Hari ini dia harus ingin membalaskan dendam nya kepada Agung, bahkan kedatangan Pasukan Azure juga tidak berguna. Apalagi dia sama sekali tidak menganggap mereka. Hanya saja posisi Sean terlihat lebih tinggi dari Pasukan Azure. Ini membuatnya sedikit kebingungan. “Bagaimana kalau kamu menemukan sebuah mayat?” tanya Fernando sambil tersenyum. “Maka kamu juga akan menjadi mayat,” Sean juga ikut tersenyum tipis. ”Hmm?” Raut wajah Fernando berubah dan langsung mengeluarkan pistol. Pistol itu dibawanya dari luar negeri melalui jalur istimewa, hingga sekarang belum ada yang pernah memaksanya untuk mengeluarkannya. Tapi hari ini Sean memberikan tekanan yang lebih kuat untuknya. Melihat pistol di tangan Fernando, raut wajah Pasukan Azure itu berubah. Meskipun mereka juga terkenal dengan kekuatannya, tapi mereka tidak pernah memainkan pistol, apalagi pistol yang begitu formal. Bahkan raut wajah Amar ikut berubah. Sebagai tentara khusus yang sudah pensiun, tentuny
“Sebenarnya siapakah dirimu?” Fernando menatap Sean dengan takut. Dia jarang bertemu dengan orang yang begitu kejam seperti Sean. Walaupun dia memiliki pistol di tangannya, dia juga tidak berani asal menembak. Melainkan setelah dia memberikan kesempatan untuk Sean, tapi Sean langsung menembaknya dengan begitu kejam. Sekarang sepasang kaki Fernando tertembak, tangan kanannya terluka dan seluruh klubnya dikerumuni, bahkan dia tidak ada kesempatan untuk kabur. Sean tidak berbicara, melainkan memberi kode kepada Amar, lalu Amar langsung menarik paksa pemuda yang datang memberi informasi. Sebelum menemukan Agung, Sean tidak akan membiarkan Fernando lepas begitu saja. Tindakan dia ini juga menjaga-jaga. Kalau akhirnya Fernando menggunakan Agung untuk mengancamnya, maka dia akan susah beraksi. Dengan cepat, dua bawahan Pasukan Azure membawa Agung ke dalam ruangan. Agung awalnya tercengang setelah melihat Sean, lalu dia mengangguk kepalanya kepada Sean, tanpa mengatakan ka
Beberapa menit kemudian, Agung keluar dengan tubuh yang penuh darah. Dia tahu Sean akan menunggunya di luar, lalu dia berbelok ke hadapan Sean. Melihat wajah dan tubuh Agung yang penuh darah, Pasukan Azure sedikit merinding. Mereka juga telah menebak bahwa Fernando pasti telah mati di tangan Agung. “Waktu itu kamu bilang akan memberiku satu kartu ATM. Apakah sekarang itu masih berlaku?” Agung merebut rokok dari Sean dan menghisapnya. “Berlaku, jika uangnya tidak cukup, kamu bisa datang menemuiku," Sean mengangguk untuk memberi kode kepada Amar. Amar memberikan kartu yang diberikan Sean kepada Agung. ”Kak Agung, aku turut berduka cita,” ucap Amar. ”Aku tidak apa-apa,” Agung menepuk pelan bahu Amar. “Turut berduka cita. Aku pergi terlebih dahulu,” ucap Sean lalu dia menoleh ke arah Pasukan Azure. “Kalian bertiga tetap disini dulu untuk membantu Agung mengurus masalah disini,” Sean dan Amar pergi dari Club House. Agung memandang punggung kepergian S
“Benar, kalau aku tidak keluar dari dunia itu dan menjadi lebih kuat, mungkin aku bisa melindunginya semakin baik,” Agung menganggukan kepalanya. Dia sudah menyadarinya, tapi ada beberapa hal yang sudah telat. “Setiap kehidupan memang ada rintangannya, mungkin jalan hidup Citra sudah berhenti sampai disini. Tapi masih ada jalan panjang yang menunggumu. Walaupun tidak mudah, yang harus kita lakukan adalah terus percaya bahwa matahari akan muncul lagi esok hari dan kita harus terus maju dan tidak boleh menyerah.” Sean juga membuang puntung rokoknya, lalu menepuk tangan berjalan ke mobilnya yang berhenti di tepi jalan. “Pasukan Azure memanggilmu Tuan Muda. Apakah kamu bersiap untuk tidak hidup biasa?” Agung mengejar Sean. Sejak awal dia sudah menyadari bahwa Sean bukanlah orang biasa dan siapa sangka dia adalah orang kaya. “Aku tidak pernah hidup biasa, hanya saja dulu aku tidak ada modal untuk hidup boros,” ujar Sean sambil tersenyum tipis. Kata
“Oh iya, sepertinya ada aroma alkohol dari tubuh Sean. Apa yang dia lakukan jika dia tidak bekerja? Jangan-jangan ingin bersenang-senang karena dirinya mulai ada uang?” Mega tiba-tiba teringat akan sesuatu, lalu mengerutkan dahi. “Sepertinya aku harus berbicara dengannya malam ini. Aku tidak mengurusnya beberapa hari ini, aku juga tidak tahu dia pergi mencari pekerjaan atau siap untuk melakukan usaha,” pikir Mega dan dia tiba di depan sekolah Andin tanpa sadar. “Apa yang kamu lakukan, Mega?” Mega baru saja turun dari mobil dan langsung bertemu dengan wanita yang berusia dua puluh lima tahun berjalan ke arahnya. Wanita ini sangat cantik, meskipun tidak sebanding dengan Mega, tapi juga merupakan salah satu wanita cantik yang jarang ditemukan. “Yasmin? Kamu datang menjemput anak?” ujar Mega curiga kepada wanita cantik itu. “Iya, kesini untuk menjemput keponakanku. Oh iya, kamu bekerja dimana?” tanya Yasmin sambil menggelengkan kepalanya. “Di Perusahaan Arthaguna,” jawab Mega.
Hari ini Yasmin dan Erwin mengundang Mega untuk makan, tetapi juga mengajak Sean, sungguh terlihat ingin mencari masalah. Dan Mega tidak menyadarinya. Sean juga tidak banyak berkata-kata. Tapi mau Erwin ataupun Yasmin, Sean sama sekali tidak menganggap mereka, jadi dia tidak begitu peduli. “Aku usahakan, tapi harus kamu ketahui ada beberapa hal yang tidak bisa dengan mudah terselesaikan,” ucap Sean. ”Hmm, setidaknya melakukan sesuatu daripada tidak,” Mega mengangguk kepalanya. ”Oh iya, kenapa kamu menyuruhku untuk berbaikan dengan Erwin? Apakah dia mencari masalah denganmu?” tanya Sean tiba-tiba. Kalau Erwin berani menyentuh Mega, dia bisa menjamin dia akan menjatuhkan Erwin dari posisinya. Meskipun dia hanyalah pengusaha, tapi dengan kemampuannya yang sekarang, dia bisa melakukannya. “Aku tidak berkaitan dengannya, mengapa dia harus mencari masalah denganku? Kalaupun ada, juga langsung mencari masalah ke perusahaan. Aku melakukan ini demi kebaikanmu,” uc
“Ada tiga puluh miliar di dalam kartu ini dan sandinya adalah tanggal pernikahan kita. Kamu akan mengetahuinya setelah memeriksa itu,” Sean mengeluarkan kartu yang dia siapkan untuk Mega. “Aku tidak memberitahu ini kepadamu, karena aku takut kamu tidak percaya,” Sean lanjut menjelaskan. “Bagaimana mungkin aku tidak percaya kepadamu. Tapi tunggu, aku masih harus memastikannya,” Mega menerima kartu ATM-nya. Dia percaya Sean tidak akan menipunya, tapi dia masih saja ingin pergi memeriksanya sekarang, agar hatinya lebih pasti. “Ada bank di La Costilla sana. Kamu nanti periksa disana saja.” ujar Sean sambil tersenyum. Mega mengangguk. Dia masih bisa menunggunya, lagi pula nanti mereka akan makan di La Costilla. Dia asal memberhentikan mobilnya di tepi jalan, juga merupakan hal yang terlarang. Mega sibuk menyalakan mobil setelah melihat polisi lalu lintas berjalan mendekatinya. Mereka dengan cepat tiba di La Costilla. Mega menyuruh Sean untuk memberhentikan mo
“Jadi begini, aku melamar kerja sebagai Wakil Manajer departemen sumber daya manusia dan kemarin aku baru mengurus administrasi masuk kerja disana. Saat itu aku mendengar Pak Kevin dan Bu Clara membahas Perusahaan Arthaguna. Aku penasaran untuk bertanya, mereka bilang Perusahaan Arthaguna merupakan perusahaan yang dibeli oleh pemilik Bos di belakang Perusahaan Champion. Jadi aku agak terkejut,” jelas Arya. Kebetulan Pak Kevin dan Bu Clara yang dimaksud Arya adalah Wakil Direktur taman film yang diperintah Sean untuk sementara waktu. Kalau tidak salah, setelah fase proyek pertama jadi dan taman film mulai dijalankan, mungkin diantara mereka berdua ada salah satu yang menjadi Ketua Direktur dan satunya lagi tetap menjadi Wakil Direktur. Apa yang dimaksud Arya tadi adalah Perusahaan Champion dan Perusahaan Arthaguna memiliki Bos yang sama, berarti mereka juga bisa terhitung rekan kerja, jadi dia ingin coba berdekatan dengannya. Hanya saja dia tak sangka bahwa Yasmin menger