“Tidak,” jawab Jake dengan cepat. “Dulu … mungkin begitu. Tapi sekarang tidak, Laura,” lanjutnya. “Aku hanya … merasa bersalah padanya karena sudah membuat keluarganya malu di masa lalu sebab kami gagal menikah. Dia membuatku berhutang nyawa, jadi aku tidak bisa menghindarinya begitu saja.” Pria itu menghela dalam napasnya dan menatap Laura penuh arti. Sejauh yang bisa diingat oleh Laura … ia tak pernah melihat Jake menatapnya dengan cara seperti itu sepanjang mereka bersama. Laura menarik tangannya yang ada di atas bangku saat Jake hampir saja meraihnya. “Kamu tidak percaya padaku?” tanya Jake, menahan diri untuk tidak melewati batas karena Laura baru saja menunjukkan garis yang tidak boleh ia lewati. Laura mengangkat kedua bahunya dengan tidak yakin saat menjawab, “Entahlah, Jake.” “Aku tidak pernah berselingkuh dengan Fidel, atau tidur dengannya, sama sekali,” ucap Jake sekali lagi, meyakinkan Laura. Tapi bisakah Laura percaya itu? Karena ia tak memberi jawaban selain merema
“Akan aku perbaiki semuanya,” kata Jake. “Semua yang kamu tulis dalam gugatan perceraian kita, aku akan memperbaiki itu semua, Laura,” lanjutnya dengan suara bulat.Jake menatapnya penuh arti, ia harap Laura menerimanya.Tetapi yang diberikan oleh Laura hanyalah kebisuan. Hanya matanya yang berair dan bibirnya yang mengatup rapat.Berpikir Laura pasti terbebani dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba, Jake menghela napasnya dan menunjukkan senyumnya, tak peduli jika itu akan terlihat aneh di mata istrinya ini.“Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang,” ucapnya lagi. “Kamu bisa memikirkannya dan memberiku jawaban nanti.”Laura masih bergeming, tidak ada tanggapan yang ia berikan atau sekadar memberi Jake sebuah kepastian.“Aku harap kita tidak berpisah, Laura ….” sebut Jake lirih. “Dan aku tidak akan berhenti untuk datang ke sini meski kamu menganggapku tidak ada.”Laura memalingkan wajahnya, ia menyeka air mata yang bergantung di kedua sudutnya dengan cepat.“Pergilah jika sudah selesa
“Kamu tidak bisa melakukan itu,” jawab Jake dengan cepat, mencoba mengumpulkan kesadarannya untuk tetap bisa menghadapi Fidel. “Tapi aku takut karena—” “Kamu bisa meminta bantuan Pak Han untuk mengantarmu jika kamu takut pulang sendirian, Fi!” potong Jake sebelum Fidel sempat mengutarakan alasan yang sekiranya bisa diterima oleh Jake agar ia bisa menginap di sini malam ini. Jake tidak mengatakan apapun setelah itu. Ia berjalan sempoyongan meninggalkan ruang makan, mengabaikan tatapan kesal Fidel yang menyaksikan punggungnya dalam balutan kemeja hitam itu perlahan menjauhinya. Fidel bergeming di ruang makan, berdiri terabaikan seperginya Jake yang tak mengizinkannya untuk berada di sini lebih lama. Matanya berair saat ia melangkah dengan gegas meninggalkan rumah itu. Ia memasuki mobilnya yang terparkir di halaman dan mengendarainya dengan sedikit marah meninggalkan rumah Jake. Napasnya naik turun saat ia menepikan mobilnya dan menyeka air matanya yang menggantung di kedua sudut
“Apakah Tuan Jake memang memiliki hubungan dengan Nona Fidel?” bisik suara lain yang sekalipun itu lirih tetapi masih bisa diterima oleh indera pendengar semua orang.“Atau mereka memang berselingkuh?”“Tega sekali!”“Pria di mana-mana sama saja. Mereka mencari yang sempurna,” bisik suara yang lainnya.“Dan Tuan Jake meninggalkan istrinya yang pincang untuk Nona Fidel?”Jake yang ada di dalam dengan cepat menarik dirinya dari Fidel, ia berdiri dengan punggung yang tegak. Isyarat matanya mengarah pada Farren yang dengan cepat memahami maksudnya.“Maaf, kami akan menunggu Tuan Jake di tempat lain,” ucap FarrenPemuda dengan setelan jas itu menoleh pada staf yang mengikutinya dan beberapa tamu undangan kemudian meminta mereka untuk keluar dari sana dengan sedikit bergegas sebelum bisikan itu menjadi bola api yang bergulir.Meski ia tak yakin juga hal itu akan meredam pemikiran semua orang yang jelas telah menduga bahwa Jake dan Fidel akan melakukan sesuatu seperti hubungan suami istri d
[Datanglah ke rumah, Mama ingin bicara denganmu!] Satu pesan masuk dibaca oleh Jake saat ia baru saja keluar dari pintu ruang CEO pada sore harinya. Sehingga ia meminta Farren, sekretarisnya itu untuk mengantarnya pergi ke kediaman orang tuanya. Sekitar lima belas menit untuknya sampai di halaman luas rumah tersebut. Ia membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah dan terkejut melihat seorang waita yang sudah duduk di ruang keluarga, berseberangan meja dengan Alina dan juga Barack, ayahnya Jake. Fidel. Gadis itu memutar kepalanya melihat kedatangan Jake dan menyapanya dengan seulas senyum dari bibirnya yang terlihat merah. “Duduklah, Jake!” pinta Alina saat melihat Jake hanya terus berdiri di dekat sofa. Meski enggan, Jake melakukannya juga. Ia duduk di samping Fidel, menjaga jarak. Menghindari tatapan Fidel yang mengarah lurus padanya sejak ia datang dan berada di sampingnya. “Kami sudah mendengar apa yang terjadi di kantor,” ucap Alina membuka percakapan, sekilas menun
“JAKE!” seru Alina sembari terhenyak bangun dari duduknya. “Kenapa kamu masih mau bertahan dengan perempuan pincang itu?”“Ini pernikahanku, Mam!” jawab Jake sama kerasnya dengan tanya dari sang ibu. “Aku berhak mempertahankannya!”“Lalu bagaimana dengan skandal yang kamu buat ini?” desak Alina, berkacak pinggang menantang anak lelakinya. “Bagaimana caramu menyelesaikannya, Jake? Apa ada cara lain, selain menikahi Fidel untuk bisa menjaga nama baiknya dan keluarga Magali?”Rupanya … desakan dari Alina tak membuat Jake terintimidasi.Pria itu mengangguk dengan yakin saat menjawab, “Aku bisa membereskannya.”“Jika dalam waktu tiga hari kamu tidak bisa menyelesaikan kekacauan ini, mau tidak mau kamu harus menikah dengan Fidella!” ancamnya tak main-main.Jake mendengus, ia kembali mengalihkan pandangannya dari Alina pada Fidel yang masih duduk di tempatnya dan menatapnya dengan mata yang berair.Jake tampak menunjukkan senyumnya, yang sangat kontras dengan garis dagunya yang tegang dan ma
“Kenapa kamu membawakan aku bunga?” tanya Laura malas, membiarkan tangan Jake tetap seperti sedia kala. “Kenapa? Kamu tidak suka?” tanya Jake balik. “Isinya bunga hortensia warna biru, artinya aku meminta maaf padamu secara tulus.” Laura membuang napasnya dengan enggan. “Aku bukan kuburan, kamu tidak perlu membawakan aku bunga.” “Kamu tidak mau menerimanya?” tanya Jake sekali lagi, ada nada kecewa dalam caranya berucap. Laura memilih untuk tidak menjawabnya. Sedangkan Jake melihat ke meja yang ada di sudut ruangan, ada satu buket bunga yang sudah lebih dulu tergeletak di sana. “Apa alasanmu tidak mau menerima bunga dariku karena kamu sudah mendapatkannya lebih dulu?” tanya Jake, menyipitkan matanya. “Apa itu dari Zafran?” Laura mengikuti pandang ke mana arah yang dilihat oleh Jake. Di meja itu memang ada satu buket bunga yang ia terima, tapi bukan dari Zafran. “Itu dari Samantha,” jawab Laura. “Dia membawakannya untukku saat fitting baju pengantinnya tadi.” Jake yang mendengar
Tatapan tajam Fidel mengarah pada Elsa yang duduk bersama dengan Laura.Sadar itu adalah isyarat yang ‘mengusirnya’ untuk pergi, Elsa yang mendengar pun kemudian mengusap punggung tangan Laura yang ada di atas meja.“Aku keluar dulu kalau begitu,” katanya. Kemudian sedikit lirih saat melanjutkan dengan, “Aku akan menunggunya sampai dia selesai bicara denganmu, Lau.”“Iya,” jawab Laura sembari mengangguk.Laura melihat Elsa yang berlalu pergi melewati Fidel. Sosoknya menghilang di balik pintu butik dan tak terlihat lagi. Sebagai gantinya, Fidel lah yang sekarang duduk di tempat Elsa semula, berseberangan meja dengan Laura.“Bukankah ada yang bilang kalau tempat ini ramai?” tanya Fidel membuka percakapan. “Tapi kenapa tidak ada seorangpun yang ada di sini?” lanjutnya.Laura tertawa lirih mendengar itu, ia sekilas menunduk sebelum kembali memandang Fidel.“Aku pikir … kamu dan orang-orang akan bisa mengetahuinya dengan membaca gantungan yang ada di jendela itu, Fi,” jawab Laura. “Kami t