Masih di malam yang sama.
Azkia sedang tiduran, lamunannya tentang kejadian tadi yang membuatnya pingsan dibuyarkan dengan suara ponsel yang menandakan ada pesan masuk. Dia tidak segera merespon, pikirannya masih asyik berkelana.
"Semoga saja apa yang sudah aku pikirkan ini benar, bagaimana pun juga hanya hati yang bisa membedakan mana yang benar dan yang salah."
Lalu bunyi pesan kedua membuatnya dengan malas mengambil ponsel yang berada di sampingnya, dia tercengang setelah membuka isi pesan dan foto yang dikirimkan orang yang sudah satu bulan ini tidak pernah menyerah mengajaknya bertemu, walaupun selalu dia abaikan.
"Maunya apa sih, tapi aku juga ingin tahu tentang masa laluku, baik aku akan menemuimu, tapi aku perlu mengirimkan foto ini kepada orang yang bersangkutan, apa reaksimu tuan menyebalkan," gumamnya.
Azkia mengetikkan sesuatu beserta foto itu dengan senyum devil, ini adalah pembalasan karena Deffin tidak menghubunginya sama sekali, isi
Deffin yang langsung mendapat kabar ketika turun dari pesawat pribadi miliknya, langsung menyuruh Roy mengemudi dengan cepat menuju taman kota itu.Rasanya dia ingin sekali memaki Erwin, namun rasa takut jika Arnold melakukan kebodohan hingga membuat Azkia sakit kepala karena dipaksa mengingat kejadian masa lalu membuat rasa marah itu hanya terkumpul di dadanya.Setelah mobil sampai di parkiran, Deffin langsung turun dan berlari, dia sama sekali tidak mempedulikan Erwin yang sedang memberikan sambutan selamat datang kepadanya, fokusnya hanya melihat dua orang yang duduk berdampingan itu.Ingin sekali Deffin menghajar Arnold bahkan mungkin lebih parah dari yang dulu, tapi karena ada Azkia dia sekuat tenaga menahan semua rasa amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Namun tetap saja dia tidak bisa menutupi rasa kesalnya hingga dia berkata, "Azkia!!! Apa sekarang kau sedang membalasku dengan berselingkuh," ujar Deffin bersungut-sungut.Sontak kedua or
Biasanya ruang makan ini penuh dengan suasana kehangatan, namun tidak dengan malam ini, Deffin tidak bisa menutupi rasa gelisahnya, wajah Deffin tampak murung, sehingga membuat Azkia tidak nyaman melihatnya."Sepertinya aku harus menyelesaikan masalah ini dengan segera, maaf mungkin aku sedikit keras kepala, tapi ini demi kebaikan kita semua untuk kedepannya," batin Azkia."Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus jujur mengatakan semuanya malam ini? Tapi aku takut melihat Kia nanti pasti kesakitan karena mencoba memaksa mengingat semua yang aku ceritakan nanti," batin Deffin.Setelah makan malam selesai, Deffin yang biasanya melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai di ruang kerjanya, namun tidak dengan hari ini, hatinya sedang kacau hingga dia mengikuti Azkia masuk ke dalam kamar.Azkia yang sudah duduk di tepi ranjang membuka suaranya ketika melihat Deffin yang sudah berdiri di hadapannya."Sayang, apa kamu tidak ingin mengatakan sesua
Azkia yang sudah pergi pagi-pagi buta, kini berada di dalam mobil, dia hanya minta ditemani dua pengawal saja, hanya antisipasi agar tidak ada kesalahan pahaman yang terjadi kedepannya.Bahkan pengawal itu dibiarkan mengawasi dari jarak dekat, waktu yang ditempuh Azkia cukup jauh, hingga pikirannya bisa berkelana memikirkan tentang mimpinya semalam.Sangat jelas bayangan kejadian kecelakaan beberapa tahun lalu yang membuatnya hilang ingatan.****************Pagi yang cerah, dua anak manusia ini asyik mengobrol di taman belakang panti, anak laki-laki yang duduk di bangku kelas 3 SMA itu tidak bosan membuat jengkel anak perempuan yang masih duduk di kelas 2 SMP."Ish! Kak, aku hanya berteman dengan mereka, kenapa kamu mengancam semua temanku, sekarang aku jadi tidak punya teman di sekolah," ujar Azkia dengan cemberut.Kini hanya ada sedikit anak perempuan yang mau berteman dengan Azkia, karena ini semua ulah Deffin."Aku hanya menganca
Berita pingsannya Azkia membuat heboh seluruh kota ini, ralat bahkan mungkin seluruh negeri ini.Deffin yang mendapat kabar dari pengawal bahwa Azkia pingsan dan di bawa ke rumah sakit miliknya. Tanpa pikir panjang langsung berlari, bahkan dia tidak mempedulikan penampilannya, piyama tidur masih melekat di tubuhnya, bahkan rambutnya acak-acakan.Baru teringat belum cuci muka dia langsung menuju dapur untuk cuci muka, kebetulan ada Erwin di sana, dia langsung memberikan perintah."Telepon Roy untuk datang ke rumah sakit, dan jangan lupa siapkan anak buahmu juga, mungkin kita akan memerlukannya.""Memangnya ada apa Tuan?""Azkia pingsan ketika bertemu si brengsek itu," ujarnya dengan penuh kemarahan sambil berlalu.Sedangkan Erwin yang mendengar pingsannya Azkia langsung lari dan mendahului Deffin, dia membuka pintu belakang untuk mempersilahkan Deffin masuk, sengaja memilih mobilnya sendiri karena di jok belakang ada berbagai senjata yang sel
Cukup lama menghabiskan waktu di kamar mandi, kini Azkia dan Deffin sudah memakai baju ganti yang sudah disediakan Roy.Sekarang Deffin sedang mengeringkan rambut panjang Azkia, setelah Deffin menyisirnya rapi, Azkia mengutarakan keinginannya."Sayang, suruh mereka masuk ya, aku ingin berbicara dengan mereka, sudah lama 'kan kita tidak mengobrol bersama.""Tidak, kamu harus banyak istirahat, setelah kamu diperiksa kita langsung pulang, aku benci berada di rumah sakit karena mengingatkan kamu dulu ketika koma," ujarnya dengan langsung memeluk Azkia."Apa dulu kamu juga selalu menemaniku?" tanya Azkia antusias."Tentu saja Nona, bahkan Tuan Muda selalu ada di samping Nona, dia hanya akan pergi ke kantor jika benar-benar darurat saja."Deffin tidak menjawab karena sudah dijawab dokter pribadi Azkia yang masuk ruangan itu untuk memeriksa.Azkia memandang Deffin penuh haru, dia sangat beruntung mengenal Deffin, Deffin selalu
Setelah menyelesaikan satu ronde malam panas, mereka berpelukan dengan napas yang masih terengah-engah."Ayo ceritakan, aku sudah membayar dengan apa yang kamu mau," ujar Azkia dengan pipi yang masih merona."Itu tadi hanya DP saja, hutangmu akan lunas jika kamu mau di atas," balas Deffin dengan seringai menyebalkan.Azkia yang akan menjawab dipotong cepat oleh Deffin."Aku akan menceritakan betapa tersiksanya ketika aku hanya bisa memandangmu dari jauh tanpa bisa mendekat bahkan menyentuhmu."Deffin memulai pembicaraannya dengan mengecup puncak kepala Azkia, ada setitik air yang jatuh dari matanya, teringat siksaan rindu yang menggunung itu akan sampai kapan bisa berakhir."Aku dahulu selalu menempatkan pengawal bayangan untuk mengawasimu, tapi jika ada waktu luang aku yang akan mengawasimu sendiri. Kamu tidak tahu dulu betapa hancurnya hatiku saat kamu tidak mengingatku waktu pertama kali kamu membuka mata, tapi kamu bisa mengingat ibu pen
Pagi ini setelah sarapan Deffin dan Azkia kembali ke kamar, hari ini dan beberapa hari selanjutnya Deffin mengambil cuti, dia sedang ingin mengganti beberapa tahun penderitaannya dengan mengurung Azkia seharian di kamar."Sayang, tapi besok kita keluar ya, aku ingin jalan-jalan seharian sama kamu," ujar Azkia manja.Kini mereka berdua sedang duduk di sofa."Masa iya selama kamu libur, aku terkurung di dalam kamar, bisa rontok semua tulangku nanti," batin Azkia.Terdengar Deffin mendengus, tapi melihat wajah Azkia yang menggemaskan membuatnya tidak bisa menolak keinginan istri kesayangannya itu."Baiklah," ujarnya dengan malas. Azkia tersenyum senang, lalu mencubit kedua pipi Deffin."Ayo sekarang ceritakan tentang Erwin, aku penasaran kenapa kamu bisa menahan diri untuk tidak memarahinya."Deffin menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, lalu tangannya menarik kepala Azkia agar bersandar di badannya, mata Deffin menerawang langit-langi
Jingga mulai menampakkan keindahannya, Azkia dan Deffin baru selesai mandi, dengan telaten Deffin memakaikan baju Azkia, sedangkan dirinya masih menggunakan jubah mandi."Aku akan mengeringkan rambutmu setelah aku berganti pakaian," ujar Deffin lembut sambil sedikit tergelak melihat wajah cemberut Azkia.Setelah mengucapkan itu Deffin menggendong Azkia, dengan pelan dia merebahkan tubuh Azkia, membenarkan posisinya agar bisa bersandar di ranjang dengan nyaman."Huh, badanku benar-benar remuk, bagaimana bisa dia sekuat itu, seolah tenaganya tidak bisa habis, Aaa ... aku ingin pijat ...." ujar Azkia dalam hati.Tidak lama kemudian Deffin keluar dari ruangan walk in closet dengan baju santainya, dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat wajah kesal Azkia.Sesuai perkataannya, dia mengeringkan rambut Azkia dengan handuk, dan sesekali memberi pijatan lembut di kepala Azkia berharap perasaan kesal sang istri bisa hilang."Sayang, kamu kok masih ce