Sampai di depan rumah, Wei Zhang keluar dari dalam mobilnya. Dia menatap kediaman tua yang pernah dia tinggali bersama Li Sisi dalam waktu cukup lama. Dulu dia hidup bahagia di rumah tersebut, sampai dia pindah kerja di sebuah perusahaan. Wei Zhang bertemu dengan Hua Mei – janda muda yang menjadi pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Wei Zhang berselingkuh dengan Hua Mei selama satu tahun hingga akhirnya Hua Mei hamil. Hua Mei ingin Wei Zhang menikahinya, Wei Zhang yang sudah terpikat dan lupa dengan statusnya langsung meninggalkan Li Sisi dan menikah dengan Hua Mei.
Wei Zhang berdiri di depan pintu, dia mengetuk pintu kediaman tersebut. Tak lama kemudian Ah Nian muncul dan membukakan pintu untuknya. Ah Nian tidak tahu siapa yang datang mengunjunginya, tapi aroma yang menyapa indra penciumannya membuatnya tahu siapa yang datang menemuinya saat ini. Ah Nian langsung bertanya. “Hal penting apa yang membawa Tuan Wei datang jauh-jauh ke rumah tua ini?” tanya Ah Nian. “Aku tidak mengira, kamu akan langsung mengenaliku begitu membuka pintu,” ujar Wei Zhang. Dia melihat Ah Nian menjadi gadis dewasa yang memiliki paras jelita. “Aku akan membawamu tinggal bersamaku, kamu tidak mungkin bekerja dengan kondisi seperti ini,” ujarnya pada Ah Nian. Ah Nian memang tidak bisa bekerja lagi semenjak melakukan operasi pada kedua matanya dan menjadi buta. Ah Nian terpaksa menyetujuinya, dia pun mengajukan pertanyaan pada Wei Zhang. “Jika aku tinggal bersama Tuan Wei, bagaimana dengan Nyonya Hua? Apakah beliau setuju aku tinggal di kediaman kalian?” tanyanya sambil membuka pintu lalu mendahului Wei Zhang duduk di kursi kayu ruangan utama. “Aku sudah membicarakannya dengan Hua Mei, dia setuju dengan keputusanku,” jawabnya pada Ah Nian. Awalnya Hua Mei tidak setuju, Hua Mei setuju dengan permintaan Wei Zhang karena Wei Zhang mengatakan bahwa dia akan pergi dan tinggal bersama Ah Nian. Hua Mei sangat mencintai dan tergila-gila pada Wei Zhang jadi tidak mungkin dia membiarkan Wei Zhang keluar dari kediaman untuk tinggal bersama dengan Ah Nian. Hari itu Ah Nian mulai tinggal di kediaman Hua Mei, kediaman tersebut tampak megah bagai istana. Hua Mei memiliki seorang putra bernama Juan Lin dari pernikahan pertama. Setelah membina hubungan gelap dengan Wei Zhang, Hua Mei hamil dan melahirkan Lian Er. Ketika tengah berjalan memasuki kediaman Ah Nian mendengar suara Lian Er bertengkar dengan beberapa orang pelayan rumah, tidak hanya teriakan yang Ah Nian dengar tapi juga barang-barang dilemparkan dengan sengaja. Ah Nian dibantu oleh pelayan memasuki rumah, salah seorang membawakan tasnya masuk ke dalam mendahuluinya. Sementara Wei Zhang mengikuti dari belakang. Wei Zhang juga bisa mendengar teriakan dari putri bungsunya. “Aku sudah bilang, kalian tidak perlu mengatur kamarnya sebagus ini! Membuatku muak saja!” bentak Lian Er pada pada para pelayan. Lian Er menatap Wei Zhang yang kini berdiri di dekat tangga, tatapan matanya pada Wei Zhang terlihat sangat kesal. “Seharusnya Papa membuang gadis kotor itu ke jalan! Jika aku tahu mata ini berasal darinya, aku tidak akan pernah mau menerimanya!” jerit Lian Er pada Wei Zhang. Ah Nian hanya menggenggam tongkatnya sambil berdiri di depan pintu kamarnya. Dia berdiri di sana menunggu Wei Zhang datang. Begitu langkah Wei Zhang mendekat, Ah Nian segera membuka kata, “kamu bilang keluargamu akan menerimaku di sini? Sepertinya putrimu tidak senang melihatku ada di sini,” ujarnya pada Wei Zhang. Ah Nian lupa kalau dirinya memiliki pendengaran yang sangat baik, dia bisa mengetahui jalan yang dia lalui melalui getaran suara dan aroma. Semenjak kedua matanya tidak bisa melihat dia bisa merasakan itu bahkan lebih teliti dari orang normal. Dia bisa melihat apa yang seharusnya tidak bisa dia lihat, baginya sama saja buta atau tidak. Wei Zhang langsung menyinggungnya, “kamu tahu aku yang berjalan ke arahmu? Kamu bisa melihatku?” tanyanya dengan tatapan curiga. Ah Nian langsung tersadar, dia sungguh menyesal sudah menunjukkan apa yang seharusnya dia sembunyikan baik-baik. “Bisa-bisanya aku kelepasan bicara! Sialan! Aku masuk ke rumah ini bukan untuk menunjukkan kehebatanku, aku datang ke sini untuk membalas dendam! Keluarga Hua Mei harus membayar apa yang menimpa keluargaku di masa lalu! Wanita rendahan dan licik itu! Aku tidak akan pernah melupakan perbuatannya!” bisik Ah Nian dalam hati. Ah Nian segera menarik garis senyum lembut, dia harus menyembunyikan kemarahan dalam hatinya. “Hanya mencium aroma parfum milik Tuan Wei,” jawab Ah Nian segera. Wei Zhang menyentuh bahu Ah Nian kemudian segera berkata, “aku yakin cepat atau lambat Lian Er akan berubah, dia hanya belum akrab denganmu, tenang saja, aku akan membantumu agar bisa tinggal di sini dengan nyaman, aku akan mencoba bicara dengannya,” ujarnya sambil menepuk bahu Ah Nian lalu pergi meninggalkannya. Ah Nian hanya mengangguk pelan. Kini tinggal beberapa pelayan berada di sana, Ah Nian berjalan pelan memasuki ruangan. Pecahan perabotan sudah dibersihkan. Ah Nian meraba lemari baju di sana, ternyata baju-baju baru dan bagus sudah disiapkan untuknya. Ah Nian menyentuhnya satu-persatu, pelayan yang bertugas menjaga dan melayaninya masih berdiri di sana menunggu perintah. “Siapa nama kalian?” tanya Ah Nian pada dua orang di sana. “Saya Nuan, Nona,” jawab salah satu dari mereka. Ah Nian masih menunggu pelayan yang satunya menjawab, tapi tidak ada yang bicara selain pelayan yang merapikan pecahan perabotan di lantai. Ah Nian menoleh padanya sambil mendengarkan dengan baik, dia merasa yakin sekali bahwa pelayan tersebut masih berdiri di sana. “Ada dua orang pelayan di sini, kamu? Siapa namamu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah pelayan yang satunya. Spontan pelayan itu langsung duduk bersimpuh di lantai karena takut. “Ampun, Nona, saya Liiu,” ucapnya pada Ah Nian sambil menundukkan wajahnya. Ah Nian berjalan dengan mengetukkan tongkatnya di lantai, dia berhenti tepat di depan Liiu lalu berjongkok di depannya. Ah Nian membantunya berdiri. “Kenapa kamu begitu takut padaku, aku tidak akan menamparmu,” bisik Ah Nian pada sisi kanan telinga Liiu. Liiu langsung memucat, sebelumnya Lian Er memukul dan menampar pipinya karena Liiu mengatur kamar Ah Nian dengan rapi dan bagus. Lian Er sangat marah sekali. Liiu sangat terkejut, bahkan saat itu terjadi Ah Nian masih belum berada di sana jadi dia tidak tahu bagaimana Ah Nian bisa mengetahuinya, kecuali Ah Nian berpura-pura buta!“Nona-nona, Nona Ah Nian, bagaimana bisa tahu?” tanya Liu sambil mengangkat telapak tangannya sambil mengayunkan perlahan ke kanan dan ke kiri tepat di depan wajah Ah Nian untuk memeriksa apakah Ah Nian sungguh-sungguh tidak bisa melihat atau hanya berpura-pura buta di depan semua orang. “Dia sungguh buta, bukan? Bagaimana dia tahu kalau pipiku memerah karena ada bekas tamparan?” tanya Liu dalam hati. “Jangan salah paham,” ucap Ah Nian seraya memutar badan berdiri memunggungi Liu, “Aku hanya mendengar suara tamparan itu, tepat ketika menaiki anak tangga beberapa menit yang lalu, Tuan Wei menahan langkah kaki kami di tengah anak tangga, lain kali aku tidak akan menjelaskannya,” ujar Ah Nian lalu memutar badan menghadap ke arah Liu kembali lalu dia berkata, “menjadi buta sepertiku, tidak harus menunjukkan kerapuhan dan kelemahanku di depan orang lain, bukan?” tanyanya. Liuu langsung menundukkan kepalanya. “Ya, maafkan saya, Nona,” ucap Liiu dengan sungguh-sungguh. “Keluarlah dar
“Tuan muda Hwang, apa yang begitu menarik di lantai dua? Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu terpesona dan tidak bisa berhenti menatapnya?” gurau Wei Zhang sambil berjalan menuju ke arah anak tangga dengan senyum lebar. Ah Nian di lantai dua bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Wei Zhang. “Ternyata benar, Hwang Jun masih berada di tengah anak tangga dan dia berdiri di sana, terus menatap ke arahku!” bisik dalam hati Ah Nian. “Ah, tidak ada, saya tadi sempat mendengar suara perabotan pecah di lantai atas, saya hendak memeriksanya tapi tidak jadi,” jawabnya dengan sopan sambil mengukir senyum pada bibirnya. “Mari kita mengobrol, pelayan sepertinya masih menyiapkan makanan di ruang makan,” ujarnya pada Hwang Jun. Wei Zhang merangkul bahu Hwang Jun seperti merangkul bahu putranya sendiri. Dari pintu masuk Juan Lin baru datang. Baju yang Juan Lin kenakan terlihat berantakan, serta langkah kakinya sempoyongan seperti baru selesai mabuk-mabukan. Langkah kaki Juan Lin terhenti k
“Dari nada dan ritme langkah kaki ini, pemiliknya adalah seorang gadis muda, bukan Hua Mei, Lian Er!” Gumam Ah Nian sambil mengulurkan tangannya menggenggam kenop pintu kamarnya lalu dengan cepat membuka pintu sehingga Lian Er langsung terjatuh ke lantai kamar Ah Nian. “Ah! Lenganku! Gadis buta sialan! Awas saja, akh sakit sekali!” Lian Er menjerit sambil mengusap lengan kanannya yang memar karena terjatuh ke lantai Ah Nian mengetukkan tongkatnya ke lantai lalu berjalan menjauh dari pintu. “Nona Lian datang jauh-jauh ke ruangan ini, apakah ada hal penting yang ingin anda sampaikan?” Ah Nian bertanya dengan sopan. Dengan susah payah, Lian Er segera bangkit dari lantai dan menunjuk wajah Ah Nian. “Hwang Jun terus menyebutmu di ruang makan, Papa memintaku memanggilmu untuk bergabung dengan kami!” ucapnya dengan tatapan penuh amarah, belum puas hanya menunjuk wajah Ah Nian, Lian Er pun menjambak rambut Ah Nian. “Satu hal lagi yang harus kamu ingat, berhati-hatilah jika mencari pel
Tebakan Ah Nian benar, Juan Lin mendengar semua yang dikatakannya dan langsung berkata, “Pelayan sialan! Apa yang kamu katakan tentangku, hah?” bentaknya pada Nuan dari posisi berdiri. Juan Lin meremas pagar lantai atas dengan tangan kanannya. Dia ingin mengejar dan memarahi Nuan tapi tidak bisa karena mabuk. Ah Nian tidak menjawab, dia hanya terus berjalan menuju lantai utama. Sampai di lantai utama, Ah Nian segera bertanya pada Nuan. “Di mana letak ruang makan?” tanyanya pada Nuan. “Bolehkah saya membantu Nona untuk memimpin jalan? Saya tidak cukup pandai, takutnya salah arah kalau hanya menunjukkan dengan kata-kata,” ucap Nuan. Ah Nian menganggukkan kepalanya, dia mengulurkan lengan kirinya pada Nuan. Nuan segera menuntunnya menuju ke ruang makan. Ah Nian dengan cepat bisa membaca di mana letak ruang makan di kediaman megah tersebut. Samar-samar Ah Nian bisa mendengar suara percakapan antara Hwang Jun dan Wei Zhang dari arah ruang makan dan suara tersebut semakin terdengar jel
Ah Nian hanya menoleh ke samping ketika Hwang Jun hampir melewatinya, mengiranya Hwang Jun akan berlalu pergi tapi ternyata Hwang Jun malah berhenti tepat di sebelahnya. Ah Nian tidak ingin terjadi kesalahpahaman, Ah Nian segera mengambil langkah menjauh dari Hwang Jun dengan tergesa-gesa. Hwang Jun menatap ke belakang, dia tidak tahu kalau Lian Er mengawasi dari kejauhan. Hwang Jun tanpa ragu mengejar dan mencekal pergelangan tangan Ah Nian. Ah Nian langsung menarik tangannya tetapi Hwang Jun tidak bersedia melepaskannya. “Tuan Muda Hwang, jangan sampai membuat orang salah paham padaku, apa kamu sama sekali tidak tahu tujuan Tuan Wei dan Nyonya Hua mengundang Anda datang ke sini?” tanya Ah Nian pada Hwang Jun. Ah Nian tahu kalau Lian Er mengawasi dari teras rumah. Karena Hwang Jun tidak segera melepaskan pergelangan tangan Ah Nian kembali membuka kata, “Lian Er memperhatikanmu, cepat lepaskan genggaman tanganmu!” perintah Ah Nian pada Hwang Jun. “Jangan berbohong, pasti hanya
“Akh sakit sekali! Lagi-lagi kamu sengaja menghindar! Apa jangan-jangan kamu hanya berpura-pura buta di depan semua orang?” hardik Lian Er pada Ah Nian. Ah Nian berpura-pura terkejut, dia segera membungkuk dan menggapai ke sekitar untuk membantunya. “Nona Lian, apa yang terjadi?” tanya Ah Nian padanya. Juan Lin sejak tadi mengawasi dua wanita di koridor lantai atas. Dia melihat Lian Er berusaha berdiri dari lantai kemudian Lian Er mengangkat tangan kanannya untuk menampar Ah Nian ketika Ah Nian menoleh ke kanan kiri seolah kehilangan arah. Ah Nian bukan kehilangan arah, tapi dia mendengar langkah kaki Juan Lin yang kini berjalan dengan langkah cepat kemudian menepis tangan Lian Er. “Apa yang kamu lakukan!” bentak Juan Lin pada Lian Er. “Kamu tidak melihatnya? Hah? Gadis kotor ini berpura-pura lemah di depan semua orang, dia pasti berpura-pura buta!” jerit Lian Er pada Juan Lin. “Dia bahkan menggoda Tuan Muda Hwang! Dia gadis jahat!” ucap Lian Er lagi. “Apa kamu bilang? Pur
“Tentu saja, katakan apa yang kamu inginkan?” tanya Juan Lin. Ah Nian tersenyum lalu menarik lepas lengan Juan Lin dari belakang pinggangnya. Ah Nian berjalan pelan menuju ke arah ranjang tanpa meraba-raba seperti gadis buta pada umumnya. Sampai di sana Ah Nian langsung melepaskan gaunnya dan menggantinya dengan gaun tidur yang sudah disiapkan di ranjang. Juan Lin tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludahnya, tubuh mulus dan telanjang milik Ah Nian terlihat sangat cantik dan seksi. “Bagaimana dengan satu posisi di perusahaan?” pinta Ah Nian pada Juan Lin sambil mengikat tali gaun pada pinggang rampingnya. Ah Nian mendengar suara langkah kaki Juan Lin mendekat dan berhenti di belakang punggungnya. Ah Nian memutar badan menghadap ke arah Juan Lin. “Lalu?” tanya Juan Lin sambil menarik pinggang Ah Nian kembali ke dalam pelukannya. Juan Lin bisa merasakan betapa montoknya buah dada Ah Nian yang terasa kenyal dan sangat lembut saat dia memeluknya erat. “Tuan muda Lin tahu say
“Saya tidak melakukan apa-apa, saya hanya menunjukkan pada Tuan muda Lin bahwa hubungan antara kita berdua sungguh tidak mungkin, Tuan muda Lin jangan salah paham, kejadian pada malam ini sebaiknya tidak terulang lagi. Nyonya Hua bisa marah besar. Tuan muda Lin, sudah larut malam, Tuan muda Lin seharusnya tidur di kamar terpisah dengan saya,” ucap Ah Nian sambil menggeliat di bawah himpitan tubuh Juan Lin.“Tidak ada gunanya, Mama sudah terlanjur berpikir aku tidur denganmu, aku akan memintanya untuk menikahkan ku denganmu,” ucap Juan Lin dengan sungguh-sungguh lalu berniat menarik tali gaun Ah Nian.Ah Nian langsung menahan tangan Juan Lin. “Saya yakin Tuan muda Lin bukan tipe orang yang akan mengingkari janjinya, saya juga demikian, saya akan melayani Tuan muda Lin dengan sepenuh hati setelah Tuan muda Lin membuktikan semua yang Tuan muda Lin janjikan sebelumnya,” bisik Ah Nian pada Juan Lin.“Kamu begitu pandai memenangkan hatiku, aku tidak bisa mengalahkan mu,” balas Juan Lin sera
***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san
Hwang Jun tertawa renyah, hal itu membuat Ah Nian merasa lega sekali. Sinar mata Hwang Jun dengan kilat tajam bagai pedang semalam, Ah Nian sangat berharap dia tidak akan pernah melihatnya kembali!"Orangku memang berhasil menangkapnya, tapi dia kabur pukul dua dini hari," Hwang Jun tidak berbicara omong kosong, dia juga menunjukkan pesan dari orang-orang yang dia tugaskan untuk menjaga Juan Lin."Ya, tentu saja, dia pasti sangat ketakutan setengah mati, siapa yang tidak tahu tentang Tuan Muda Yelan? Pasti Juan Lin sangat takut lantaran ulah keluarganya di masa lalu, dia pasti cemas dan berpikir akan mengalami nasib yang sama." Ah Nian meremas tangannya sendiri, jelas sekali kegelisahan tengah singgah di dalam hatinya saat ini."Tenanglah, masalah Juan Lin, aku yang akan mengurusnya, ini tidak ada kaitannya denganmu, Nian. Kamu hanya korban di sini," tuturnya untuk meyakinkan Ah Nian.Ah Nian menganggukkan kepalanya."Jangan sampai Tuan Muda Hwang kenapa-kenapa, aku tidak akan pernah
Ah Nian hanya menelan ludahnya sendiri ketika melihat sorot mata tajam yang sempat dia lihat sekilas pada kedua mata suaminya tatkala bertemu tatap dengannya satu menit yang lalu. Ah Nian langsung meremas baju tidur yang menutupi tubuhnya.Baru beberapa menit Hwang Jun pergi ke kamar mandi ponsel Hwang Jun di atas meja berdering nyaring.Ah Nian kaget sekali, dia langsung mengambilnya dan menjawab telepon. Biasanya Ah Nian juga menerima panggilan di ponsel Hwang Jun semenjak mereka menikah. Dan pikirnya itu telepon dari rekan kerja Hwang Jun seperti biasanya.Begitu mendengar suara di seberang sana, Ah Nian langsung memutuskan panggilan dan menaruh benda pipih tersebut kembali ke atas meja di sebelah ranjang.Ah Nian segera berpura-pura tidur seolah-olah tidak ada yang terjadi.Hwang Jun sudah selesai mandi, dia melihat Ah Nian meremas selimutnya.Hwang Jun pikir Ah Nian kedinginan hingga menggigil."Apa ac-nya terlalu dingin?" Tanya Hwang Jun seraya duduk di sebelah Ah Nian. Hwang Ju
Melihat rekaman kamera dalam ruangan pertemuan tersebut sontak Hwang Jun terduduk lemas di kursi. "Jadi ini yang ingin kamu sembunyikan dariku? Apakah sikapmu berubah belakangan ini juga karena Juan Lin?" Tanya Hwang Jun pada dirinya sendiri. Hwang Jun mengusap wajahnya dengan perasaan gelisah. Dia segera menghapus semua data rekaman di ruangan pertemuan serta detik-detik ketika Ah Nian tiba-tiba ditarik paksa oleh Juan Lin.***Tiga jam kemudian, Hwang Jun tiba di rumahnya. Saat mencari istri tercintanya Hwang Jun melihat Ah Nian sedang duduk melamun di kursi teras samping.Hwang Jun berjalan lesu mendekatinya lalu duduk di sebelahnya dan langsung meletakkan kepalanya di atas pangkuan Ah Nian.Ini tidak seperti biasanya, setiap Hwang Jun bersikap berbeda selalu ada alasan kenapa pria itu melakukannya.Ah Nian merasa cemas dan takut, kedua telapak tangannya mengepal kuat dan dia tidak berani menyentuh tubuh atau kepala Hwang Jun yang biasanya dia belai dengan penuh kasih sayang.Hany