Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan update yaaa akakk xixixiix 😹😹 terima kasih sudah membaca ya. sampai jumpa besok lagi 🩷❤️🤗
'Mereka sudah pernah memiliki anak?' batin Laura penuh dengan rasa terkejut tepat setelah Erick berhenti bicara.Pria itu sepertinya tidak berbohong. Tawa mirisnya bicara lebih banyak bahwa ia kecewa tetapi di hatinya tak bisa menampik bahwa ia masih memiliki cinta untuk seorang wanita bernama Fidel."Kami menikah dengan baik-baik," ucap Erick lagi. "Tapi setelah melahirkan anak kami yang seorang down syndrome, dia menunjukkan sikap yang berbeda. Suatu hari saat aku pulang bekerja, dia tidak ada di rumah dan meninggalkan Christopher bersama dengan seorang baby sitter saja. Lalu setelah itu dia tidak pernah bisa aku hubungi. Dia melarikan diri."Erick menghela dalam napasnya, wajahnya terangkat dari yang semula tertunduk. Menatap Laura, Jake serta Roy yang berdiri tak jauh darinya dan menegang di tempat mereka berada.Ketegangan masih belum usai saat pria itu menyebut bahwa setelah kepergian Fidel ia mulai mendapati bukti bahwa tak hanya sekali wanita itu berusaha menggugurkan kandunga
“Iya, Jake,” jawab Laura. “Ada banyak orang di dunia ini yang sebenarnya mereka sadar terlibat dalam hubungan yang toxic tetapi tidak bisa pergi dari lingkaran itu karena memiliki ikatan emosi yang kuat dengan pasangannya. Pada Fidel ... seandainya dia merasakan betapa kejamnya hidup sendirian dengan tidak memiliki tujuan, dia bisa saja memilih kembali pada Erick, ‘kan?” Jake tentu saja membenarkannya. Ia setuju dengan yang disampaikan oleh istrinya. Stockholm syndrome namanya. “Tapi jika benar seperti itu, justru akan sedikit menguntungkan bukan?” tanya Jake, meraih tangan Laura, memberi kecupan di punggung tangannya dengan seulas senyum manis. “Maka Erick akan segera mengatakan bahwa wanita itu di sana, dan akan ada tindakan penangkapan.” “Asalkan bukan yang kedua,” tanggap Laura. “Aku tidak ingin dia mengakhiri hidupnya begitu saja, setidaknya dia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia lakukan padaku, atau pada orang-orang yang bahkan sampai kehilangan anggota keluargan
“Lihat si pincang itu! Suaminya sedang bersama wanita lain, tapi dia tidak bisa melakukan apapun!”Laura, yang saat ini sedang berada di pesta anniversary mertuanya, tersentak saat mendengar bisikan dari arah belakangnya. Ia segera meraih alat bantu jalan berjenis elbow crutch di samping kursi saat matanya menangkap sosok pria tinggi menjulang yang mengenakan setelan jas hitam di tengah pesta. Pria itu tengah berdiri di depan seorang wanita berambut panjang yang tampak anggun. Itu adalah suaminya, Jake, bersama dengan mantan kekasihnya, Fidel. “Apa kabar, Fi?” “Baik, Jake. Kamu sendiri bagaimana?” tanya Fidel dengan nada manja.“Baik juga.”Suara Jake terdengar manis di telinga Laura saat bertanya pada Fidel, sangat berbeda dengan nada dingin yang selalu ditujukan kepada dirinya. Keduanya memang pernah menjalin hubungan istimewa, sebelum Fidel pergi ke luar negeri saat mengetahui bahwa Jake menikahi Laura untuk memenuhi wasiat kakeknya, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab ka
Puas melampiaskan emosi, ibu Laura mendelik ke arah sang putri dengan ekspresi keji. “Kalau sampai kamu diceraikan karena mandul, aku tidak sudi lagi menganggapmu sebagai anak!”Kaki berbalut stiletto milik ibunya melangkah pergi setelah membuat Laura jatuh. Ia menatap elbow crutch miliknya yang untungnya hanya tergores sedikit.Dengan tangan kebas ia berusaha meraihnya, mengabaikan pandangan anggota keluarga yang hanya menjadi penonton saat ia berjuang seorang diri hanya untuk menegakkan tubuhnya.“Kamu baik-baik saja?” tanya sebuah suara dari sebelah kanannya. Saat Laura menoleh, ia menjumpai seorang pria yang menatapnya dengan wajah yang tampak cemas.Mungkin karena Laura hanya terdiam, pria tinggi menjulang yang mengenakan setelan jas hitam itu bergegas mendekat padanya dengan seulas senyum.“Izinkan aku membantumu, Nona.” Meski sepasang mata pria itu tampak seperti serigala, tetapi suaranya terdengar hangat.Kakinya yang panjang merendah dalam hitungan detik ketika ia berlutut
“Jake, maksudku—” Laura berhenti bicara saat Jake berjalan meninggalkannya begitu saja. “Jake!” panggil Laura lagi sambil berusaha mengimbangi langkah suaminya, tetapi tidak bisa. Punggung bidang Jake menghilang di balik pintu kamar yang tertutup dengan sedikit kasar. Laura menghela napas pasrah, tidak lagi berusaha mengejar pria itu. Jake pasti telah salah paham atas ucapan putus asa Laura, dan menganggapnya tak berusaha lebih keras agar mereka memiliki anak.Dengan kaki yang melangkah tertatih-tatih, Laura berjalan menuju ruang makan. Melepas tongkat sikunya, seorang perempuan yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya datang menghampiri.“Selamat pagi, Nona Laura.”“Pagi, Tania,” balasnya pada gadis berambut sebahu itu. “Mau makan sekarang?” tawarnya sopan.“Boleh.”“Akan saya ambilkan sebentar.”“Untukku saja, Jake sudah pergi.”“Baik, Nona.”Laura melihat kepergian Tania, gadis yang dulunya bekerja untuk Ammar, kakeknya Jake. Setelah Ammar wafat, gadis itu pindah ke sini k
“Apa maksud Tante aku harus menjadi istrinya Jake?” tanya Fidel dengan sepasang matanya yang membola tak percaya saat menatap Alina.Laura menjumpai penolakan terlukis dari cara Fidel bertanya, terkejut dengan keputusan tiba-tiba tersebut.Alina mengalihkan tatapannya dari sang menantu, lalu memandang Fidel dengan seulas senyum yang terlihat keibuan. Sangat berbeda dengan caranya berucap pada Laura.“Sekalipun kamu adalah istri kedua Jake, percayalah kamu jauh lebih istimewa daripada Laura yang pincang dan seperti benalu bagi keluarga Heizt.”Sepertinya, Alina tak sudi lagi memandang Laura. Ia pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu, tidak memberi Laura kesempatan untuk menerima atau menolak apa yang telah menjadi keputusannya.Laura mematung di tempat ia duduk, terlalu shock untuk bisa merangkai kata setelah apa yang ia dengar. Sedangkan Fidel tampak kebingungan di tempat ia duduk dan berusaha memanggil Alina, “Tante!”Namun, tidak ada jawaban dari wanita berambut sebahu itu. Lau
Dari tempat Laura berdiri di luar ruangan, ia melihat Jake yang menoleh ke arahnya. Manik mata mereka bertatapan selama beberapa saat sampai Laura melihat pria itu bangkit dari kursi dan berjalan ke arahnya.“Lelucon apa yang sedang kamu lakukan ini, Laura?” tanya Jake frontal. Sepasang alis lebatnya nyaris bertautan.Pria itu menoleh sekilas ke belakang pada Farren. Seolah itu adalah sebuah isyarat agar pemuda itu mengenyahkan dirinya. Farren beringsut pergi meninggalkan lantai lima belas, membiarkan ruangan itu sepenuhnya dimiliki oleh tuan dan nyonyanya.“Aku tidak sedang bercanda, Jake,” jawab Laura tanpa ragu.Jake satu langkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. “Kamu cemburu?” tanyanya. “Kamu cemburu pada Fidel makanya meminta cerai dariku?” lanjutnya, masih sukar memalingkan wajahnya.Bibir Laura mengatup rapat. Ia menatap pria tinggi menjulang di hadapannya ini dengan mata yang memanas. Batinnya dipenuhi kemelut sebelum akhirnya ia memberi jawaban.“Dengan bercerai,
Ketegangan terjadi di antara mereka, alih-alih menjawab Jake, yang dilakukan oleh pria yang namanya disebut sebagai Zafran itu justru sekali lagi menegaskan, “Jangan menghalangi jalanku, Jake! Tolong minggirlah!”Kalimatnya tegas dan penuh penekanan.Selama beberapa saat, Jake hanya bergeming. Laura menangkap hela napasnya yang terdengar berat melalui sudut matanya yang tidak berani menoleh pada siapapun. Tidak pada Jake, atau pada Zafran yang tengah menggendongnya.Ia hanya berani melirik pada Jake yang kemudian menoleh ke belakang. Sepertinya pria itu menyadari bahwa Zafran akan membawa Laura ke mobil yang sudah disiapkan oleh Han—sopir miliknya—di depan pintu lobi. Zafran melanjutkan langkahnya begitu Jake menyingkir.Ia menempatkan Laura duduk di kursi penumpang bagian belakang saat tiba di mobil.“Terima kasih,” ucap Laura canggung, menatap Zafran yang masih berdiri tak jauh darinya dan menyerahkan elbow crutch miliknya.“Sama-sama, Nona,” jawabnya teriring seulas senyum yang ha