siapa yg jatuh cintrong sama babang Zafran 😹😹 terima kasih sudah membaca ❤️ PERNIKAHAN RAHASIA DENGAN DOSEN TAMPAN update juga yaa 🤗🤗
Seluruh orang di dalam ruangan hening seketika. Mereka tak salah dengar saat mengatakan bahwa yang disebut oleh ‘Sayang’ oleh Zafran itu adalah Elsa, bukan Xandara.Saat Elsa mengikuti langkah cepat Zafran, reporter yang berjumlah puluhan yang semula berfokus pada Xandara bergerak menyerbu pertanyaan pada keduanya selagi Andy bekerja keras membuka jalan dengan meneriakkan, "Minggir, tolong beri jalan!"“Jadi yang menjadi orang ketiga itu adalah Xandara?” tanya salah seorang reporter.“Benar begitu, Pak Zafran?” sahut suara reporter yang lain.“Tapi kenapa Anda dan Xandara saat itu bertemu dan terlihat kencan di Edinburgh?”“Sejak kapan Anda menjalin hubungan?”“Pak Zafran, tolong katakan sesuatu!”Zafran hanya bungkam seribu bahasa. Tatapannya tajam mengarah pada reporter yang berada di dekat Elsa berjalan, seolah sedang menandai satu persatu dari mereka.Tak pernah sekalipun terpikir di benak Elsa ia akan terjebak dalam situasi seperti ini.Hidupnya yang tenang dan jauh dari media—
“M-menikah?” sepasang mata Elsa seketika melebar mendengar apa yang dikatakan oleh Zafran. Sebuah cara agar ia lebih dekat menjaga Elsa ia bilang. “Iya,” jawab Zafran tanpa beban. “Satu setengah bulan menuju pernikahan kita itu terbilang cukup lama dalam situasi seperti ini, Elsa. Xandara bisa saja melakukan hal yang buruk dalam rentang waktu itu. Jadi kenapa kita tidak menikah lebih awal? Agar kamu bisa tinggal denganku, jadi aku bisa memastikan kamu aman.” Elsa tak bisa menjawabnya begitu saja. Ada perasaan senang, sebagai seorang wanita ... siapa yang tak senang jika ia mendapat kepastian dari seorang pria yang bergerak cepat mengantisipasi segala kemungkinan buruk? Zafran barangkali belajar dari pernikahan Jake dan Laura yang dihadiri oleh orang ketiga, seorang wanita manipulatif sehingga ia membuat satu langkah lebih cepat. “M-maksud kamu, kita menikah siri dahulu?” tanya Elsa memperjelas. “Iya. Surat-suratnya lusa sudah jadi juga, kita bisa mendapatkan buku nikah lebih cepa
Setelah menghabiskan satu malam dengan hampir tidak tidur, Xandara keluar dari kamarnya dengan keadaan mata yang sembab.Ia berjalan untuk menemui ayah dan ibunya setelah salah seorang pelayan di rumah mengetuk pintu dan memitanya untuk makan pagi.Ia menyapa sopan orang tuanya sebelum duduk berseberangan meja dengan kepala yang tertunduk.“Jangan keluar rumah dulu mulai hari ini,” kata sang ayah—Kim—saat mereka memulai suapan setelah saling mengucapkan ‘selamat makan.’“Ada banyak reporter yang mungkin masih mencarimu,” sambung ibunya—Aaliya—yang memandang sang putri dengan wajah cemas. “Tapi ada banyak hal yang harus aku lakukan, Ma, Pa,” jawab Xandara. “Aku perlu menjadi bintang tamu di stasiun TV juga nanti malam.”“Kamu bisa menolaknya, bukan?”“Tapi—”“Apa yang kamu lakukan semalam mengakibatkan keributan besar, Xandara,” tegur Kim. Pria paruh baya itu meneguk minumannya sebelum mengembalikan gelasnya ke atas meja dengan sedikit kasar. “Kamu membuat malu seluruh keluarga kita.”
Elsa meremas dadanya yang bergemuruh, kenangan akan bagaimana gugupnya ia hingga tak sadar menggigit bibir Zafran sewaktu mereka berciuman membuat wajahnya memanas hingga hampir meledak pagi ini. ‘Menggigit Zafran’ sebenarnya hanyalah awal bagaimana malam yang panjang terjadi. Malam pertama mereka. Elsa ingin menundanya, tapi untuk apa? Mereka juga sudah menjadi pasangan suami dan istri. Mereka saling mencintai dan terikat dalam sebuah pernikahan, tidak ada alasan untuk menunda, bukan? Elsa menelan ludahnya mengingat bagaimana semalam mereka menghabiskan waktu yang mendebarkan itu. Ia terlelap di pelukan Zafran dengan perasaan bahagia yang tak bisa dijelaskan. Pria itu di sana sekarang, duduk dengan wajah yang tenang yang berbeda dengan Elsa yang hanya sanggup mengamatinya dari kejauhan sembari berpikir, ‘Apa yang semalam itu tidak berkesan baginya?’ Elsa kembali mundur satu langkah. Setelah sempat berpikir demikian, benaknya kembali bersuara. ‘Mungkin bukan tidak berkesan,
“Kenapa? Kamu tidak suka aku memanggilmu ‘Sayangku’?” tanya Zafran saat Elsa satu langkah mundur untuk menghindarinya.“Jangan sekarang, Zaf! Kamu membuatku hampir pingsan.”Elsa menarik tangannya dari Zafran yang tengah melingkar di pergelangannya. Tapi tentu saja itu tak berhasil karena tenaga prianya lebih kuat.Yang terjadi justru malah sebaliknya. Alih-alih bisa menjauh dari Zafran, Elsa justru malah ditarik ke pelukannya.Debar jantung semakin tak terkendali, Elsa membalas pelukannya saat mendengar Zafran berbisik, “Senang mengetahui kamu akan aman di sini bersamaku.”Ia menengadahkan wajahnya, saat bisa melihat dagu tegasnya, Elsa tersenyum. “Senang juga bisa bertemu dengan hari ini.”Zafran menunduk, bibirnya jatuh pada bibir Elsa yang terasa dingin.Dari sebatas kecupan, mereka telah mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih dalam. Dan sebelum ini menjadi lain karena tangan besar Zafran sudah sampai di pinggangnya, Elsa menahannya dengan cepat.Ia menarik dirinya dari Zafran. T
“Jika Tuan Jake dan Nona Laura tidak bersedia menemui beliau berdua, saya akan sampaikan,” kata Rani. Jake lebih dulu menoleh pada Laura, memandang istrinya yang tampak tertegun selama beberapa saat mendengar bahwa tamu yang datang itu adalah kedua orang tuanya. “Bagaimana, Sayang?” tanya Jake. Membiarkan Laura yang mengambil keputusan karena ia tahu bahwa yang barangkali merasa kurang nyaman di sini adalah dirinya. “Jika kamu tidak mau—“ “Jake,” sebut Laura seraya menimpakan tangan kecilnya di punggung tangan Jake. “Tidak apa-apa,” katanya. “Aku juga ingin tahu apa yang ingin Mama dan Papa lakukan di sini.” “Baiklah.” Jake lalu menoleh pada Rani dan menganggukkan kepalanya. Meminta Rani agar membawa orang tua Laura untuk turut bergabung makan pagi bersama dengan mereka. Laura berdiri bersama Jake saat mendengar suara beberapa langkah kaki yang mendekat. “Selamat pagi,” sapa mereka saat melihat Hariz dan Agnia yang muncul dan membalas sapaan mereka dengan bibir yang mengembangka
Setelah acara makan pagi bersama itu selesai, Laura memutuskan untuk lebih dulu meninggalkan ruang makan.Meski istrinya itu mengatakan ia harus meminum vitamin yang ia simpan di dalam kamar, tetapi Jake tahu bahwa ia tak akan keluar setelah itu. Ia sedang pamit secara tidak kentara bahwa setelah ini ia tak ingin menemui ayah dan ibunya, untuk bergabung menghabiskan sebentar waktu dengan berbincang atau sekadar menanyakan kabar.“Saya sudah pernah mengatakannya pada Mama dan Papa, bahwa mendapatkan maaf dari Laura itu tidak mudah,” kata Jake saat ia mengantar ayah dan ibu mertuanya melewati pintu keluar saat mereka berpamitan untuk pulang. “Tapi saya harap, Mama dan Papa tidak menyerah begitu saja dan mau berusaha lebih keras untuk mendapatkan hatinya kembali.”Hariz dan Agnia menganguk secara bersamaan, mereka berhadapan dengan Jake saat tiba di teras dengan wajah yang sedikit lega, tapi juga tak bisa menyembunyikan sesal.“Kami berterima kasih karena kamu dan Laura sudah mau meneri
Untuk beberapa detik Laura seperti tak bisa berbicara. Ia tak salah dengar, bukan? ‘Keguguran?’ ulangnya dalam hati. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat menyadari bahwa apa yang dulu terjadi pada Laura satu demi satu diterima oleh wanita itu. “Dia masih dalam masa pemulihan setelah operasi kuret, Laura,” kata Jake lagi. “Polisi mendapatkan laporan bahwa dia berada di sana, di rumah sakit yang tidak jauh dari pelabuhan.” “P-pelabuhan?” ulang Laura yang dibenarkan oleh Jake. “Iya, Sayang, pelabuhan.” “Itu sangat jauh dari sini, Jake,” kata Laura. “Ada dugaan bahwa dia sebelumnya berniat melarikan diri dengan naik kapal,” tanggapnya. “Roy bilang padaku, modus itu sering dilakukan oleh seseorang yang ingin pergi meninggalkan Jakarta. Melalui pelabuhan, mereka lebih sering memiliki peluang besar untuk melarikan diri, dan itu berhasil,” terang Jake panjang. Laura tercenung di tempat ia berdiri. Kakinya terpancang tanpa beranjak satu inci. Mendengar itu saja ... ia tah