Berita pingsannya Azkia membuat heboh seluruh kota ini, ralat bahkan mungkin seluruh negeri ini.
Deffin yang mendapat kabar dari pengawal bahwa Azkia pingsan dan di bawa ke rumah sakit miliknya. Tanpa pikir panjang langsung berlari, bahkan dia tidak mempedulikan penampilannya, piyama tidur masih melekat di tubuhnya, bahkan rambutnya acak-acakan.
Baru teringat belum cuci muka dia langsung menuju dapur untuk cuci muka, kebetulan ada Erwin di sana, dia langsung memberikan perintah.
"Telepon Roy untuk datang ke rumah sakit, dan jangan lupa siapkan anak buahmu juga, mungkin kita akan memerlukannya."
"Memangnya ada apa Tuan?"
"Azkia pingsan ketika bertemu si brengsek itu," ujarnya dengan penuh kemarahan sambil berlalu.
Sedangkan Erwin yang mendengar pingsannya Azkia langsung lari dan mendahului Deffin, dia membuka pintu belakang untuk mempersilahkan Deffin masuk, sengaja memilih mobilnya sendiri karena di jok belakang ada berbagai senjata yang sel
Cukup lama menghabiskan waktu di kamar mandi, kini Azkia dan Deffin sudah memakai baju ganti yang sudah disediakan Roy.Sekarang Deffin sedang mengeringkan rambut panjang Azkia, setelah Deffin menyisirnya rapi, Azkia mengutarakan keinginannya."Sayang, suruh mereka masuk ya, aku ingin berbicara dengan mereka, sudah lama 'kan kita tidak mengobrol bersama.""Tidak, kamu harus banyak istirahat, setelah kamu diperiksa kita langsung pulang, aku benci berada di rumah sakit karena mengingatkan kamu dulu ketika koma," ujarnya dengan langsung memeluk Azkia."Apa dulu kamu juga selalu menemaniku?" tanya Azkia antusias."Tentu saja Nona, bahkan Tuan Muda selalu ada di samping Nona, dia hanya akan pergi ke kantor jika benar-benar darurat saja."Deffin tidak menjawab karena sudah dijawab dokter pribadi Azkia yang masuk ruangan itu untuk memeriksa.Azkia memandang Deffin penuh haru, dia sangat beruntung mengenal Deffin, Deffin selalu
Setelah menyelesaikan satu ronde malam panas, mereka berpelukan dengan napas yang masih terengah-engah."Ayo ceritakan, aku sudah membayar dengan apa yang kamu mau," ujar Azkia dengan pipi yang masih merona."Itu tadi hanya DP saja, hutangmu akan lunas jika kamu mau di atas," balas Deffin dengan seringai menyebalkan.Azkia yang akan menjawab dipotong cepat oleh Deffin."Aku akan menceritakan betapa tersiksanya ketika aku hanya bisa memandangmu dari jauh tanpa bisa mendekat bahkan menyentuhmu."Deffin memulai pembicaraannya dengan mengecup puncak kepala Azkia, ada setitik air yang jatuh dari matanya, teringat siksaan rindu yang menggunung itu akan sampai kapan bisa berakhir."Aku dahulu selalu menempatkan pengawal bayangan untuk mengawasimu, tapi jika ada waktu luang aku yang akan mengawasimu sendiri. Kamu tidak tahu dulu betapa hancurnya hatiku saat kamu tidak mengingatku waktu pertama kali kamu membuka mata, tapi kamu bisa mengingat ibu pen
Pagi ini setelah sarapan Deffin dan Azkia kembali ke kamar, hari ini dan beberapa hari selanjutnya Deffin mengambil cuti, dia sedang ingin mengganti beberapa tahun penderitaannya dengan mengurung Azkia seharian di kamar."Sayang, tapi besok kita keluar ya, aku ingin jalan-jalan seharian sama kamu," ujar Azkia manja.Kini mereka berdua sedang duduk di sofa."Masa iya selama kamu libur, aku terkurung di dalam kamar, bisa rontok semua tulangku nanti," batin Azkia.Terdengar Deffin mendengus, tapi melihat wajah Azkia yang menggemaskan membuatnya tidak bisa menolak keinginan istri kesayangannya itu."Baiklah," ujarnya dengan malas. Azkia tersenyum senang, lalu mencubit kedua pipi Deffin."Ayo sekarang ceritakan tentang Erwin, aku penasaran kenapa kamu bisa menahan diri untuk tidak memarahinya."Deffin menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, lalu tangannya menarik kepala Azkia agar bersandar di badannya, mata Deffin menerawang langit-langi
Jingga mulai menampakkan keindahannya, Azkia dan Deffin baru selesai mandi, dengan telaten Deffin memakaikan baju Azkia, sedangkan dirinya masih menggunakan jubah mandi."Aku akan mengeringkan rambutmu setelah aku berganti pakaian," ujar Deffin lembut sambil sedikit tergelak melihat wajah cemberut Azkia.Setelah mengucapkan itu Deffin menggendong Azkia, dengan pelan dia merebahkan tubuh Azkia, membenarkan posisinya agar bisa bersandar di ranjang dengan nyaman."Huh, badanku benar-benar remuk, bagaimana bisa dia sekuat itu, seolah tenaganya tidak bisa habis, Aaa ... aku ingin pijat ...." ujar Azkia dalam hati.Tidak lama kemudian Deffin keluar dari ruangan walk in closet dengan baju santainya, dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat wajah kesal Azkia.Sesuai perkataannya, dia mengeringkan rambut Azkia dengan handuk, dan sesekali memberi pijatan lembut di kepala Azkia berharap perasaan kesal sang istri bisa hilang."Sayang, kamu kok masih ce
Hari ini Azkia tampak ceria, karena hari ini dia akan jalan-jalan bersama Deffin, ini bukan kali pertamanya tapi entah mengapa dia merasa seperti baru pertama kali kencan dengan pasangannya.Rasa pegal di badannya telah hilang, karena semalam dia dipijat sama lelaki tampan, siapa lagi kalau bukan Deffin. Azkia merasa sangat beruntung mempunyai suami seperti Deffin, dia hanya harus bersabar menghadapi sifat menjengkelkan suaminya.Kini Azkia dan Deffin sedang menuruni tangga untuk sarapan, senyum Azkia semakin lebar ketika melihat Erwin dan Roy, sepertinya Azkia harus mulai menjalankan misinya untuk memperbaiki hubungannya mereka dengan Arnold."Kia sayang, aku tinggal ambil dompet dulu di kamar," ujar Deffin sambil mengusap pipi Azkia lalu melenggang pergi, Azkia hanya mengangguk karena mulutnya masih penuh makanan.Setelah Azkia menghabiskan sarapannya, dia langsung mencari Roy. Langkah kakinya membawanya menuju teras depan, terlihat Roy sedang duduk di
Hari ini sedikit menegangkan buat Azkia, karena nanti malam Azkia berencana mempertemukan Arnold dengan Deffin dan juga Erwin.Semua sesuai yang sudah diatur Roy, mereka akan dipertemukan di panti asuhan. Nanti akan diadakan acara makan malam bersama, dimana semua para donatur juga turut diundang dalam acara tersebut, sebagai ungkapan rasa terima kasih karena panti tidak pernah kekurangan apapun, berkat orang-orang dermawan seperti mereka.Azkia yang sedang mengantar makan siang Deffin ke kantor, tersenyum ketika berpapasan dengan Roy yang baru saja keluar dari ruangan Deffin."Terima kasih untuk semuanya Sekretaris Roy," ujar Azkia tulus sambil memberikan senyuman manis.Roy hanya memandang Azkia sekilas ketika berbicara, lalu dengan cepat mengalihkan pandangan dengan menganggukkan kepalanya sekali sebagai jawaban. Dalam hati dia membatin, "Tidak tahukah Anda nona, jika senyuman Anda bisa menyebabkan malapetaka. Kenapa aku baru tahu kalau kecantikan nona
Pagi ini Deffin dan Azkia sarapan seperti biasanya, namun saat ini Azkia sedang mencuri pandang kearah Erwin yang sedang menata makanan, ada rasa yang tidak nyaman setelah semalam dia melihat Erwin terlihat sedang sedih sendirian di taman samping rumah."Selama ini Erwin sering membantuku, dan beberapa kali menyelamatkan nyawaku. Tapi aku tidak pernah bisa menghiburnya karena keposesifan deffin, mungkin dengan mengucapkan terima kasih bisa menghiburnya," batin Azkia.Sedikit terkekeh dalam hati, tapi ide konyolnya diucapkan saja, karena terkadang ungkapan sederhana dari seseorang yang dicintai bisa mempengaruhi mood."Terima kasih Erwin," ujar Azkia dengan senyuman manis, setelah Erwin selesai menghidangkan menu sarapan.Erwin hanya mengangguk sopan, bibirnya tetap tertutup rapat, namun awan mendung di wajahnya mulai tersibak.Deffin yang mendengar ucapan terima kasih Azkia tidak terima, entah mengapa rasa kesal ketika Azkia berbicara dengan laki-l
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tetapi Azkia masih setia bergelung dengan selimutnya.Deffin yang sedari tadi sudah bangun, hanya asyik tersenyum memandang wajah cantik istri kesayangannya. Dia sama sekali tidak berniat membangunkan Azkia, semakin lama Azkia tidur, semakin sedikit waktu Azkia untuk pergi berdua dengan Erwin.Ide yang sangat bagus bukan?Rencana liciknya membuat Azkia kelelahan akibat malam panas mereka telah berhasil, Deffin baru membiarkan Azkia tidur hampir pagi.Suara nada dering ponsel membuat Deffin mengumpat, dia sudah mematikan ponsel miliknya, namun lupa dengan ponsel milik istrinya.Siapa yang berani menelpon istrinya di waktu senangnya sekarang. Dengan kesal dia mengambil ponsel Azkia, membatin jika sampai Erwin yang menelpon, dia berjanji akan membuat Erwin lebih kesal dari semalam.Dahi Deffin mengernyit melihat nama Sekretaris Roy yang terpampang di layar ponsel Azkia."Mau apa dia mene