama kali kamu membuka mata, tapi kamu bisa mengingat ibu pen