“Kamu tidak bisa melakukan itu,” jawab Jake dengan cepat, mencoba mengumpulkan kesadarannya untuk tetap bisa menghadapi Fidel. “Tapi aku takut karena—” “Kamu bisa meminta bantuan Pak Han untuk mengantarmu jika kamu takut pulang sendirian, Fi!” potong Jake sebelum Fidel sempat mengutarakan alasan yang sekiranya bisa diterima oleh Jake agar ia bisa menginap di sini malam ini. Jake tidak mengatakan apapun setelah itu. Ia berjalan sempoyongan meninggalkan ruang makan, mengabaikan tatapan kesal Fidel yang menyaksikan punggungnya dalam balutan kemeja hitam itu perlahan menjauhinya. Fidel bergeming di ruang makan, berdiri terabaikan seperginya Jake yang tak mengizinkannya untuk berada di sini lebih lama. Matanya berair saat ia melangkah dengan gegas meninggalkan rumah itu. Ia memasuki mobilnya yang terparkir di halaman dan mengendarainya dengan sedikit marah meninggalkan rumah Jake. Napasnya naik turun saat ia menepikan mobilnya dan menyeka air matanya yang menggantung di kedua sudut
“Apakah Tuan Jake memang memiliki hubungan dengan Nona Fidel?” bisik suara lain yang sekalipun itu lirih tetapi masih bisa diterima oleh indera pendengar semua orang.“Atau mereka memang berselingkuh?”“Tega sekali!”“Pria di mana-mana sama saja. Mereka mencari yang sempurna,” bisik suara yang lainnya.“Dan Tuan Jake meninggalkan istrinya yang pincang untuk Nona Fidel?”Jake yang ada di dalam dengan cepat menarik dirinya dari Fidel, ia berdiri dengan punggung yang tegak. Isyarat matanya mengarah pada Farren yang dengan cepat memahami maksudnya.“Maaf, kami akan menunggu Tuan Jake di tempat lain,” ucap FarrenPemuda dengan setelan jas itu menoleh pada staf yang mengikutinya dan beberapa tamu undangan kemudian meminta mereka untuk keluar dari sana dengan sedikit bergegas sebelum bisikan itu menjadi bola api yang bergulir.Meski ia tak yakin juga hal itu akan meredam pemikiran semua orang yang jelas telah menduga bahwa Jake dan Fidel akan melakukan sesuatu seperti hubungan suami istri d
[Datanglah ke rumah, Mama ingin bicara denganmu!] Satu pesan masuk dibaca oleh Jake saat ia baru saja keluar dari pintu ruang CEO pada sore harinya. Sehingga ia meminta Farren, sekretarisnya itu untuk mengantarnya pergi ke kediaman orang tuanya. Sekitar lima belas menit untuknya sampai di halaman luas rumah tersebut. Ia membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah dan terkejut melihat seorang waita yang sudah duduk di ruang keluarga, berseberangan meja dengan Alina dan juga Barack, ayahnya Jake. Fidel. Gadis itu memutar kepalanya melihat kedatangan Jake dan menyapanya dengan seulas senyum dari bibirnya yang terlihat merah. “Duduklah, Jake!” pinta Alina saat melihat Jake hanya terus berdiri di dekat sofa. Meski enggan, Jake melakukannya juga. Ia duduk di samping Fidel, menjaga jarak. Menghindari tatapan Fidel yang mengarah lurus padanya sejak ia datang dan berada di sampingnya. “Kami sudah mendengar apa yang terjadi di kantor,” ucap Alina membuka percakapan, sekilas menun
“JAKE!” seru Alina sembari terhenyak bangun dari duduknya. “Kenapa kamu masih mau bertahan dengan perempuan pincang itu?”“Ini pernikahanku, Mam!” jawab Jake sama kerasnya dengan tanya dari sang ibu. “Aku berhak mempertahankannya!”“Lalu bagaimana dengan skandal yang kamu buat ini?” desak Alina, berkacak pinggang menantang anak lelakinya. “Bagaimana caramu menyelesaikannya, Jake? Apa ada cara lain, selain menikahi Fidel untuk bisa menjaga nama baiknya dan keluarga Magali?”Rupanya … desakan dari Alina tak membuat Jake terintimidasi.Pria itu mengangguk dengan yakin saat menjawab, “Aku bisa membereskannya.”“Jika dalam waktu tiga hari kamu tidak bisa menyelesaikan kekacauan ini, mau tidak mau kamu harus menikah dengan Fidella!” ancamnya tak main-main.Jake mendengus, ia kembali mengalihkan pandangannya dari Alina pada Fidel yang masih duduk di tempatnya dan menatapnya dengan mata yang berair.Jake tampak menunjukkan senyumnya, yang sangat kontras dengan garis dagunya yang tegang dan ma
“Kenapa kamu membawakan aku bunga?” tanya Laura malas, membiarkan tangan Jake tetap seperti sedia kala. “Kenapa? Kamu tidak suka?” tanya Jake balik. “Isinya bunga hortensia warna biru, artinya aku meminta maaf padamu secara tulus.” Laura membuang napasnya dengan enggan. “Aku bukan kuburan, kamu tidak perlu membawakan aku bunga.” “Kamu tidak mau menerimanya?” tanya Jake sekali lagi, ada nada kecewa dalam caranya berucap. Laura memilih untuk tidak menjawabnya. Sedangkan Jake melihat ke meja yang ada di sudut ruangan, ada satu buket bunga yang sudah lebih dulu tergeletak di sana. “Apa alasanmu tidak mau menerima bunga dariku karena kamu sudah mendapatkannya lebih dulu?” tanya Jake, menyipitkan matanya. “Apa itu dari Zafran?” Laura mengikuti pandang ke mana arah yang dilihat oleh Jake. Di meja itu memang ada satu buket bunga yang ia terima, tapi bukan dari Zafran. “Itu dari Samantha,” jawab Laura. “Dia membawakannya untukku saat fitting baju pengantinnya tadi.” Jake yang mendengar
Tatapan tajam Fidel mengarah pada Elsa yang duduk bersama dengan Laura.Sadar itu adalah isyarat yang ‘mengusirnya’ untuk pergi, Elsa yang mendengar pun kemudian mengusap punggung tangan Laura yang ada di atas meja.“Aku keluar dulu kalau begitu,” katanya. Kemudian sedikit lirih saat melanjutkan dengan, “Aku akan menunggunya sampai dia selesai bicara denganmu, Lau.”“Iya,” jawab Laura sembari mengangguk.Laura melihat Elsa yang berlalu pergi melewati Fidel. Sosoknya menghilang di balik pintu butik dan tak terlihat lagi. Sebagai gantinya, Fidel lah yang sekarang duduk di tempat Elsa semula, berseberangan meja dengan Laura.“Bukankah ada yang bilang kalau tempat ini ramai?” tanya Fidel membuka percakapan. “Tapi kenapa tidak ada seorangpun yang ada di sini?” lanjutnya.Laura tertawa lirih mendengar itu, ia sekilas menunduk sebelum kembali memandang Fidel.“Aku pikir … kamu dan orang-orang akan bisa mengetahuinya dengan membaca gantungan yang ada di jendela itu, Fi,” jawab Laura. “Kami t
“Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan itu, Lau,” kata Fidel. “Aku tidak memiliki rahasia apapun yang aku sembunyikan dari Jake!” “Baguslah,” tanggap Laura ringan. “Bagus jika kamu tidak memiliki rahasia.” “Tolong—” Fidel menghela dalam napasnya. “Tolong jangan memperumit perceraianmu dengan Jake. Karena dia juga harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan padaku sampai membuat skandal terjadi di luar sana,” lanjutnya. “Kamu tidak tahu saja kalau aku disebut sebagai wanita tidak benar saat ini.” Laura mengangguk, ia kembali menjumpai wajah Fidel yang memiliki kesamaan dengan saat ia datang tadi, bukan lagi Fidel yang baru saja memandang Laura dengan matanya yang berkaca-kaca. Perubahan ekspresinya itu membuat Laura bingung. ‘Sebenarnya apa yang dia inginkan?’ Dia ingin memamerkan dia mendapat restu dari orang tuanya Jake, atau ingin meminta bantuan Laura untuk tidak mempersulit perceraiannya dengan Jake? ‘Seperti biasanya … dia masih tidak bisa ditebak,’ batin Laur
Senin pagi yang terlihat mendung saat Jake keluar dari rumahnya pagi hari ini. Ia baru saja membaca pesan dari Farren, pemuda itu menyebut dirinya akan sampai lima menit lagi sehingga Jake memutuskan untuk menunggunya di luar.Tetapi, baru saja hal itu ia lakukan, ia dibuat kesal oleh panggilan yang masuk di ponselnya. Dari Alina, ibunya.“Ada apa, Mam?” tanyanya setelah memberi salam. “Pagi sekali menelponku?”“Kamu tidak menepati janjimu,” jawab Alina.Meski Jake tidak saling bertatap muka dengan sang ibu, tetapi Jake bisa membayangkan seperti apa ekspresi dan alis berkerutnya.“Kamu tidak bisa membuat orang-orang berhenti membicarakan skandal itu, Jake,” lanjutnya.“Tidak begitu saja langsung hilang, Mam. Semuanya butuh proses.”“Mama tidak mau tahu,” tanggap Alina tak peduli. “Mama sudah menganggapmu gagal dan kamu tidak menepati janjimu. Jadi kamu harus menikahi Fidel. Kita sudah menyepakati ini sebelumnya, Jake.”Mata Jake terpejam, ia tak habis pikir mengapa ibunya sangat bern
Tiga tahun kemudian .... .... Musim yang tak menentu membuat siang hari ini sedikit lebih mendung ketimbang hari-hari biasanya. Hembusan angin dari timur membelai rambut Laura yang baru saja keluar dari mobil. Ia tak bisa untuk tak tersenyum saat melihat anak-anaknya yang berlarian sekeluarnya dari sedan yang pintunya baru saja dibukakan oleh si papa—Jake. “Jangan tarik tangannya Senna, Jayce!” pinta Jake. “Nanti Adik jatuh loh!” “Iya, Papa,” sahut Jayce dari seberang sana, pada sisi lain halaman dan memelankan langkahnya yang baru saja menarik Jasenna. Jake memang tak pergi ke kantor hari ini. Ia menyempatkan diri untuk mengantar Jayce dan Jasenna untuk pergi ke preschool mereka. Dan baru saja ia menjemput si kembar bersama dengan Laura. "Kamu tidak akan pergi ke kantor?" tanya Laura, menoleh pada Jake yang malah duduk di teras alih-alih masuk ke dalam rumah. "Tidak, Sayang," jawabnya. Ia mengarahkan tangannya ke depan, meraih tangan Laura agar duduk di sebelahnya.
“Seandainya aku memperlakukannya dengan lebih baik, dan memintanya untuk mengakui kesalahan apa yang pernah dia perbuat pada Laura, dia pasti tidak akan sehancur itu di tangan takdir yang memberikan karmanya.” Laura dan Jake tahu betul bahwa yang disebutkan oleh Erick itu adalah Fidel. “Tapi kamu ‘kan juga tidak tahu kalau Fidel melakukan itu pada Laura,” tanggap Jake. “Kamu tahu saat semuanya sudah terlambat. Bukan sepenuhnya salahmu juga, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Erick tersenyum saat sekilas menoleh pada Jake, kemudian kembali memandang Jayce dan Jasenna yang sangat tampan dan cantik. Dua bayi mereka, anugerah setelah penderitaan panjang tak berkesudahan itu. “Mulailah hidup barumu, Erick,” kata Jake. “Kamu berhak mendapatkan hidupmu yang baru, dan terlepas dari semua ini.” Erick lalu bangun dari berlututnya. Ia menghadap pada Jake dan Laura yang tampak tulus saat memberinya nasehat. Ia mengangguk, “Iya, aku pikir juga begitu,” jawabnya. “Tapi mungkin tidak d
Sejak si kembar sudah dalam fase merangkak, Jake dibuat sedikit kewalahan menghadapi mereka yang sangat aktif.Setahunya, cheetah adalah salah satu pemilik lari tercepat di dunia dengan kecepatan seratus tiga puluh kilometer per jam, tapi apa itu cheetah?! Jayce dan Jasenna lebih cepat daripada cheetah dewasa yang tengah berlari saat mereka merangkak.Pagi ini saja, Jake baru selesai membawa Jayce keluar dari kamar mandi setelah berendam bersama dengan Laura. Tapi saat ia mengambilkan diapers, Jayce sudah pergi dari kamar dengan keadaan tanpa pakaian dalam sekejap mata.Jika Jake tak mendengar gelak tawanya yang seolah mengejek di luar, ia tak akan menemukan di mana anak lelakinya itu berada."Jayce, pakai baju dulu, Nak!" ucapnya saat menjumpai Jayce yang bermain slipper di dekat anak tangga.Ia menggendongnya untuk masuk ke dalam kamar, melihat Laura yang tak bisa menahan tawa saat membawa Jasenna keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang bergambar panda."Loh? Aku kira sudah s
"Jadi, mengajakku bulan madu ke Edinburgh adalah caramu untuk mewujudkan apa yang pernah kamu tulis di dalam kafe itu?" tanya Elsa pada Zafran setibanya mereka di dalam kamar hotel tempat keduanya menghabiskan waktu selama berada di sini. Setelah mereka menikmati kunjungan di kafe tadi, mereka pulang saat hari beranjak petang. "Iya," jawab Zafran yang menyusul dari belakangnya. "Tadinya aku ingin menjadikan Edinburgh sebagai tempat penutup yang kita datangi, tapi kamu ingin pergi ke sini lebih dulu, makanya ini jadi tujuan pertama kita," tuturnya panjang. "Tapi aku senang karena artinya saat itu prasangka buruk yang aku tuduhkan padamu itu terbukti salah." Elsa melepas coat panjang yang ia kenakan lalu menoleh pada Zafran yang berdiri di dekat ranjang, sedang melepas coatnya juga. "Prasangka apa?" tanya Zafran memperjelasnya. "Aku 'kan pernah berpikir kalau kepergianmu tahun lalu saat gosip kencanmu dengan Xandara berhembus kencang itu kamu mengkhianati hubungan kita," jawab Els
Mungkin ini sangat terlambat untuk disebut sebagai ‘bulan madu’ karena pernikahan mereka sudah berlalu cukup lama dan tidak juga layak bagi Elsa dan Zafran menyebut diri mereka sebagai ‘pengantin baru’—kecuali pengantin baru yang istrinya juga baru keluar dari rumah sakit.Setelah melihat keadaan Laura pasca melahirkan Jayce dan Jasenna, Elsa dan Zafran terbang meninggalkan Jakarta untuk menuju ke tempat ini, Edinburgh.Tempat di mana asal rasa cemburu menggila kala hubungan jarak jauh memisahkan keduanya, tahun lalu.Sekarang, Elsa benar-benar menginjakkan kakinya ke tempat ini bersama dengan Zafran. Wanita pertamanya yang ia ajak melihat pohon maple yang gugur, dan air mancur di sela dinginnya udara pergantian musim.“Cantik sekali,” puji Elsa yang bergandengan tangan dengan Zafran saat mereka berdua melewati sebuah kafe bernuansa klasik yang ramai oleh kehadiran wisatawan lokal dan asing. “Tapi sayang ramai,” lanjutnya.“Kamu ingin minum sesuatu?” tanya Zafran saat keduanya beranj
Setelah meninggalkan rumah sakit dan membawa anak-anak mereka pulang, Jake tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia akan menjaga keluarganya, menemani Laura merawat si kembar Jayce dan Jasenna untuk mereka bertumbuh. Karena saat Laura membuka mata dan melihat pada jam yang ada di atas meja, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari tetapi Jake tak ia jumpai tidur di samping kirinya. Prianya itu sedang berdiri di dekat jendela, tengah menggendong Jasenna. Laura perlahan bangun dan turun dari ranjang. Ia menghampiri anak lelakinya terlebih dahulu yang terlelap di dalam box bayi miliknya sebelum mendekat pada Jake yang menoleh ke arahnya dengan gerak bibirnya yang bertanya, ‘Kenapa bangun?’ Laura tak serta merta menjawabnya. Ia lebih dulu menengok Jasenna yang juga tengah terlelap. “Kenapa kamu menggendongnya?” tanya Laura, membelai lembut pipi Jasenna sebelum beralih pada pipi Jake. “Tadi dia bangun,” jawab Jake sama lirihnya. “Kenapa kamu tidak membangunkan aku?” “Untuk apa? Kamu
Satu hari, bulan demi bulan yang berganti menjadi tahun di belakang sana terkenang seperti gambar-gambar di layar proyektor.Melewati itu, Laura sangat bersyukur ia tiba pada hari ini.Melihat Jake yang berada di sampingnya dan memasrahkan diri saat Laura mencengkeram tangannya untuk meredam rasa sakit yang bergejolak di perutnya menyadarkannya bahwa waktu benar-benar mengambil alih luka-luka itu dan menggantinya dengan kebahagiaan.Meski sekarang dirinya merasakan sakit, tapi ia tak bisa membendung senyumnya.Dadanya berdebar saat Jake menunduk dan berbisik, "Apakah sakit sekali?" tanyanya. "Operasi saja bagaimana? Aku tidak bisa melihatmu kesakitan seperti ini."Bibir Jake jatuh di kening Laura."Tidak perlu," jawab Laura. "Dokter bilang semuanya baik-baik saja, 'kan? Jangan khawatir, asalkan kamu denganku di sini, aku akan melewati hari ini, Jake.""Tentu aku di sini," balasnya. "Kamu bisa mengatakan padaku apapun hadiah yang kamu mau nanti setelah anak-anak kita lahir. Hm?"Laura
Sejak pulang dari resepsi pernikahan sekretarisnya Zafran—Andy—semalam, rasanya frekuensi rasa sakit yang diterima oleh perut Laura berinterval semakin sering. Rasanya berdenyut, nyeri berpusat lebih ke bawah. Dan ... si kembar yang ada di dalam perutnya juga lebih tenang. 'Apa aku akan melahirkan sebentar lagi?' tanya Laura dalam hati saat pagi ini baru saja keluar dari dalam kamar. Ia ingin menyusul Jake yang sedang berada di ruang gym, melakukan rutinitas yang hampir tak pernah ia lewatkan. "Selamat pagi," sapa para pelayan yang ada di dapur dan melihat kedatangannya. "Selamat pagi," balas Laura dengan melemparkan senyum pada mereka. "Mau mencicipi sedikit, Nona?" tawar Rani, yang membawa semangkuk besar soto ayam yang dibuatnya. Sarapan pagi ini bertemakan masakan Nusantara karena semalam Jake berpesan pada Rani ingin makan yang sedikit berbumbu, sehingga yang pagi ini menu-menu itu bisa dicium aromanya oleh Laura. "Nanti saja, Bu Rani," jawab Laura simpul. "Baiklah kal
Ketukan palu hakim menggema memenuhi ruang sidang. Fidel tertunduk dalam isak tangis.Sudah sejak awal dibacakannya vonis, Laura melihatnya tak kuasa menahan air mata.Laura lebih dulu bangun dari duduknya dan meminta Jake untuk segera pergi dari sana."Ayo, Jake!" ucapnya. Dan melihat istrinya yang tak ingin berlama-lama di sini, Jake pun dengan cepat bangun dari duduknya. Membiarkan Laura meraih dan melingkarkan tangan pada lengannya untuk beranjak."Laura," panggil suara yang dikenal betul oleh Laura adalah milik Fidel.Terdengar dari belakangnya, seperti penuh harap agar Laura menoleh sehingga mereka bisa berbicara.Laura memang berhenti. Tapi ia tidak menoleh pada wanita itu. "Aku ... ingin pergi dari sini," katanya lirih, sehingga Farren yang berada di depan bersama dengan Roy dan tim kuasa hukum keluarga Heizt dengan cepat membuka jalan untuk mereka dari kerumunan reporter yang meliput berita."Laura."Suara Fidel terdengar sekali lagi, nelangsa penuh dengan nestapa.Tapi Lau