Elsa meremas dadanya yang bergemuruh, kenangan akan bagaimana gugupnya ia hingga tak sadar menggigit bibir Zafran sewaktu mereka berciuman membuat wajahnya memanas hingga hampir meledak pagi ini. ‘Menggigit Zafran’ sebenarnya hanyalah awal bagaimana malam yang panjang terjadi. Malam pertama mereka. Elsa ingin menundanya, tapi untuk apa? Mereka juga sudah menjadi pasangan suami dan istri. Mereka saling mencintai dan terikat dalam sebuah pernikahan, tidak ada alasan untuk menunda, bukan? Elsa menelan ludahnya mengingat bagaimana semalam mereka menghabiskan waktu yang mendebarkan itu. Ia terlelap di pelukan Zafran dengan perasaan bahagia yang tak bisa dijelaskan. Pria itu di sana sekarang, duduk dengan wajah yang tenang yang berbeda dengan Elsa yang hanya sanggup mengamatinya dari kejauhan sembari berpikir, ‘Apa yang semalam itu tidak berkesan baginya?’ Elsa kembali mundur satu langkah. Setelah sempat berpikir demikian, benaknya kembali bersuara. ‘Mungkin bukan tidak berkesan,
“Kenapa? Kamu tidak suka aku memanggilmu ‘Sayangku’?” tanya Zafran saat Elsa satu langkah mundur untuk menghindarinya.“Jangan sekarang, Zaf! Kamu membuatku hampir pingsan.”Elsa menarik tangannya dari Zafran yang tengah melingkar di pergelangannya. Tapi tentu saja itu tak berhasil karena tenaga prianya lebih kuat.Yang terjadi justru malah sebaliknya. Alih-alih bisa menjauh dari Zafran, Elsa justru malah ditarik ke pelukannya.Debar jantung semakin tak terkendali, Elsa membalas pelukannya saat mendengar Zafran berbisik, “Senang mengetahui kamu akan aman di sini bersamaku.”Ia menengadahkan wajahnya, saat bisa melihat dagu tegasnya, Elsa tersenyum. “Senang juga bisa bertemu dengan hari ini.”Zafran menunduk, bibirnya jatuh pada bibir Elsa yang terasa dingin.Dari sebatas kecupan, mereka telah mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih dalam. Dan sebelum ini menjadi lain karena tangan besar Zafran sudah sampai di pinggangnya, Elsa menahannya dengan cepat.Ia menarik dirinya dari Zafran. T
“Jika Tuan Jake dan Nona Laura tidak bersedia menemui beliau berdua, saya akan sampaikan,” kata Rani. Jake lebih dulu menoleh pada Laura, memandang istrinya yang tampak tertegun selama beberapa saat mendengar bahwa tamu yang datang itu adalah kedua orang tuanya. “Bagaimana, Sayang?” tanya Jake. Membiarkan Laura yang mengambil keputusan karena ia tahu bahwa yang barangkali merasa kurang nyaman di sini adalah dirinya. “Jika kamu tidak mau—“ “Jake,” sebut Laura seraya menimpakan tangan kecilnya di punggung tangan Jake. “Tidak apa-apa,” katanya. “Aku juga ingin tahu apa yang ingin Mama dan Papa lakukan di sini.” “Baiklah.” Jake lalu menoleh pada Rani dan menganggukkan kepalanya. Meminta Rani agar membawa orang tua Laura untuk turut bergabung makan pagi bersama dengan mereka. Laura berdiri bersama Jake saat mendengar suara beberapa langkah kaki yang mendekat. “Selamat pagi,” sapa mereka saat melihat Hariz dan Agnia yang muncul dan membalas sapaan mereka dengan bibir yang mengembangka
Setelah acara makan pagi bersama itu selesai, Laura memutuskan untuk lebih dulu meninggalkan ruang makan.Meski istrinya itu mengatakan ia harus meminum vitamin yang ia simpan di dalam kamar, tetapi Jake tahu bahwa ia tak akan keluar setelah itu. Ia sedang pamit secara tidak kentara bahwa setelah ini ia tak ingin menemui ayah dan ibunya, untuk bergabung menghabiskan sebentar waktu dengan berbincang atau sekadar menanyakan kabar.“Saya sudah pernah mengatakannya pada Mama dan Papa, bahwa mendapatkan maaf dari Laura itu tidak mudah,” kata Jake saat ia mengantar ayah dan ibu mertuanya melewati pintu keluar saat mereka berpamitan untuk pulang. “Tapi saya harap, Mama dan Papa tidak menyerah begitu saja dan mau berusaha lebih keras untuk mendapatkan hatinya kembali.”Hariz dan Agnia menganguk secara bersamaan, mereka berhadapan dengan Jake saat tiba di teras dengan wajah yang sedikit lega, tapi juga tak bisa menyembunyikan sesal.“Kami berterima kasih karena kamu dan Laura sudah mau meneri
Untuk beberapa detik Laura seperti tak bisa berbicara. Ia tak salah dengar, bukan? ‘Keguguran?’ ulangnya dalam hati. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat menyadari bahwa apa yang dulu terjadi pada Laura satu demi satu diterima oleh wanita itu. “Dia masih dalam masa pemulihan setelah operasi kuret, Laura,” kata Jake lagi. “Polisi mendapatkan laporan bahwa dia berada di sana, di rumah sakit yang tidak jauh dari pelabuhan.” “P-pelabuhan?” ulang Laura yang dibenarkan oleh Jake. “Iya, Sayang, pelabuhan.” “Itu sangat jauh dari sini, Jake,” kata Laura. “Ada dugaan bahwa dia sebelumnya berniat melarikan diri dengan naik kapal,” tanggapnya. “Roy bilang padaku, modus itu sering dilakukan oleh seseorang yang ingin pergi meninggalkan Jakarta. Melalui pelabuhan, mereka lebih sering memiliki peluang besar untuk melarikan diri, dan itu berhasil,” terang Jake panjang. Laura tercenung di tempat ia berdiri. Kakinya terpancang tanpa beranjak satu inci. Mendengar itu saja ... ia tah
Laura mengangguk, menjawab sekaligus memastikan pada Fidel bahwa yang berdiri di sini memanglah dirinya, Laura.Ia yang tadinya hanya diam menjadi penonton dan menyaksikan bagaimana putus asanya Fidel saat bertemu dengan Erick dibuat tak tega saat ia menyebut ‘Aku tidak mau menjadi budak seksmu lagi.’Itu sangat menyakitkan.Sebagai seorang wanita yang pernah berpikir bahwa pria yang menikah dengannya—Jake—tidak secara tulus ingin membangun rumah tangga yang sempurna selain hanya memenuhi wasiat kakeknya, membuat Laura tahu sedikit banyak sakitnya menjadi Fidel.Laura mengesampingkan apapun yang pernah dilakukan oleh wanita itu sementara waktu ini.Yang jauh lebih penting baginya adalah memastikan Fidel tetap hidup dan tak memilih untuk menghujamkan senjata tajam itu ke tubuhnya sendiri.“Iya, ini aku Laura,” katanya yang membuat mata Fidel melunak.Bibirnya yang pucat terlihat gemetar. Begitu juga dengan tangan kurusnya yang terlihat ringkih dan rapuh.Wajahnya yang pias dan tirus, m
Fidel masih merasakan nyeri pada area genitalnya saat ia melihat kedatangan perawat yang masuk bersama dengan sekitar tiga orang anggota polisi beberapa saat yang lalu. Ia tahu ia akan dibawa dan akhir dari semua pelariannya itu adalah hari ini. Namun, saat ia sudah hampir pasrah dan menyerahkan diri, ia menangkap sosok Erick. Tingginya yang menjulang bisa disaksikan oleh Fidel dari jendela ruang rawatnya yang sejak ia membuka mata pasca kuret memang terasa aneh—terasing dan seolah ia diawasi oleh banyak pasang mata. Fidel yang mendapat kunjungan dari Arumi, ibu panti yang menampungnya tinggal selama beberapa pekan itu sangat ketakutan. Ia takut Erick akan membawanya kembali ke rumah. Pria itu akan marah karena Fidel keguguran, dan menjadikannya sebagai objek pelampiasan lagi. Berpikir, ‘Aku tidak mau kembali padanya’ maka Fidel mengancam semua orang yang ada di sana untuk tak mendekat. Ia meraih pisau buah berukuran kecil yang dibawa oleh Arumi yang tadi digunakan wanita paruh b
Setelah kemarin terpaksa membatalkan janji dengan Zafran dan Elsa, malam hari ini Laura dan Jake benar-benar datang ke rumah pasangan pengantin baru itu. Laura membawakan buket bunga berukuran besar, yang hampir semua warna bunganya putih dan melambangkan kebahagiaan serta hidup baru untuk mereka.Sementara Jake membawa masuk wine mahal yang secara khusus ia pesan dari luar negeri, serta kue yang tadi mereka beli di perjalanan. Tak lupa, sebuah kado yang terbungkus rapi dalam kotak yang biar nanti dibuka sendiri oleh mereka.“Jangan diminum,” kata Jake saat menyerahkan wine di tangannya pada Zafran. “Simpan saja sebagai pajangan. Dan itu—“ Jake menunjuk pada sebotol Domaine de la Romanee Conti yang sudah berpindah tangan pada Zafran. “Itu sebagai janjiku yang pernah bilang padamu kalau aku akan membelikanmu wine mahal. Jangan menagihku seandainya kamu menua lebih cepat dan tiba-tiba pikun!”“Sial,” desis Zafran kesal yang justru membuat Jake tertawa mendengarnya.Laura serta Elsa yan