“Hah?” Para perampok itu langsung menatap Sean, wajahnya penuh dengan tatapan suram. Nida terkejut, dan menatap Sean, tidak tahu sebenarnya Sean ingin melakukan apa, di dalam hatinya sedikit tidak tenang. “Mengapa kamu begitu percaya diri?” salah satu yang berkepala botak memandang Sean, dan bertanya. “Apakah kamu ingin kami melepaskan para sandera ini pergi? Keterampilan bernegosiasi yang sangat buruk, aku benar-benar tidak tahu kenapa polisi membiarkanmu masuk, dengan IQ-mu ini, masih berani menjadi pakar negosiasi?” perampok lainnya berkata dan tertawa. Dan perampok lainnya juga saling menertawakan. Mereka sudah bertemu dengan banyak pakar negosiasi, tetapi ini pertama kalinya mereka bertemu Sean dengan kemampuan bernegosiasi serendah ini. “Benar, aku ingin kalian melepaskan para sandera terlebih dahulu,” kata Sean dengan serius. “Hahaha, kamu datang untuk bercanda? Atau kamu berpikir kami semua bukanlah perampok ?” Setelah para perampok itu
Sean melirik Bian sejenak, tidak bertanya kepadanya, dan berjalan menghampiri Jendral Dian. Ketika semua orang melihat Sean tidak berbicara, ada sedikit kemarahan yang terpancar di mata. Dan begitupun dengan Bian, dia tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. “Apakah kamu tuli? Aku bertanya kepadamu kenapa Nida tidak keluar bersamamu?” tanya Bian dengan suara berat. “Apakah kamu idiot? Tentu saja dia di dalam ditahan sebagai sandera,” kata Sean. “Kamu? Kenapa mereka tidak menginginkanmu menjadi sandera?” Bian bertanya dengan marah. “Tenang, apa yang bisa diributkan?” Komandan Bagas mengerutkan keningnya, berjalan mendekat dan melototi Bian, Bian menutup mulutnya dengan perasaan tidak menerima. “Anak muda, jika terjadi sesuatu yang tidak terduga kepada Nida, aku tidak akan melepaskanmu!” Bian tidak lupa mengutuk Sean untuk terakhir kali. Komandan Bagas mengerutkan kening, dan bertanya kepada Sean, “Tuan Sean, bagaimana situasi di dalam, apakah kamu
“Petuga polisi yang cantik, masih ada waktu tiga menit, jika temanmu itu masih tidak kembali juga, aku akan membunuh satu sandera. Jika orang-orang di luar tidak menyetujui permintaan kami, maka dalam waktu sepuluh menit aku akan membunuh seorang sandera juga, dan sampai membunuh semua para sandera.” Sean sudah pergi dalam waktu lebih dari lima menit dan masih saja belum muncul, si botak itu melihat Nida dan berkata. “Dan masih bilang kami para perampok tidak memiliki rasa kemanusiaan, aku lihat temanmu itu yang tidak memiliki rasa kemanusiaan, demi menyelamatkan diri sendiri, dia langsung meninggalkanmu seorang wanita cantik sendirian di sini,” kata perampok lainnya sambil tertawa. “Wanita cantik, jika hari ini aku bisa melarikan diri, maka ikutlah denganku, aku akan membawamu pergi makan makanan yang enak, dan menikmati keindahan dunia,” kata salah satu perampok sambil tertawa. Nida diam tidak berkata apa-apa, sebenarnya di dalam hati dia juga sedikit memben
“Cara berterima kasih setiap orang berbeda-beda, mungkin karena hari ini mereka terlalu gugup, dan mungkin juga karena takut, dan di dalam hatinya hanya berpikir untuk segera meninggalkan dari cengkeramanmu, dan tidak sempat untuk berterima kasih adalah hal yang normal. Tidak bisa dipastikan ketika mereka pulang nanti, ketika mereka sudah tenang, dan akan mengingat dua orang dermawan penyelamat seperti kami,” kata Sean dan tersenyum ringan. Si botak itu mendengar apa kata Sean, kemudian dia tersenyum, dan tidak mengatakan apa-apa. Setelah mendengar Nida juga menatap Sean dengan serius, melihat Sean seperti orang yang tidak berbicara hal yang ironis seperti ini, tiba-tiba di dalam hatinya dia merasa terlalu banyak berpikir. Dia tahu bahwa Sean bukanlah seorang petugas polisi, dan hanya bertugas untuk membantu mereka. Dan sukarelawan seperti Sean memiliki kesadaran politik seperti itu. Dan dia sebagai petugas polisi, saat menyelamatkan para sandera dia memiliki pemi
"Tidak ada orang lain, menurutku mungkin mereka di belakang minibus," pria yang datang duluan berbisikan. "Ojan, kamu pancing agar mereka keluar, kita bertiga siap-siap," pria berbadan kekar mengatakan terhadap anak muda rambut pirang. Anak muda rambut pirang menganggukkan kepala, kemudian menembak ke arah luar. Setelah melihat tidak ada reaksi apapun, dia langsung berlari keluar. Saat dia berlari keluar, dia langsung menembak 2 kali ke arah minibus. Pria berbadan kekar langsung berlari keluar dengan kesempatan ini, dia juga tidak berhenti menembak ke arah minibus. Tapi detik kemudian, Sean dan Nida malah menaikkan kepalanya dari dinding di samping pintu gerbang, kemudian menembak ke arah 4 orang tersebut. Pria berbadan kekar dan 4 orang lainnya tidak menyangka jika 2 orang ini bisa bersembunyi di bawah dinding rendah sebelah pintu gerbang, saat mereka menyadarinya, 4 orang tersebut sudah tertembak. "Teknik menembakmu lumayan tepat," Nida melihat dan meng
Setelah membahas masalah ini dengan Jenderal Dian, membuat Jenderal Dian sangat dilema. Tetapi setelah Sean berjanji tidak akan membiarkan Rifaldi untuk melakukan kesalahan, Jenderal Dian baru menyetujui untuk membantu Sean melakukan masalah Rifaldi. Setelah meninggalkan rumah sakit, Sean pulang ke rumah. Saat mengisi bensin di tengah jalan, dia bertemu dengan Riza. Riza juga sedang mengisi bensin, setelah dia bertemu dengan Sean, tatapan matanya muncul senyuman yang licik. Sean melihat Riza yang tersenyum dengan dirinya, dia memainkan alis kemudian berjalan ke arahnya. "Tuan muda Riza, kamu tidak terlalu jujur ya, membully orang jujur seperti diriku," Sean berjalan ke sebelah mobil mewah milik Riza, kemudian menyandar di jendela mobil dan mengatakannya. Dia sangat santai dan tidak terlihat seperti orang yang dibully, mereka seperti 2 teman baik yang sedang bercanda. Riza terkejut, dia adalah salah satu dari 4 tuan muda terkenal di Kota Bandung, walaupun dia seperti Ferry begitu t
Pukulan Sean tidak terlalu kuat, tetapi bagian wajah adalah tempat yang paling sensitif, terutama bagian hidung yang terbanting ke bagian setir mobil, langsung ada darah yang mengalir dari lubang hidung Riza, dan seluruh setir mobil dalam sekilas menjadi warna merah. "Sean, kamu..." Sean memang sangat cepat dalam beraksi, di keadaan yang mendadak ini membuat Riza tidak sempat untuk menyadari, langsung dijambak Sean dan dibanting ke setir mobil. Tanpa memperdulikan darah yang tidak berhenti mengalir, Riza baru ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menyadari jika Sean menekankan kepalanya kembali. Boom! Sekali lagi wajahnya menyentuh stir mobil. Kali ini Riza melakukan persiapan, dia menggunakan tenaganya untuk melawan, tetapi dia malah menyadari jika tangan Sean sangat kuat, hingga membuatnya tidak bisa melawan dan tidak bisa mengeluarkan tenaga sedikitpun. Kali ini Sean menambahkan kekuatannya, hingga membuat Riza menjadi pusing karena terpukul. Dia m
Sudah lama sejak perusahaan mengatakan bahwa Perusahaan Champion akan memindahkan beberapa staf manajemen, semua manajer Perusahaan Arthaguna bekerja keras setiap hari dan menunjukkan kemampuan mereka masing-masing, mereka berharap dapat dipilih oleh kantor pusat. Ya, di mata manajemen Perusahaan Arthaguna, Perusahaan Champion telah menjadi kantor pusat mereka. Tapi sudah lebih dari satu bulan, dan belum ada pergerakan dari kantor pusat, ini membuat manajer Perusahaan Arthaguna ragu apakah kantor pusat sudah melupakan mereka. Jika bukan karena setiap rapat Chandra sering mengatakan hal ini, mereka pasti sudah lupa dengan cepat. “Direktur Chandra, Bos Sean apakah telah melupakan kita, sudah lebih dari satu bulan, kenapa belum ada pergerakan sama sekali?” Khair bertanya pada Chandra. Selama lebih dari sebulan, Khair telah mengenali statusnya dan memulihkan hubungannya dengan Chandra. “Aku sudah mengunjungi Perusahaan teknologi beberapa hari yang lalu dan sedang