Setelah semalam berkutat dengan senyum yang penuh dengan kepalsuan, tapi saat pagi datang, Laura seolah kembali mendapatkan kekuatannya untuk menghadapi dunia. Jam menunjuk pada angka sepuluh saat Laura sibuk dengan kegiatannya di butik. Hari-hari barunya yang ia jalani dengan hati yang gembira. Sepagi ini, ia bahkan baru saja menyelesaikan meeting dengan salah seorang klien yang tempo hari membawa anak kembarnya untuk membuat gaun ulang tahun di tempatnya. Laura duduk di ruang kerjanya, sedang mengirim desain gaun permintaan ibunya Samantha untuk malam resepsi. “Bu Laura,” panggil salah seorang stafnya yang bernama Hani, yang berdiri berseberangan meja dengannya. “Iya, Han?” Wajah gadis itu terlihat ceria saat ia menunjukkan ponselnya, “Followers kita naik dua puluh ribu di sosmed,” katanya. Sontak saja itu membuat sepasang mata Laura membola. “Bagaimana bisa?” “Apakah Bu Laura tahu kalau Nona Samantha Adam memposting foto yang menunjukkan kalau dia sedang fitting baju dan d
Laura tak serta merta menanggapi Fidel, atau kalimatnya yang lebih terdengar seperti sebuah pengusiran.Laura justru menatapnya cukup lama sebelum akhirnya tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu terlihat sangat marah, Fi?”Mendengar itu, alis Fidel yang tadinya seolah akan bersinggungan kembali ke sedia kala. “Tidak,” jawabnya, ia kemudian menunjukkan senyumnya yang tampak sangat aneh di mata Laura karena itu tidak cocok dengan matanya yang penuh dengan kebencian.“Aku hanya … tidak mau kamu malu karena salah mengambil tempat duduk, Lau,” lanjutnya.Sepertinya, keributan kecil yang mereka lakukan telah membuat salah seorang petugas yang berjaga di sana menghampiri mereka.“Ada masalah di sini, Nona-Nona?” tanya pria dengan pakaian serba hitam itu.“Sepertinya ada kesalahan, Pak,” jawab Fidel lebih dulu. “Sepertinya teman saya ini salah mengambil tempat duduk.”Pria itu menoleh pada Laura dan mengarahkan salah satu tangannya ke depan, “Maaf, jika Nona berkenan, apakah Anda bersedia menu
“Laura, bagaimana kamu bisa bekerja sama dengan Samantha untuk membuatkan gaun pernikahannya?” tanya salah seorang reporter. “Kami dengar kalau kamu membuka kembali butikmu setelah dua tahun vakum ya?” Pertanyaan dari reporter terdengar bergantian dan dijawab oleh Laura serta Samantha. Sepertinya … jawaban itu juga sampai di telinga Fidel karena gadis itu menoleh pada Alina dan Rosa seolah memastikan apakah benar butik miliknya yang tutup itu kembali beroperasi, bahkan menangani gaun pernikahan seorang supermodel sekelas Samantha. Cukup lama Fidel berdiri di sana, menyimak wawancara hingga usai dan melihat Laura berfoto dengan banyak model lain serta mendengar mereka yang mengatakan akan mengunjungi Laura untuk membuat baju di tempatnya. Beberapa bilang untuk menghadiri pesta, yang lainnya mengatakan untuk menghadiri acara penghargaan dan festival film. ‘Dia pergi juga akhirnya?’ batin Laura saat melihat Fidel bergegas meninggalkan keramaian yang masih hadir di sekitarnya. Lang
Meski kepalanya pening setelah mabuk semalam, pagi hari ini Jake sudah keluar dari ruang gym. Ia baru saja menyiksa tubuhnya untuk meredakan batinnya yang bergejolak akibat hal yang ia akui semalam—kerinduannya pada Laura.Saat ia memasuki kamar dan memeriksa ponselnya, ia melihat ada beberapa pesan masuk dari Farren.[Apakah Pak Jake sudah melihat ini?]Alis Jake berkerut saat ia melihat ada foto yang dilampirkan oleh Farren. Foto Laura yang tampak menghadiri sebuah acara peragaan busana semalam.Ia sangat cantik dalam balutan gaun berwarna hitam yang ia kenakan.Tak hanya itu, Farren juga mengirim beberapa artikel yang menunjukkan kedekatannya dengan para model papan atas, salah satunya adalah Samantha Adam.“Dia bisa berada di antara mereka karena terbebas dariku,” akunya meski sesak mengekang dadanya.Jake melemparkan ponselnya ke atas meja, berdiri sembari memijit keningnya yang terasa nyeri. Meski ia benci mengatakan ini, tapi Jake harus mengakuinya, “Tanpaku dia tetap menjadi
Elsa beringsut pergi dari duduknya dan segera memeluk Laura. Mereka tidak mengatakan apapun selama beberapa menit berjalan selain Elsa yang membiarkan Laura meluapkan tangisnya. Ponsel Laura yang ada di lantai kembali berdering, Elsa dengan sigap mengambilnya. Dan melihat sepertinya kondisi Laura tidak mengungkinkan untuk menerimanya, Elsa memutuskan untuk mengangkat panggilan dari dokter Liu itu. “Saya pengacaranya Laura, Dokter,” ucap Elsa. “Silahkan berbicara pada saya, karena Laura sepertinya masih shock dan tidak bisa bicara untuk sekarang.” Beberapa menit kemudian panggilan itu mati. Elsa meletakkan ponsel milik Laura ke atas meja, di samping gelas kopi yang mereka pesan. Saat Elsa duduk di samping Laura, ia merangkul bahunya. “Dokter bilang kamu harus berhenti meminum obat itu, Lau,” kata Elsa. “Katanya besok adalah jadwal kontrolmu, mereka akan membicarakan lebih lanjut secara langsung denganmu besok.” Elsa mengatakannya pelan-pelan karena ia tahu bahwa Laura masih sangat
Laura meletakkan ponselnya dengan tanpa daya setelah mengakhiri panggilannya bersama dengan Han.Batinnya dipenuhi oleh kemelut, ‘Kenapa Tania tidak mengatakan apapun padaku jika ingin pergi?’Padahal mereka sangat dekat selama ini.Padahal Laura menganggap gadis itu sudah seperti kakak perempuannya sendiri ….“Bagaimana?” tanya Elsa.“Karena Tania tidak bisa dihubungi, aku meminta sopirnya Jake untuk pergi ke tempat dia bekerja. Tapi Pak Han bilang kalau Tania sudah mengundurkan diri.”Napas Laura rasanya tersengal saat ia mengatakan itu. “Laura ….” panggil Elsa lembut. “Tenangkan dirimu! Jangan menjadikannya sebagai beban. Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri,” lanjutnya. “Kita bisa mencari tahu nanti, yang penting sekarang kamu tahu apa penyebab kamu tidak sembuh-sembuh setelah menjalani pengobatan selama ini.”Elsa mengusap air mata di pipi Laura, mengusap punggungnya sekali lagi dengan lembut.“Ayo, kita kembali ke butik saja, ya?”Laura mengangguk, mereka kemudian meninggal
Beberapa hari setelah itu, sidang kedua perceraian digelar. Bersama dengan Elsa, Laura pergi ke kantor pengadilan. Mereka tiba di sana lebih awal dan duduk di kursi tunggu. “Jake pasti tidak akan datang lagi hari ini,” ucap Laura, menoleh pada Elsa yang duduk di sebelah kanannya. “Aku pernah bilang pada Jake, kalau memang dia ingin tahu apa alasan-alasan kamu meminta cerai darinya dia harus datang,” tanggapnya. “Jadi mungkin saja kali ini dia muncul.” Tadinya, Laura tak ingin percaya apa yang dikatakan oleh Elsa begitu saja hingga ia mendengar suara langkah kaki beberapa orang yang datang mendekat. “Dia datang,” kata Elsa hampir berbisik. Mengedikkan dagunya ke arah barat melewati bahu Laura. Saat Laura memutar kepalanya, dugaannya bahwa Jake tidak akan menghadiri sidang telah patah! Pria itu datang bersama dengan seorang pria lain yang diyakini oleh Laura sebagai pengacaranya. Jake berhenti beberapa meter di dekat Laura duduk. Mata mereka bertemu dan saling tatap dala
Sepertinya ... Jake tak memiliki harapan. Karena Laura justru meraih tangannya dan melepasnya perlahan.“Aku tidak bisa bicara sekarang,” kata Laura. Memindah pandangannya dari tangan Jake dan jari manisnya yang masih mengenakan cincin pernikahan mereka untuk menatap pria yang sudah berpindah dan berdiri di hadapannya.“Satu menit saja,” pinta Jake.Sepasang iris kelamnya menerpa Laura yang justru menggeleng.“Aku sungguh sangat lelah, Jake,” jawab Laura. “Kamu juga melihat seperti apa sibuknya tempat ini sejak tadi. Pulanglah!”Melihat Laura yang tampak lelah membuat Jake mengangguk pada akhirnya. Ia menghela napasnya sebelum bibirnya yang baru saja bungkam itu kembali bersuara.“Kapan kamu mau menemuiku biar kita bisa bicara, Laura?”Laura mengangkat bersamaan kedua bahunya, “Aku tidak tahu.”“Aku akan datang ke sini lagi besok,” kata Jake, membulatkan keputusan.Laura melihatnya menyisih dan pergi meninggalkannya. Gema langkah kakinya terdengar hingga samar menghilang di luar.***