Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tetapi Azkia masih setia bergelung dengan selimutnya.
Deffin yang sedari tadi sudah bangun, hanya asyik tersenyum memandang wajah cantik istri kesayangannya. Dia sama sekali tidak berniat membangunkan Azkia, semakin lama Azkia tidur, semakin sedikit waktu Azkia untuk pergi berdua dengan Erwin.
Ide yang sangat bagus bukan?
Rencana liciknya membuat Azkia kelelahan akibat malam panas mereka telah berhasil, Deffin baru membiarkan Azkia tidur hampir pagi.
Suara nada dering ponsel membuat Deffin mengumpat, dia sudah mematikan ponsel miliknya, namun lupa dengan ponsel milik istrinya.
Siapa yang berani menelpon istrinya di waktu senangnya sekarang. Dengan kesal dia mengambil ponsel Azkia, membatin jika sampai Erwin yang menelpon, dia berjanji akan membuat Erwin lebih kesal dari semalam.
Dahi Deffin mengernyit melihat nama Sekretaris Roy yang terpampang di layar ponsel Azkia.
"Mau apa dia mene
Di hari yang sama.Kebersamaan Azkia dan Erwin membuat suasana hati Deffin benar-benar kacau. Jika seperti ini sudah pasti yang dibuat repot adalah Sekretaris Roy."Apa gunanya Anda di sini tuan?! Jika semuanya ternyata saya juga yang mengerjakan. Lebih baik Anda mengikuti nona saja," gumam hati Sekretaris Roy kesal.Sang tuan mudanya memang mengikuti rapat, raganya pun duduk di kursi utama, namun matanya tidak beralih dari ponsel yang menampilkan video live kebersamaan Azkia dan Erwin.Sang pengawal bayangan suruhannya telah bekerja sangat baik. Selama ini mimik wajah Deffin tetap datar. Dan Deffin masih bisa mendengar pembahasan rapat ini meski hanya sekedar lewat saja di indra pendengarannya.Segala sesuatu akhirnya Roy yang memutuskan, karena percuma bertanya kepada tuan mudanya yang cuma hanya bisa menjawab 'heem.' Beruntung rapat ini tidak terlalu penting dan hanya melibatkan beberapa Kepala devisi saja."Sial!" ujar Deffin tiba-tiba,
Setelah ritual mandi yang sangat panjang, Azkia dan Deffin sedang duduk santai di sofa sambil menonton TV."Sayang, besok ulang tahun Arnold kita datang ya?!" pinta Azkia."Ck, malas," jawab Deffin."Sayang ... jangan begitu, kita semua sudah berbaikan, kita awali lagi ya dimulai dari kita menghadiri undangan Arnold," ujar Azkia dengan menampilkan wajah yang pasti susah untuk menolak permintaannya."Baiklah, aku mana bisa menolak permintaan Kiaku ini ...." Mencubit gemas hidung Azkia. "Tapi jangan pernah buat aku kesal besok.""Iya, mana mungkin aku membuat kesal Suami tampanku ini," ujar Azkia dengan membalas mencubit kedua pipi Deffin."Justru aku yang sepertinya harus menyiapkan hatiku agar tidak cemburu besok, karena pastinya Arnold akan mengundang teman-teman sekolah kalian dulu." Mengerucutkan bibir kesal karena teringat dulu banyak yang menyukai suaminya."Haha ... Kau ini ada-ada saja, meski dari dulu banyak yang menyukaiku ma
Salah satu hotel megah milik Arnold adalah tempat di mana dia mengadakan pesta ulang tahunnya.Sebenarnya dia malas membuat acara seperti ini, namun demi mendapatkan kepercayaan Deffin bahwa dirinya agar terlihat bisa move on dari Azkia, jadilah ia mengadakan acara konyol ini dan membayar salah satu teman kuliahnya dulu untuk disewa menjadi kekasih satu malam saja."Ingat, aktingmu harus senatural mungkin, buat Deffin percaya bahwa kamu beneran kekasihku." Sekali lagi Arnold becermin, memastikan penampilannya sempurna malam ini.Arnold bukan orang yang naif, dia memang sudah menyerah untuk berharap Azkia akan menjadi miliknya, tapi rasa cinta itu akan tetap ada, dan beberapa hari tidak bertemu Azkia membuat rindu menyiksa dirinya."Kamu jangan khawatir, malah sesungguhnya aku ingin menjadi kekasih sungguhanmu," ujar wanita yang memakai gaun seksi itu dengan memeluk Arnold dari belakang."Singkirkan tanganmu itu dari tubuhku!" ketus Arnold. "Jangan
Di rumah mewah milik Erwin.Braakkk...Tubuh wanita suruhan Jessie dibanting ke meja ruang interogasi hingga meja kayu itu hancur, cara ini sangatlah efektif membangunkan orang yang sedang pingsan bagi ketiga pria itu.Namun bukan tangan mereka bertiga yang melakukannya, ada algojo kesayangan Erwin yaitu orang yang mempunyai fisik berbadan tinggi, besar, botak dan memiliki warna kulit yang hitam, yang semakin menambah kesan menyeramkan untuk menjadi seorang malaikat pencabut nyawa.Wanita yang bernasib malang itu tangan dan kakinya dalam keadaan terikat ketika dia pingsan setelah diseret Erwin masuk mobil, ruang geraknya yang terbatas membuatnya hanya bisa menangis dan merintih kesakitan."Diam!!!" bentak Erwin yang kemarahannya belum sedikit pun mencair.Sontak membuat wanita itu menahan Isak tangisnya, dia memandang tiga lelaki itu dengan badan yang gemetar ketakutan."Hei, wanita gila!! Atas dasar apa kauberbicara seperti itu pada
Azkia yang melangkahkan kakinya cepat hingga hampir menuju pintu utama untuk keluar dari rumah Erwin, harus gagal karena tangannya ditarik Deffin."Sayang, jangan marah. Dengarkan penjelasan kita terlebih dahulu," ujar Deffin memelas.Azkia tidak menjawab, hanya memberikan pandangan tajamnya. Lalu dia beralih ke arah tiga lelaki yang berada di belakangnya, mereka juga menampakkan raut wajah yang sama dengan Deffin.Dalam hati Azkia terpingkal, melihat wajah penuh rasa bersalah dan juga ketakutan milik mereka, ekspresi mereka sama persis seperti anak kecil yang sedang dimarahi ibunya.Tapi karena begitu baiknya Azkia mengekpresikan wajahnya, membuat mereka tidak sadar bahwa Azkia bukannya marah beneran, Azkia sangat bisa memahami tentang kejadian ini. Ketiga lelaki yang mencintainya secara berlebihan membuatnya memaklumi tindakan brutal mereka. Tapi... tunggu! kok Sekretaris Roy juga memberikan ekspresi yang sama."Baik, cepat bicarakan saja apa yan
Terkadang cinta membuat kita tidak bisa berpikir. Begitu juga dengan Azkia, melihat Deffin yang terjatuh dari pohon entah mengapa otaknya hanya terisi kepanikan dan rasa khawatir yang berlebihan. Segera Azkia berlari menghampiri Deffin yang terlihat sangat kesakitan, dia langsung duduk bersimpuh sejajar dengan Deffin. Ada air mata yang menetes di pipi Azkia, seperti melihat Deffin terluka dengan darah yang membanjiri tubuhnya. Dengan sedikit terisak dia berkata, "Kamu tidak apa-apa? Maaf karena memintamu untuk menuruti keinginan kakek ...." ujarnya lirih dengan rasa bersalah. Deffin sebenarnya tidak tega, namun dia hanya bisa berkata, "Jangan menangis aku tidak apa-apa." Dengan lembut dia mengusap air mata istrinya. Kedua kakek itu saling pandang dan merasa semakin geli melihat adegan selanjutnya, ketika salah satunya berbicara untuk menyadarkan Azkia dari rasa khawatir berlebih. "Nak, suamimu hanya terjatuh dari ketinggian kurang dari
Sebuah negeri yang indah, negeri ini terkenal dengan pengobatan alternatif menggunakan bahan herbal nomor satu di dunia, tidak heran jika banyak tumbuhan obat-obatan di manapun setiap mata memandang.Termasuk di salah satu kota yang sedang dikunjungi Deffin dan Azkia untuk berobat. Azkia yang ingin segera mempunyai keturunan membuat Deffin membawanya ke negeri ini.Tentu tidak hanya mereka berdua saja, tiga cowok jomblo itu juga mengikuti kepergian mereka berdua, bukan tanpa alasan Deffin membiarkan mereka ikut, mungkin mereka benar-benar akan dibutuhkan Deffin, karena ada sesuatu yang membuat hati Deffin was-was berada di negeri ini.Sudah satu jam yang lalu mereka sampai di sebuah villa mewah yang sudah dipersiapkan Sekretaris Roy dari satu bulan sebelumnya.Deffin yang sedang cemas tidak bisa tidur nyenyak seperti Azkia yang tertidur pulas karena kelelahan.Deffin akhirnya membawa langkah kakinya keluar kamar dan menuruni tangga menuju ruang ten
Mengundur waktu.Di hari yang sama ketika rombongan Deffin baru sampai, Di dalam rumah mewah milik seseorang penguasa negeri ini, lelaki yang tidak kalah tampan dengan Deffin sedang duduk santai di ruang kerjanya.Pekerjaannya telah usai satu jam yang lalu, namun dirinya masih asyik tenggelam dalam ingatan masa lalu. Sambil memandang foto seorang gadis cantik dengan senyuman yang sangat manis membuatnya juga ikut tersenyum, namun tiba-tiba dia meneteskan air mata.Karena di ruang kerja ini hanya boleh dimasuki dia dan tangan kanannya, maka dari itu dia lebih leluasa mengeluarkan apa yang sedang dirasakannya, dan dua pengawal khusus untuk menjaga ketat ruangan ini, dan tidak akan pernah ada yang mendengar apa yang diteriakkannya di dalam."Bodoh, aku memang bodoh dan pengecut," gumamnya sambil terisak. "Tapi aku tidak akan melepasmu jika aku punya kesempatan bertemu denganmu lagi, bahkan sampai sekarang aku masih sangat pengecut untuk merebutmu dari si bre