Clara tertawa sinis sebelum berbalik bertanya, "Gimana kamu bisa tahu aku nggak cari orang lain?" Wanita itu sengaja menambahkan, "Aku sudah punya banyak pengalaman, bahkan dengan pria asing yang kuat dan gagah .... Memangnya kamu bisa menandingi mereka?"Satya mendekati wanita itu, lalu meremas dagunya dan menggigit bibir merahnya dengan lembut. Kemudian, pria itu meledek, "Buat apa sengaja bilang begitu?'Clara malas meladeninya. Dia pergi dengan hati-hati ke samping ranjang, lalu meraba dahi Joe. Untungnya bocah itu tidak demam. Clara pun pergi ke dapur.Satya masih tinggal di dalam kamar untuk menemani kedua anaknya. Alaia bangun lebih dulu. Dia mengucek matanya, lalu turun dari ranjang dan berlari ke arah Satya dengan telanjang kaki. Gadis kecil itu bahkan naik ke pangkuannya .... Saat ini, dia masih belum sepenuhnya sadar.Begitu sadar, Alaia bersandar pada ayahnya sambil bertanya dengan suara pelan, "Kenapa Kak Joe belum bangun?"Satya teringat dengan 500 mililiter darah itu. Ta
Satya sangat berterus terang. Dia mengatakan bahwa memakai kondom kurang puas, bahkan ribut ingin melakukan vasektomi. Ketika masih di dapur saja, pria itu sudah berani membicarakan hal-hal seperti ini. Entah apa yang akan dia katakan ketika hanya sedang berduaan dengan Clara.Clara pun memintanya untuk memperhatikan citranya. Dia juga mengatakan bahwa anak-anak masih ada di rumah.Satya langsung menimpali, "Kalau nggak melakukan itu, gimana bisa ada mereka?" Setelah mengatakan itu, dia sedikit tertegun.Clara juga sama. Waktu berlalu begitu cepat. Baik dia maupun Satya, mereka sama-sama hampir lupa bahwa Alaia adalah anak dari Davin dan Freya. Mereka keliru berpikir bahwa Alaia adalah putri kandung mereka ....Air di dalam panci mendidih. Hal ini membuat Clara tersadar, lalu berucap pelan, "Airnya sudah mendidih. Aku mau masak pangsit, jangan ribut lagi."Meskipun suasana sedikit tegang, mana mungkin Satya akan melepaskan kesempatan untuk bermesraan ini?Ketika Clara sibuk, dia memelu
Vigo kembali ke rumah. Dia memarkir mobilnya dan langsung menuju vila tempat tinggalnya. Setelah itu, dia mendorong pintu kamar tidur utama hingga terbuka .... Di dalam, Renata sedang merapikan kamar. Temperamen Renata biasanya memang sangat lembut, baik itu dalam urusan rumah tangga ataupun yang lainnya.Vigo menutup pintu kamar tidur. Melihat ekspresinya yang aneh, Renata yang masih memegang syal di tangannya tanpa sadar mundur selangkah. Dia bertanya kepada Vigo, "Vigo, kamu sudah dua hari nggak pulang. Kamu nggak peduli dengan anak kita .... Kamu mau langsung buat keributan setelah pulang kali ini?" Renata sebenarnya hanya menggertak.Vigo menepis benda di tangannya dan menampar Renata hingga terjatuh ke tempat tidur. Renata terkapar di tempat tidur sehingga tidak bisa bangun selama beberapa saat. Telinganya berdengung karena tamparan tersebut.Sebuah dokumen dilemparkan di sebelah Renata. Suara Vigo yang dingin terdengar di telinganya, "Lihat ini! Lihat apa yang kamu lakukan! Bahk
Malik berkata dengan tanpa ekspresi, "Khayalanmu yang telah merusaknya!"Vigo tertawa dengan terbahak-bahak, "Aku berkhayal? Memangnya salah menyukai seseorang? Aku cuma menyukai seseorang dan nggak bisa mengendalikan perasaanku. Aku hanya mengaguminya dan merasa kasihan padanya .... Kamu nggak bisa menerimanya dan mengusirnya. Kamu memaksaku menikahi wanita yang nggak kusukai. Terkadang aku bahkan harus minum obat dulu sebelum berhubungan badan dengannya. Kalau nggak, aku benar-benar nggak bisa tertarik padanya.""Vigo, apa yang kamu katakan!" Veren menangis tersedu-sedu. Mereka semua tahu tentang masalah dulu, tetapi semua itu adalah pemikiran Vigo yang dirahasiakannya. Dia tidak pernah mengatakan hal seperti ini sebelumnya. Namun sekarang, dia malah keceplosan karena terlalu kecewa.Vigo benar-benar sudah gila! Vigo menatap ibunya dengan lembut. Dia hanya berkata, "Ibu, maafkan aku. Aku nggak mau bertahan dalam hidup yang dikendalikan ini lagi!" Setelah berkata demikian, Vigo membuk
Di dalam vila, kedua tubuh itu saling bergumul di bawah cahaya lampu kristal. Setelah sekian lama, mereka baru berhenti ....Vigo bersandar di sofa dengan tubuhnya yang bermandikan keringat. Poninya yang hitam tergerai di dahinya dan menutupi matanya. Namun, sudut matanya jelas terlihat air mata yang tergenang.Gadis itu sangat suci. Vigo mendapatkan kepuasan yang belum pernah didapatkannya sebelumnya. Namun, hatinya malah merasa getir. Sebab, gadis ini bukan wanita yang dicintainya. Meski telah mendapatkan semuanya, hati Vigo justru terasa semakin hampa.Vigo menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dengan perlahan. Gadis itu melayaninya dari samping. Vigo menunduk dan menatapnya dalam diam. Setelah cukup lama, dia baru bertanya, "Siapa namamu? Kenapa kamu mau kerja seperti ini?"Gadis itu berkata dengan pelan, "Namaku Nella! Keluargaku sangat miskin, jadi nggak bisa bayar biaya Pendidikan! Kata Bu Bella, Anda masih sangat muda dan nggak penyakitan. Katanya, Anda akan memperlakukank
Senyuman Satya menjadi semakin pudar. Dia mengulurkan tangannya untuk membersihkan kaca spion, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak masalah kalau kamu membeberkan identitasku. Tiba saatnya nanti, aku akan patahkan dua jarimu."Bella langsung bercucuran keringat dingin ........Setelah meninggalkan Bella, Satya mengendarai mobilnya ke bawah apartemen Clara. Sudah dua hari dia tidak datang dan Clara tidak meneleponnya sama sekali. Sepertinya wanita itu benar-benar tidak memedulikannya.Usai memarkirkan mobilnya, Satya memalingkan badan untuk mengambil foto erotis Vigo. Dia langsung naik ke lantai atas dan menggesek kartu aksesnya untuk masuk.Menjelang malam, cahaya lampu di dalam kamar berpendar dengan lembut. Kedua anak itu sudah tertidur, sedangkan Clara sedang duduk di sofa di samping jendela untuk memilih lukisan di tabletnya .... Belakangan ini ada beberapa pelukis muda yang membuatnya tertarik.Satya masuk ke kamar itu begitu saja. Saat mendongak, Clara menatapnya dengan kaget, "
Pada suatu sore, Clara pergi ke sekolah untuk menjemput Joe pulang. Setelah menjemput Joe dan hendak naik ke mobil untuk pulang, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang tidak asing. "Nona Besar, apa kita bisa bicara sebentar?"Saat berpaling, Clara melihat sekretaris Malik yang bernama Surya. Surya mengenakan setelan jas yang rapi dan penampilannya tampak sangat elegan. Di sampingnya, berdiri dua orang pengawal berjas hitam. Jelas sekali, mereka adalah pengawal pribadi Malik. Mereka juga menyapa Clara dengan "Nona".Clara bisa menduga bahwa mereka datang dengan niat buruk. Oleh karena itu, dia tersenyum sambil berkata, "Aku nggak berani dipanggil seperti itu."Surya membalas dengan nada yang sangat sopan, "Setelah pulang dari luar negeri, Nona belum pernah pulang sekali pun. Pak Malik sudah merindukan putrinya! Kami terpaksa datang untuk mengundang Nona ke kantornya sejenak."Surya menggunakan kata "mengundang". Namun, Clara tahu bahwa dia tidak bisa menolak undangan ini. Kalau tidak, ke
Malik bisa menebak maksud yang tersirat dalam perkataan Clara. Dia hanya tersenyum sinis. "Dia nggak sepenuhnya jahat, berarti aku yang jahat di hatimu? Saat itu, aku benar-benar nggak punya pilihan selain mengirimmu pergi. Aku juga mengira kamu bisa memakluminya .... Sekarang kamu sudah pulang, tapi malah langsung membuat suami istri itu bertengkar hebat. Dia nggak pernah pulang lagi dan ibunya juga jadi sakit karena terlalu emosi."Clara berbalik menanyakan, "Bukankah seharusnya kamu tanyakan hal ini padanya?"Baru saja Malik hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba asistennya telah berada di depan pintu dengan membawakan teh. Dia meletakkan teh itu di hadapan Clara dan berkata, "Nona Clara, silakan."Clara hanya mengangguk, tetapi dia tidak minum teh itu seteguk pun. Malik juga memperhatikan hal ini. Setelah menahan dirinya sejenak, Malik akhirnya mengatakan tujuannya hari ini dan mengumumkan keputusannya kepada Clara."Besok, kamu bawa Joe untuk pindah ke rumah kita. Kelak, kamu tetap