PERNIKAHAN RAHASIA DENGAN DOSEN TAMPAN update juga yaa 🤗😍 sampai jumpa besok lagi 🩷 apa yang terjadi pada Fidel setelah ini??
“Iya,” jawab wanita Ibu panti seraya membalas Fidel dengan seulas senyum. “Anak kecil yang membawamu ke sini tadi namanya Laura.”Air mata tertahan di sudut mata Fidel, membingkai kedua sisinya hingga perih dan mengembun. Bibirnya gemetar saat ia menyadari bahwa nama itu membayanginya bahkan setelah ia pergi sejauh ini.Saat Fidel terdiam dalam renungannya, ia mulai berpikir bahwa, ‘Apakah semua orang yang memiliki nama Laura adalah perempuan yang baik hatinya?’Laura si anak kecil yang baru saja ia temui telah membawanya ke tempat yang membuatnya bisa berteduh.Dan Laura yang ia kenal dulu adalah seorang wanita baik yang berlapang dada sekalipun saat ia dihina atau berulang kali Fidel berusaha mejatuhkannya.Masih dengan benak yang bercabang, Fidel pergi menemui Laura kecil yang berada di dapur. Terlihat senang saat ia mengupas sayuran persis seperti yang dikatakan oleh Ibu panti.Fidel bergabung di sana, bersama dengan anak-anak yang lebih tua yang mungkin sudah duduk di bangku SMA.
Beberapa lama tinggal di panti asuhan itu membuat Fidel mulai terbiasa. Ia bangun pagi, membantu Arumi memasak sekaligus menyiapkan kue-kue yang mereka titipkan di pasar pagi. Untuk pertama kalinya dalam hidup Fidel, ia membawa kakinya untuk menginjak jejak basah akibat embun malam yang mengantar kakinya pergi ke kesibukan pasar. Arumi menunjukkan di mana saja mereka menitipkan makanan untuk menyambung hidup, terlepas dari ada atau tidaknya orang yang menjadi donatur, mereka tetap bergerak dan tak berpangku tangan. Beranjak siang, ia lalu pulang dengan membawa belanjaan. Sayuran untuk makan dan untuk kue mereka pisah-pisahkan sesampainya di panti. Harinya sibuk dan padat, tapi jujur saja ... Fidel merasa mendapat banyak pelajaran, bahwa seperti inilah rasanya hidup dalam kekurangan. Diam-diam ... ia berpikir, ‘Apa seperti ini rasanya keluarga Tania saat mereka jatuh dan tidak memiliki uang sepeser pun setelah aku menipunya?’ Jika sebelumnya Fidel mengatakan pada Arumi bahwa ia t
Saat Arumi diminta oleh dokter memenuhi proses pendaftaran dan pendataan pasien, Arumi dengan jujur mengatakan bahwa Fidel adalah salah satu penghuni panti asuhan Kasih Ibu yang ia kelola.“Dia belum lama ini datang dan membantu saya di sana, Pak,” ujarnya pada petugas.“Apakah tidak ada kartu identitas yang bisa kami gunakan untuk mendatanya, Bu?”“Tidak ada,” jawab Arumi. “Dia berperilaku baik pada saya dan pada anak-anak panti. Mengingat tempat itu menerima siapapun tanpa pandang bulu, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu.”Petugas terlihat mengangguk beberapa kali, memahami penjelasan Arumi.“Apakah jika tidak ada identitas tidak bisa ditolong, Pak?”“Kami usahakan bisa,” jawabnya. “Kami coba bantu dengan menelusurinya ya, Bu. Apakah Ibu tahu nama lengkapnya?”“Fidella,” jawab Arumi. “Fidella Magali.”Setelah menyebutkan nama itu, dada Arumi berdebar melihat petugas yang duduk di balik meja administrasi yang tampak sedikit gusar.Ia tak tahu apa yang terjadi, sepertinya ada
Sebelum membuat kehebohan terjadi di ruang pesta, Xandara menitikkan air mata saat ia melarikan diri ke dalam kamar mandi. Xandara sangat membenci gadis itu, Elsa! Kedatangannya ke pesta ini bersama dengan Zafran adalah sebuah hal yang tak ia antisipasi karena sebelumnya Xandara berpikir bahwa pria itu akan datang sendirian. Gaun berwarna burgundy yang dikenakan oleh Elsa benar-benar menyakiti matanya. Bukan karena gaun itu buruk, melainkan terlihat sangat cocok dan cantik saat dipakai oleh Elsa. Tampilannya seperti seorang nyonya muda yang diperistri oleh seorang CEO kaya padahal mereka belum resmi menikah. ‘Dia ingin menghinaku saat mengatakan bahwa kalung yang dia pakai itu dari Zafran?’ gumamnya seraya terengah-engah meredam rasa marah saat memandang cermin berukuran besar yang ada di kamar mandi. Matanya yang semula tajam meruncing perlahan berubah menjadi mata polos saat ia mengatur bagaimana ia harus menunjukkan raut wajahnya saat ia keluar dari sini. ‘Kamu pikir kamu bis
Seluruh orang di dalam ruangan hening seketika. Mereka tak salah dengar saat mengatakan bahwa yang disebut oleh ‘Sayang’ oleh Zafran itu adalah Elsa, bukan Xandara.Saat Elsa mengikuti langkah cepat Zafran, reporter yang berjumlah puluhan yang semula berfokus pada Xandara bergerak menyerbu pertanyaan pada keduanya selagi Andy bekerja keras membuka jalan dengan meneriakkan, "Minggir, tolong beri jalan!"“Jadi yang menjadi orang ketiga itu adalah Xandara?” tanya salah seorang reporter.“Benar begitu, Pak Zafran?” sahut suara reporter yang lain.“Tapi kenapa Anda dan Xandara saat itu bertemu dan terlihat kencan di Edinburgh?”“Sejak kapan Anda menjalin hubungan?”“Pak Zafran, tolong katakan sesuatu!”Zafran hanya bungkam seribu bahasa. Tatapannya tajam mengarah pada reporter yang berada di dekat Elsa berjalan, seolah sedang menandai satu persatu dari mereka.Tak pernah sekalipun terpikir di benak Elsa ia akan terjebak dalam situasi seperti ini.Hidupnya yang tenang dan jauh dari media—
“M-menikah?” sepasang mata Elsa seketika melebar mendengar apa yang dikatakan oleh Zafran. Sebuah cara agar ia lebih dekat menjaga Elsa ia bilang. “Iya,” jawab Zafran tanpa beban. “Satu setengah bulan menuju pernikahan kita itu terbilang cukup lama dalam situasi seperti ini, Elsa. Xandara bisa saja melakukan hal yang buruk dalam rentang waktu itu. Jadi kenapa kita tidak menikah lebih awal? Agar kamu bisa tinggal denganku, jadi aku bisa memastikan kamu aman.” Elsa tak bisa menjawabnya begitu saja. Ada perasaan senang, sebagai seorang wanita ... siapa yang tak senang jika ia mendapat kepastian dari seorang pria yang bergerak cepat mengantisipasi segala kemungkinan buruk? Zafran barangkali belajar dari pernikahan Jake dan Laura yang dihadiri oleh orang ketiga, seorang wanita manipulatif sehingga ia membuat satu langkah lebih cepat. “M-maksud kamu, kita menikah siri dahulu?” tanya Elsa memperjelas. “Iya. Surat-suratnya lusa sudah jadi juga, kita bisa mendapatkan buku nikah lebih cepa
Setelah menghabiskan satu malam dengan hampir tidak tidur, Xandara keluar dari kamarnya dengan keadaan mata yang sembab.Ia berjalan untuk menemui ayah dan ibunya setelah salah seorang pelayan di rumah mengetuk pintu dan memitanya untuk makan pagi.Ia menyapa sopan orang tuanya sebelum duduk berseberangan meja dengan kepala yang tertunduk.“Jangan keluar rumah dulu mulai hari ini,” kata sang ayah—Kim—saat mereka memulai suapan setelah saling mengucapkan ‘selamat makan.’“Ada banyak reporter yang mungkin masih mencarimu,” sambung ibunya—Aaliya—yang memandang sang putri dengan wajah cemas. “Tapi ada banyak hal yang harus aku lakukan, Ma, Pa,” jawab Xandara. “Aku perlu menjadi bintang tamu di stasiun TV juga nanti malam.”“Kamu bisa menolaknya, bukan?”“Tapi—”“Apa yang kamu lakukan semalam mengakibatkan keributan besar, Xandara,” tegur Kim. Pria paruh baya itu meneguk minumannya sebelum mengembalikan gelasnya ke atas meja dengan sedikit kasar. “Kamu membuat malu seluruh keluarga kita.”
Elsa meremas dadanya yang bergemuruh, kenangan akan bagaimana gugupnya ia hingga tak sadar menggigit bibir Zafran sewaktu mereka berciuman membuat wajahnya memanas hingga hampir meledak pagi ini. ‘Menggigit Zafran’ sebenarnya hanyalah awal bagaimana malam yang panjang terjadi. Malam pertama mereka. Elsa ingin menundanya, tapi untuk apa? Mereka juga sudah menjadi pasangan suami dan istri. Mereka saling mencintai dan terikat dalam sebuah pernikahan, tidak ada alasan untuk menunda, bukan? Elsa menelan ludahnya mengingat bagaimana semalam mereka menghabiskan waktu yang mendebarkan itu. Ia terlelap di pelukan Zafran dengan perasaan bahagia yang tak bisa dijelaskan. Pria itu di sana sekarang, duduk dengan wajah yang tenang yang berbeda dengan Elsa yang hanya sanggup mengamatinya dari kejauhan sembari berpikir, ‘Apa yang semalam itu tidak berkesan baginya?’ Elsa kembali mundur satu langkah. Setelah sempat berpikir demikian, benaknya kembali bersuara. ‘Mungkin bukan tidak berkesan,