Setelah menyelesaikan satu ronde malam panas, mereka berpelukan dengan napas yang masih terengah-engah.
"Ayo ceritakan, aku sudah membayar dengan apa yang kamu mau," ujar Azkia dengan pipi yang masih merona.
"Itu tadi hanya DP saja, hutangmu akan lunas jika kamu mau di atas," balas Deffin dengan seringai menyebalkan.
Azkia yang akan menjawab dipotong cepat oleh Deffin.
"Aku akan menceritakan betapa tersiksanya ketika aku hanya bisa memandangmu dari jauh tanpa bisa mendekat bahkan menyentuhmu."
Deffin memulai pembicaraannya dengan mengecup puncak kepala Azkia, ada setitik air yang jatuh dari matanya, teringat siksaan rindu yang menggunung itu akan sampai kapan bisa berakhir.
"Aku dahulu selalu menempatkan pengawal bayangan untuk mengawasimu, tapi jika ada waktu luang aku yang akan mengawasimu sendiri. Kamu tidak tahu dulu betapa hancurnya hatiku saat kamu tidak mengingatku waktu pertama kali kamu membuka mata, tapi kamu bisa mengingat ibu pen
Pagi ini setelah sarapan Deffin dan Azkia kembali ke kamar, hari ini dan beberapa hari selanjutnya Deffin mengambil cuti, dia sedang ingin mengganti beberapa tahun penderitaannya dengan mengurung Azkia seharian di kamar."Sayang, tapi besok kita keluar ya, aku ingin jalan-jalan seharian sama kamu," ujar Azkia manja.Kini mereka berdua sedang duduk di sofa."Masa iya selama kamu libur, aku terkurung di dalam kamar, bisa rontok semua tulangku nanti," batin Azkia.Terdengar Deffin mendengus, tapi melihat wajah Azkia yang menggemaskan membuatnya tidak bisa menolak keinginan istri kesayangannya itu."Baiklah," ujarnya dengan malas. Azkia tersenyum senang, lalu mencubit kedua pipi Deffin."Ayo sekarang ceritakan tentang Erwin, aku penasaran kenapa kamu bisa menahan diri untuk tidak memarahinya."Deffin menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, lalu tangannya menarik kepala Azkia agar bersandar di badannya, mata Deffin menerawang langit-langi
Jingga mulai menampakkan keindahannya, Azkia dan Deffin baru selesai mandi, dengan telaten Deffin memakaikan baju Azkia, sedangkan dirinya masih menggunakan jubah mandi."Aku akan mengeringkan rambutmu setelah aku berganti pakaian," ujar Deffin lembut sambil sedikit tergelak melihat wajah cemberut Azkia.Setelah mengucapkan itu Deffin menggendong Azkia, dengan pelan dia merebahkan tubuh Azkia, membenarkan posisinya agar bisa bersandar di ranjang dengan nyaman."Huh, badanku benar-benar remuk, bagaimana bisa dia sekuat itu, seolah tenaganya tidak bisa habis, Aaa ... aku ingin pijat ...." ujar Azkia dalam hati.Tidak lama kemudian Deffin keluar dari ruangan walk in closet dengan baju santainya, dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat wajah kesal Azkia.Sesuai perkataannya, dia mengeringkan rambut Azkia dengan handuk, dan sesekali memberi pijatan lembut di kepala Azkia berharap perasaan kesal sang istri bisa hilang."Sayang, kamu kok masih ce
Hari ini Azkia tampak ceria, karena hari ini dia akan jalan-jalan bersama Deffin, ini bukan kali pertamanya tapi entah mengapa dia merasa seperti baru pertama kali kencan dengan pasangannya.Rasa pegal di badannya telah hilang, karena semalam dia dipijat sama lelaki tampan, siapa lagi kalau bukan Deffin. Azkia merasa sangat beruntung mempunyai suami seperti Deffin, dia hanya harus bersabar menghadapi sifat menjengkelkan suaminya.Kini Azkia dan Deffin sedang menuruni tangga untuk sarapan, senyum Azkia semakin lebar ketika melihat Erwin dan Roy, sepertinya Azkia harus mulai menjalankan misinya untuk memperbaiki hubungannya mereka dengan Arnold."Kia sayang, aku tinggal ambil dompet dulu di kamar," ujar Deffin sambil mengusap pipi Azkia lalu melenggang pergi, Azkia hanya mengangguk karena mulutnya masih penuh makanan.Setelah Azkia menghabiskan sarapannya, dia langsung mencari Roy. Langkah kakinya membawanya menuju teras depan, terlihat Roy sedang duduk di
Hari ini sedikit menegangkan buat Azkia, karena nanti malam Azkia berencana mempertemukan Arnold dengan Deffin dan juga Erwin.Semua sesuai yang sudah diatur Roy, mereka akan dipertemukan di panti asuhan. Nanti akan diadakan acara makan malam bersama, dimana semua para donatur juga turut diundang dalam acara tersebut, sebagai ungkapan rasa terima kasih karena panti tidak pernah kekurangan apapun, berkat orang-orang dermawan seperti mereka.Azkia yang sedang mengantar makan siang Deffin ke kantor, tersenyum ketika berpapasan dengan Roy yang baru saja keluar dari ruangan Deffin."Terima kasih untuk semuanya Sekretaris Roy," ujar Azkia tulus sambil memberikan senyuman manis.Roy hanya memandang Azkia sekilas ketika berbicara, lalu dengan cepat mengalihkan pandangan dengan menganggukkan kepalanya sekali sebagai jawaban. Dalam hati dia membatin, "Tidak tahukah Anda nona, jika senyuman Anda bisa menyebabkan malapetaka. Kenapa aku baru tahu kalau kecantikan nona
Pagi ini Deffin dan Azkia sarapan seperti biasanya, namun saat ini Azkia sedang mencuri pandang kearah Erwin yang sedang menata makanan, ada rasa yang tidak nyaman setelah semalam dia melihat Erwin terlihat sedang sedih sendirian di taman samping rumah."Selama ini Erwin sering membantuku, dan beberapa kali menyelamatkan nyawaku. Tapi aku tidak pernah bisa menghiburnya karena keposesifan deffin, mungkin dengan mengucapkan terima kasih bisa menghiburnya," batin Azkia.Sedikit terkekeh dalam hati, tapi ide konyolnya diucapkan saja, karena terkadang ungkapan sederhana dari seseorang yang dicintai bisa mempengaruhi mood."Terima kasih Erwin," ujar Azkia dengan senyuman manis, setelah Erwin selesai menghidangkan menu sarapan.Erwin hanya mengangguk sopan, bibirnya tetap tertutup rapat, namun awan mendung di wajahnya mulai tersibak.Deffin yang mendengar ucapan terima kasih Azkia tidak terima, entah mengapa rasa kesal ketika Azkia berbicara dengan laki-l
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tetapi Azkia masih setia bergelung dengan selimutnya.Deffin yang sedari tadi sudah bangun, hanya asyik tersenyum memandang wajah cantik istri kesayangannya. Dia sama sekali tidak berniat membangunkan Azkia, semakin lama Azkia tidur, semakin sedikit waktu Azkia untuk pergi berdua dengan Erwin.Ide yang sangat bagus bukan?Rencana liciknya membuat Azkia kelelahan akibat malam panas mereka telah berhasil, Deffin baru membiarkan Azkia tidur hampir pagi.Suara nada dering ponsel membuat Deffin mengumpat, dia sudah mematikan ponsel miliknya, namun lupa dengan ponsel milik istrinya.Siapa yang berani menelpon istrinya di waktu senangnya sekarang. Dengan kesal dia mengambil ponsel Azkia, membatin jika sampai Erwin yang menelpon, dia berjanji akan membuat Erwin lebih kesal dari semalam.Dahi Deffin mengernyit melihat nama Sekretaris Roy yang terpampang di layar ponsel Azkia."Mau apa dia mene
Di hari yang sama.Kebersamaan Azkia dan Erwin membuat suasana hati Deffin benar-benar kacau. Jika seperti ini sudah pasti yang dibuat repot adalah Sekretaris Roy."Apa gunanya Anda di sini tuan?! Jika semuanya ternyata saya juga yang mengerjakan. Lebih baik Anda mengikuti nona saja," gumam hati Sekretaris Roy kesal.Sang tuan mudanya memang mengikuti rapat, raganya pun duduk di kursi utama, namun matanya tidak beralih dari ponsel yang menampilkan video live kebersamaan Azkia dan Erwin.Sang pengawal bayangan suruhannya telah bekerja sangat baik. Selama ini mimik wajah Deffin tetap datar. Dan Deffin masih bisa mendengar pembahasan rapat ini meski hanya sekedar lewat saja di indra pendengarannya.Segala sesuatu akhirnya Roy yang memutuskan, karena percuma bertanya kepada tuan mudanya yang cuma hanya bisa menjawab 'heem.' Beruntung rapat ini tidak terlalu penting dan hanya melibatkan beberapa Kepala devisi saja."Sial!" ujar Deffin tiba-tiba,
Setelah ritual mandi yang sangat panjang, Azkia dan Deffin sedang duduk santai di sofa sambil menonton TV."Sayang, besok ulang tahun Arnold kita datang ya?!" pinta Azkia."Ck, malas," jawab Deffin."Sayang ... jangan begitu, kita semua sudah berbaikan, kita awali lagi ya dimulai dari kita menghadiri undangan Arnold," ujar Azkia dengan menampilkan wajah yang pasti susah untuk menolak permintaannya."Baiklah, aku mana bisa menolak permintaan Kiaku ini ...." Mencubit gemas hidung Azkia. "Tapi jangan pernah buat aku kesal besok.""Iya, mana mungkin aku membuat kesal Suami tampanku ini," ujar Azkia dengan membalas mencubit kedua pipi Deffin."Justru aku yang sepertinya harus menyiapkan hatiku agar tidak cemburu besok, karena pastinya Arnold akan mengundang teman-teman sekolah kalian dulu." Mengerucutkan bibir kesal karena teringat dulu banyak yang menyukai suaminya."Haha ... Kau ini ada-ada saja, meski dari dulu banyak yang menyukaiku ma
Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim
Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir
Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah
Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.
Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar
Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya semalaman, akhirnya di pagi buta Erwin memutuskan kembali ke rumahnya, bayangan beberapa kepala yang terputus dari tubuhnya, mampu membuat Erwin menorehkan senyum tipis di wajah tampannya.Melihat para musuh yang mati secara mengenaskan membuat sensasi rasa menyenangkan tersendiri bagi Erwin, apalagi musuh-musuh itu adalah orang yang merugikan bagi masyarakat, maka Erwin merasa dirinya adalah dewa penolong bagi semua orang.Memang benar bisnis Erwin terbilang kotor, selain mengelola banyaknya tempat perjudian dan prostitusi di berbagai negara, Black World juga sering menjual organ dalam manusia kepada orang yang membutuhkan, begitu pun dengan berbagai jenis senjata. Namun mereka dianggap sebagai Robin hood para rakyat bawah, bantuan finansial per bulan yang mereka gelontorkan tidak bisa dikatakan sedikit untuk menghidupi rakyat bawah, terutama orang tua yang sudah uzur.Di saat Erwin sedang asyik mengemudi, ia menger
Azkia merasa menyesal karena tidak menyetujui ide Deffin dari awal untuk mencari jasa seorang pengasuh, ternyata meski hanyamenyetujuinya dan belum mendapatkan pekerjanya, itu berpengaruh besar terhadap Deffin.Deffin kini telah kembali seperti semula, dia malas membawa pekerjaan kantor untuk dibawa pulang ke rumah, baginya di rumah adalah waktunya bersama keluarga, jadi Deffin berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya di kantor.Jika dalam waktu sebulan ini, setelah membersihkan diri sepulang kerja, biasanya Deffin akan langsung pergi ke ruang kerjanya, dia hanya keluar untuk makan malam, lalu setelah itu dia kembali masuk ke ruang kerja hingga kantuk menyerang. Bukan tanpa alasan Deffin memilih bekerja daripada bersama keluarganya, melihat Azkia yang hanya sibuk dengan Reynand, lalu ikut tidur ketika Reynand juga tidur, hal itu membuat Deffin merasa kesal, namun ia tidak bisa protes sebab melihat ada gurat kelelahan di wajah istrinya, mana tega Deffin
Ada yang bilang jika kita mempunyai bayi, kita akan tahu ketika jam sedang berputar, meskipun saat kita sedang tidur di malam hari, dan itu sekarang telah dirasakan Azkia dan Deffin. Setiap dua jam sekali Reynand akan menangis, entah itu meminta ASI, ataupun merasa tidak nyaman karena popoknya penuh.Selama satu bulan ini Azkia diam-diam selalu tersenyum geli ketika melihat Deffin bangun di tengah malam dan mengganti popok Reynand. Suami posesifnya itu selalu mengomel di pagi hari, hal itu wajar sebab Deffin merasa di nomor duakan, namun saat mengganti popok Reynand, hanya ada pancaran kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.Jika di pagi hari, Deffin akan terlihat sangat kesal dengan anaknya, dia tidak akan mau menggendong Reynand meski di waktu dia sudah pulang bekerja, itu Deffin anggap sebagai sikap protesnya. Azkia yang biasanya membantu memasangkan dasi, menyisir rambutnya, dan memasangkan sepatu untuknya, sekarang di pagi hari akan selalu sibuk mengurus Reyna