Langit-langit putih yang asing dan bau obat-obatan yang tak ia sukai menjadi hal yang pertama kali ia lihat dan rasakan saat Xandara membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya dan merasakan pergelangan tangan kirinya yang nyeri. Tidak ada siapapun di dalam sini selain dirinya yang mulai bertanya-tanya, ‘Apakah aku masih hidup atau sudah mati?’ Karena terakhir kali ... hal yang ia ingat adalah ia meraih cutter yang ia simpan di dalam lacinya dan menggoreskannya ke pergelangan tangan kirinya. ‘Aku masih hidup,’ ucapnya meyakini dalam hati. Ini adalah ruangan rumah sakit. Benda memanjang yang menggantung di tangannya itu adalah selang infus. Ia mendengar pintu yang terbuka, udara hangat dari luar masuk bersama dengan beberapa orang berpakaian dokter serta perawat yang memeriksa keadaannya. “Pasien sudah sadar, Dokter,” ucap salah seorang perawat. Terdengar tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. “Syukurlah Anda sudah sadar, Bu Xandara,” sapa dokter tersebut. “Kondisi Anda mem
“Saya rasa Pak Kim salah,” kata Zafran dengan cepat, mengantisipasi liarnya praduga yang dialamatkan untuk dirinya. “Bagaimana saya mencampakkan Xandara sementara saya sama sekali tidak pernah memiliki hubungan dengannya?”“Jangan banyak beralasan kamu, Zaf!” sahut Kim. Pria itu mengangkat dagunya menantang Zafran.Sebuah hal yang terlihat sangat kontras karena saat Kim berapi-api, Zafran dengan tenang menghadapinya sekalipun dadanya juga dipenuhi oleh rasa marah.“Kamu bisa berkilah sekarang dengan mengatakan bahwa kamu tidak memiliki hubungan dengannya,” kata Kim. “Tapi semua orang tahu kalian semua dekat selama di Edinburgh, banyak bukti yang menyebutkan hal itu! Dan kamu masih akan mengelak?!”“Saya tidak pernah dekat dengan Xandara!” bantah Zafran sekali lagi. “Foto yang diambil saat saya dengannya selama di Edinburgh itu tidak seperti itu kenyataanya! Kami hanya kebetulan bertemu, tidak lebih! Dan jauh sebelum rumor itu beredar saya sudah memiliki tunangan. Jadi jika Anda menga
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Elsa?” tanya Zafran. Kedua bahunya jatuh saat memandang Elsa yang matanya begitu terluka. “Karena dia mengancam akan menghancurkan bisnismu, Zaf,” jawab Elsa. “Aku tahu kamu dan ayahmu membangun semua itu dari awal, aku hanya takut kamu—“ “Tapi tidak dengan mengorbankan rumah tangga kita, Elsa!” potong Zafran tegas. “Kalau kamu berpikir aku akan menikahi Xandara lalu memiliki dua istri itu salah. Dari mana kamu mendapatkan pikiran seperti itu? Aku bahkan menikahimu untuk melindungi kamu dari perempuan itu!” “Jadi bukan karena kamu mencintaiku?” “Elsafana!” sebut Zafran dengan suara yang sedikit meninggi. Ia memejamkan matanya. Hela napasnya terdengar dalam sebelum ia kembali memandang Elsa dan meraih tangannya yang ada di atas meja. “Aku tahu kamu takut dan cemas,” kata Zafran. “Tapi saat kamu tidak mempercayaiku, lalu bagaimana aku menghadapi ini?” Nada bicaranya melunak, ia mengguncang tangan Elsa yang ia genggam. Elsa memandang Zafran dan
"Apakah kamu akan bersikap adil padaku dan Elsa?" tanya Xandara saat ia memeluk Zafran. "Kapan kita akan menikah, Zaf? Apakah—"Elsa melihat Zafran meraih kedua bahu Xandara.Tak jelas apa yang dikatakan oleh Zafran untuk menjawab Xandara. Dan rasanya Elsa pun tak perlu mempertanyakannya lebih jauh lagi. Keberadaan Zafran di sini yang berlandaskan kebohongan padanya itu menjawab lebih banyak, hatinya telah terbagi!"Jadi dia 'Andy' yang ingin kamu temui, Zaf?" tanya Elsa yang memutuskan untuk membuka pintu dan berhadapan secara langsung dengan Zafran dan Xandara.Dua orang yang ada di dalam sana itu tampak terkejut dan menoleh padanya dengan gegas."Sayang? Kamu kenapa ada di—"Zafran berhenti bicara saat Elsa mengarahkan salah satu tangannya ke depan. Mengisyaratkan agar ia sebaiknya diam."Aku merasa bodoh dengan percaya kalau kamu benar-benar akan menemui Andy," potong Elsa. Tawa miris terdengar dari bibirnya.Zafran mendekat padanya tapi Elsa seperti tak mengizinkannya melakukan
Mendung kelabu yang disaksikan oleh Laura saat ia berjalan keluar dari pintu rumahnya membuat dadanya berdebar. Arak-arakannya seolah sedang memintanya kembali masuk ke dalam rumah tetapi tak mungkin Laura melakukan itu karena pagi hari ini ada yang harus ia lakukan. “Maaf menunggu, Sayang,” kata Jake dari belakangnya, yang membuat Laura menoleh dan membalas senyum prianya itu. “Tidak, Jake, aku juga baru keluar,” balas Laura seraya membantu Jake mengancingkan kemeja di pergelangan tangan kanannya. “Kamu tidak perlu ikut jika—” “Aku ingin bertemu Mama,” potong Laura sebelum Jake selesai bicara. Jake mengangguk seraya menepuk puncak kepalanya, belaiannya di pipi Laura yang mengalami pertambahan berat badan terasa lembut dan hangat saat ia mengucap, “Baiklah ... kamu tahu aku tidak mungkin menolak permintaanmu, ‘kan?” Jake mengarahkan tangannya ke depan, sebagai tempat Laura berpegangan saat mereka menuruni undakan tangga teras yang mengantar mereka memasuki mobil yang pintunya di
Setelah palu hakim diketuk, Laura melihat ibu mertuanya itu terpejam kedua matanya. Ia tertunduk dalam tangis sebelum bersalaman pada hakim yang kemudian pergi meninggalkan ruang sidang.Alina terlihat berbicara dengan pengacaranya dan beberapa petugas yang ada di sana.Ia berjalan mengayunkan langkah kakinya pada keluarganya yang duduk di belakang pembatas antara pelaku sidang dan pengunjung sebagai hadirin.Barack lebih dulu memeluknya, samar di telinga Laura ayah mertuanya itu mengatakan bahwa ini adalah waktunya untuk membuktikan ia benar-benar menyesali perbuatannya dan memperbaiki dirinya.Alina lalu mendekat pada Jake, memeluk anak lelakinya itu dan menatapnya dengan mata yang berair, “Mama akan kangen kamu, Jake,” katanya. “Apakah kamu masih mau mengunjungi Mama setelah ini?”“Aku akan mengunjungi Mama,” jawabnya. “Dengan Laura.”Alina tak bisa membendung senyumnya saat ia mengalihkan pandangannya pada Laura. “Kamu tahu kalau jawabanmu yang menentukan apakah Mama akan mendapa
“Pantas saja dia tidak membalas pesanku dari kemarin, Jake.” Laura mengatakan itu setelah Farren menghentikan mobilnya di halaman rumah dan membuka payung untuk mereka berdua. Jake yang mendengarnya memandang Laura dengan tatapan cemas, “Zafran juga tidak mengatakan apapun padaku soal itu,” sahutnya. “Mungkin Tuan Zafran merasa tidak enak jika harus membicarakan masalah rumah tangganya pada Anda, Tuan Jake,” sambung Farren yang berdiri di sebelah kanannya. “Apa mungkin itu ada kaitannya dengan wanita bernama Xandara itu?” tanya Jake, yang tak akan tahu bahwa Zafran dan Elsa tengah berseteru jika bukan dari Farren—yang itu pun juga diberitahu oleh Andy. “Benar,” jawab pemuda itu seraya mengangguk. “Meski Andy juga tidak tahu bagaimana persisnya, tapi Tuan Zafran mengatakan padanya bahwa Nona Elsa salah paham.” “Wanita itu pasti membuat skenario seolah dia dekat dengan Zafran,” imbuh Laura. “Melihat dari bagaimana kecewanya Elsa, itu pasti sangat menyakitinya.” Jake dan Farren mend
Laura bisa melihat wajah kusut Zafran saat mereka bertemu di rumah sore hari ini.Jake yang mengundangnya untuk datang.Agar bisa sedikit menghibur hatinya yang gundah sekaligus mengajaknya bertukar pikiran, Zafran datang dan menyapa mereka dengan senyum yang terlihat sangat jelas ia paksakan."Kamu tidak punya setrika di rumah? Kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Jake yang berdiri di samping kanan Laura, menyambut kedatangannya di dekat ruang tamu.Laura yang mendengarnya dengan cepat menyenggol siku Jake, mengisyaratkan barangkali menggoda Zafran dengan candaan terdengar kurang tepat di saat seperti ini.Yang ditanya hanya mendorong napasnya dengan berat, "Wajah kusutku ini tidak bisa dirapikan dengan setrika," tanggapnya. "Tapi hanya dengan kedatangan Elsa.""Pak Zafran silakan duduklah dulu," pinta Laura mempersilakan.Saat mereka sudah duduk di sofa ruang tamu, Jake memulai percakapan dengan bertanya, "Masih belum ada kabar darinya sama sekali?"Zafran menggeleng, "Aku berusaha m