Fidel masih merasakan nyeri pada area genitalnya saat ia melihat kedatangan perawat yang masuk bersama dengan sekitar tiga orang anggota polisi beberapa saat yang lalu. Ia tahu ia akan dibawa dan akhir dari semua pelariannya itu adalah hari ini. Namun, saat ia sudah hampir pasrah dan menyerahkan diri, ia menangkap sosok Erick. Tingginya yang menjulang bisa disaksikan oleh Fidel dari jendela ruang rawatnya yang sejak ia membuka mata pasca kuret memang terasa aneh—terasing dan seolah ia diawasi oleh banyak pasang mata. Fidel yang mendapat kunjungan dari Arumi, ibu panti yang menampungnya tinggal selama beberapa pekan itu sangat ketakutan. Ia takut Erick akan membawanya kembali ke rumah. Pria itu akan marah karena Fidel keguguran, dan menjadikannya sebagai objek pelampiasan lagi. Berpikir, ‘Aku tidak mau kembali padanya’ maka Fidel mengancam semua orang yang ada di sana untuk tak mendekat. Ia meraih pisau buah berukuran kecil yang dibawa oleh Arumi yang tadi digunakan wanita paruh b
Setelah kemarin terpaksa membatalkan janji dengan Zafran dan Elsa, malam hari ini Laura dan Jake benar-benar datang ke rumah pasangan pengantin baru itu. Laura membawakan buket bunga berukuran besar, yang hampir semua warna bunganya putih dan melambangkan kebahagiaan serta hidup baru untuk mereka.Sementara Jake membawa masuk wine mahal yang secara khusus ia pesan dari luar negeri, serta kue yang tadi mereka beli di perjalanan. Tak lupa, sebuah kado yang terbungkus rapi dalam kotak yang biar nanti dibuka sendiri oleh mereka.“Jangan diminum,” kata Jake saat menyerahkan wine di tangannya pada Zafran. “Simpan saja sebagai pajangan. Dan itu—“ Jake menunjuk pada sebotol Domaine de la Romanee Conti yang sudah berpindah tangan pada Zafran. “Itu sebagai janjiku yang pernah bilang padamu kalau aku akan membelikanmu wine mahal. Jangan menagihku seandainya kamu menua lebih cepat dan tiba-tiba pikun!”“Sial,” desis Zafran kesal yang justru membuat Jake tertawa mendengarnya.Laura serta Elsa yan
Langit-langit putih yang asing dan bau obat-obatan yang tak ia sukai menjadi hal yang pertama kali ia lihat dan rasakan saat Xandara membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya dan merasakan pergelangan tangan kirinya yang nyeri. Tidak ada siapapun di dalam sini selain dirinya yang mulai bertanya-tanya, ‘Apakah aku masih hidup atau sudah mati?’ Karena terakhir kali ... hal yang ia ingat adalah ia meraih cutter yang ia simpan di dalam lacinya dan menggoreskannya ke pergelangan tangan kirinya. ‘Aku masih hidup,’ ucapnya meyakini dalam hati. Ini adalah ruangan rumah sakit. Benda memanjang yang menggantung di tangannya itu adalah selang infus. Ia mendengar pintu yang terbuka, udara hangat dari luar masuk bersama dengan beberapa orang berpakaian dokter serta perawat yang memeriksa keadaannya. “Pasien sudah sadar, Dokter,” ucap salah seorang perawat. Terdengar tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. “Syukurlah Anda sudah sadar, Bu Xandara,” sapa dokter tersebut. “Kondisi Anda mem
“Saya rasa Pak Kim salah,” kata Zafran dengan cepat, mengantisipasi liarnya praduga yang dialamatkan untuk dirinya. “Bagaimana saya mencampakkan Xandara sementara saya sama sekali tidak pernah memiliki hubungan dengannya?”“Jangan banyak beralasan kamu, Zaf!” sahut Kim. Pria itu mengangkat dagunya menantang Zafran.Sebuah hal yang terlihat sangat kontras karena saat Kim berapi-api, Zafran dengan tenang menghadapinya sekalipun dadanya juga dipenuhi oleh rasa marah.“Kamu bisa berkilah sekarang dengan mengatakan bahwa kamu tidak memiliki hubungan dengannya,” kata Kim. “Tapi semua orang tahu kalian semua dekat selama di Edinburgh, banyak bukti yang menyebutkan hal itu! Dan kamu masih akan mengelak?!”“Saya tidak pernah dekat dengan Xandara!” bantah Zafran sekali lagi. “Foto yang diambil saat saya dengannya selama di Edinburgh itu tidak seperti itu kenyataanya! Kami hanya kebetulan bertemu, tidak lebih! Dan jauh sebelum rumor itu beredar saya sudah memiliki tunangan. Jadi jika Anda menga
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Elsa?” tanya Zafran. Kedua bahunya jatuh saat memandang Elsa yang matanya begitu terluka. “Karena dia mengancam akan menghancurkan bisnismu, Zaf,” jawab Elsa. “Aku tahu kamu dan ayahmu membangun semua itu dari awal, aku hanya takut kamu—“ “Tapi tidak dengan mengorbankan rumah tangga kita, Elsa!” potong Zafran tegas. “Kalau kamu berpikir aku akan menikahi Xandara lalu memiliki dua istri itu salah. Dari mana kamu mendapatkan pikiran seperti itu? Aku bahkan menikahimu untuk melindungi kamu dari perempuan itu!” “Jadi bukan karena kamu mencintaiku?” “Elsafana!” sebut Zafran dengan suara yang sedikit meninggi. Ia memejamkan matanya. Hela napasnya terdengar dalam sebelum ia kembali memandang Elsa dan meraih tangannya yang ada di atas meja. “Aku tahu kamu takut dan cemas,” kata Zafran. “Tapi saat kamu tidak mempercayaiku, lalu bagaimana aku menghadapi ini?” Nada bicaranya melunak, ia mengguncang tangan Elsa yang ia genggam. Elsa memandang Zafran dan
"Apakah kamu akan bersikap adil padaku dan Elsa?" tanya Xandara saat ia memeluk Zafran. "Kapan kita akan menikah, Zaf? Apakah—"Elsa melihat Zafran meraih kedua bahu Xandara.Tak jelas apa yang dikatakan oleh Zafran untuk menjawab Xandara. Dan rasanya Elsa pun tak perlu mempertanyakannya lebih jauh lagi. Keberadaan Zafran di sini yang berlandaskan kebohongan padanya itu menjawab lebih banyak, hatinya telah terbagi!"Jadi dia 'Andy' yang ingin kamu temui, Zaf?" tanya Elsa yang memutuskan untuk membuka pintu dan berhadapan secara langsung dengan Zafran dan Xandara.Dua orang yang ada di dalam sana itu tampak terkejut dan menoleh padanya dengan gegas."Sayang? Kamu kenapa ada di—"Zafran berhenti bicara saat Elsa mengarahkan salah satu tangannya ke depan. Mengisyaratkan agar ia sebaiknya diam."Aku merasa bodoh dengan percaya kalau kamu benar-benar akan menemui Andy," potong Elsa. Tawa miris terdengar dari bibirnya.Zafran mendekat padanya tapi Elsa seperti tak mengizinkannya melakukan
Mendung kelabu yang disaksikan oleh Laura saat ia berjalan keluar dari pintu rumahnya membuat dadanya berdebar. Arak-arakannya seolah sedang memintanya kembali masuk ke dalam rumah tetapi tak mungkin Laura melakukan itu karena pagi hari ini ada yang harus ia lakukan. “Maaf menunggu, Sayang,” kata Jake dari belakangnya, yang membuat Laura menoleh dan membalas senyum prianya itu. “Tidak, Jake, aku juga baru keluar,” balas Laura seraya membantu Jake mengancingkan kemeja di pergelangan tangan kanannya. “Kamu tidak perlu ikut jika—” “Aku ingin bertemu Mama,” potong Laura sebelum Jake selesai bicara. Jake mengangguk seraya menepuk puncak kepalanya, belaiannya di pipi Laura yang mengalami pertambahan berat badan terasa lembut dan hangat saat ia mengucap, “Baiklah ... kamu tahu aku tidak mungkin menolak permintaanmu, ‘kan?” Jake mengarahkan tangannya ke depan, sebagai tempat Laura berpegangan saat mereka menuruni undakan tangga teras yang mengantar mereka memasuki mobil yang pintunya di
Setelah palu hakim diketuk, Laura melihat ibu mertuanya itu terpejam kedua matanya. Ia tertunduk dalam tangis sebelum bersalaman pada hakim yang kemudian pergi meninggalkan ruang sidang.Alina terlihat berbicara dengan pengacaranya dan beberapa petugas yang ada di sana.Ia berjalan mengayunkan langkah kakinya pada keluarganya yang duduk di belakang pembatas antara pelaku sidang dan pengunjung sebagai hadirin.Barack lebih dulu memeluknya, samar di telinga Laura ayah mertuanya itu mengatakan bahwa ini adalah waktunya untuk membuktikan ia benar-benar menyesali perbuatannya dan memperbaiki dirinya.Alina lalu mendekat pada Jake, memeluk anak lelakinya itu dan menatapnya dengan mata yang berair, “Mama akan kangen kamu, Jake,” katanya. “Apakah kamu masih mau mengunjungi Mama setelah ini?”“Aku akan mengunjungi Mama,” jawabnya. “Dengan Laura.”Alina tak bisa membendung senyumnya saat ia mengalihkan pandangannya pada Laura. “Kamu tahu kalau jawabanmu yang menentukan apakah Mama akan mendapa