Padahal Reagan adalah pria yang selalu menjaga sikap, tetapi dia bahkan terpesona. Pria itu tak kuasa berucap, "Akhir pekan ini, aku bakal tampil di Teater Brata. Kalau Bu Clara nggak keberatan, aku bisa kasih tiket VIP."Ekspresi Reagan penuh dengan kekaguman terhadapnya. Dia sudah mendengar tentang Clara sejak lama. Rumor yang beredar melukiskan Clara sebagai wanita yang matre. Reagan selalu berpikir bahwa dia adalah orang yang seperti itu. Ketika bertemu dengannya hari ini, dia merasa bahwa wanita ini tidak seperti yang dia bayangkan. Sosoknya sangat ramping dan terlihat agak lesu.Clara berpikir sejenak, lalu membalas Reagan, "Gurunya anakku sangat menyukaimu. Kalau boleh, aku mau kasih tiket ini padanya. Apa Pak Reagan keberatan?"Reagan agak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Clara bersedia berteman dengannya. Jadi, dia segera mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada wanita itu. Reagan berucap, "Bu Clara, apa aku boleh minta kartu namamu? Nanti aku bakal suruh asisten
Clara berterima kasih kepadanya dengan nada lembut. Satya pun menghela napas sebelum mengeluh, "Kita ini suami istri. Apa perlu berterima kasih untuk hal kecil seperti ini? ... Oh ya, tadi aku lihat kamu asyik ngobrol dengan pria itu. Sebaiknya kamu hindari orang-orang dari industri hiburan."Mobil sedikit bergoyang. Clara menunjukkan ekspresi datar, lalu menjelaskan, "Kami cuma kebetulan bertemu. Aku juga nggak ingin berhubungan dengannya."Satya meliriknya sejenak sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke depan. Dia agak kesal. Barusan, dia melihat Reagan mencium tangan Clara. Istrinya memang terlihat kesal, tetapi dia tidak langsung memarahi pria itu ....Adegan ini membuat Satya teringat akan hal-hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu, juga teringat dengan beberapa orang. Reagan juga berasal dari Kota Aruma, ini sungguh suatu kebetulan. Hal ini membuat Satya merasa tidak nyaman.Setibanya di vila, Clara ditelepon oleh Reagan ketika sedang berganti pakaian. Sebelum mengatakan ap
Ucapan Satya memang terdengar kasar, tetapi dia akhirnya berhenti dan menatap Clara yang berada di bawah tubuhnya. Dilihat dari sudut pandang seperti ini, mata dan alis Clara begitu indah.Setelah beberapa saat, Satya beranjak dan duduk di sofa. Dia mengulurkan tangan membawa Clara ke dalam pelukannya. Pria ini barusan sangat kejam, sekarang berubah menjadi sangat lembut. Satya melirik Clara sembari mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Ketika dibuka, di dalamnya adalah cincin berlian berwarna merah muda.Clara tertegun sejenak. Jarinya tiba-tiba diraih. Cincin berlian itu perlahan-lahan dimasukkan ke jarinya. Berlian mewah tersebut berkilauan di bawah cahaya.Satya memandang Clara dengan sorot mata gelap. Dia berkata dengan suara serak, "Aku membelinya dua hari lalu. Aku ingin membuat kejutan untukmu. Nggak disangka, malah kamu duluan yang memberiku kejutan. Clara, berjanjilah padaku untuk memutuskan hubungan dengannya."Clara menunduk dan memegang cincinnya. Bagi wanit
Satya hanya diam. Dia berbaring dengan tenang untuk beberapa saat, lalu mengangkat punggung tangannya dari matanya. Dia duduk bersandar di kepala tempat tidur dan menyalakan rokok. Terlihat asap tipis yang mengepul di udara.Satya melirik Clara sekilas, lalu membalas dengan perlahan, "Pasti Gracia yang memberitahumu, 'kan? Apa dia nggak memberitahumu alasan aku melakukan ini pada aktor yang nggak terkenal itu?"Clara tidak menjawab. Suasana di dalam kamar seketika hening.Setelah cukup lama, Satya mendengus dingin, lalu berujar, "Reagan berasal dari Kota Aruma. Dia punya pacar yang bernama Gilian Herjaya. Clara, bukankah nama belakangnya sangat familier?"Wajah Clara seketika menjadi pucat.Satya membuang jelaga sambil menjelaskan, "Gilian adalah adik sepupu Davin. Menurutku, orang-orang dari Keluarga Herjaya punya rencana buruk padamu. Sebagai pacarnya Gilian, Reagan malah memperlakukanmu dengan baik dan terus menyanjungmu. Aku tentu saja harus mencari cara untuk membuatnya menyerah."
Hubungan mereka mulai renggang. Satya tidak pulang dan tinggal di hotel selama satu minggu. Mereka tidak saling menghubungi. Seiring berjalannya waktu, Satya mulai sering bersosialisasi dan mulai banyak wanita yang mendekatinya. Di antaranya adalah wanita pebisnis, gadis muda cantik dari kelab, dan beberapa selebritas wanita. Mereka mendekati Satya satu per satu. Ada yang tertarik dengan parasnya, ada juga yang tertarik dengan hartanya.Satya hanya bermain-main dengan mereka karena tidak berani menaruh perasaan lebih. Dia masih ingat dengan sumpahnya bahwa dirinya tidak boleh menyentuh wanita-wanita itu.Tahun baru semakin dekat. Clara tidak ingin diam saja. Dia melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak. Dia juga menghubungi Yuna untuk membahas tentang pembukaan galeri.Sementara itu, di kantor presdir Grup Chandra. Satya sedang duduk di sofa. Pria ini menandatangani sebuah cek dan menyerahkannya kepada Gracia. Dia memutar pulpen emasnya sambil bertanya, "Selain cek, apa dia jug
Satya memalingkan wajahnya untuk mematikan rokok. Ketika Satya merentangkan tangannya, terlihat garis-garis tegas yang menunjukkan tubuh kekarnya. Selain itu, terlihat jam tangan berlian kelas atas di bagian bawah lengan kemejanya. Perpaduan antara sifat dan parasnya membuat pria ini memiliki pesona maskulin yang tiada duanya.Setelah mematikan rokok, Satya berujar, "Dia nggak menyinggungku, tapi menyinggung istriku! Istriku bernama Clara. Kamu seharusnya pernah mendengar nama ini."Begitu mendengar perkataan Satya, Gilian seketika tidak bisa menahan emosinya. Dia bertanya dengan marah, "Bukankah dia yang sudah mencelakai kakakku dan kakak iparku? Seluruh anggota Keluarga Herdaya sangat membencinya. Memangnya apa yang salah?"Satya berdiri, lalu menghampiri Gilian. Gilian sontak melangkah mundur. Satya terus berjalan ke arah Gilian. Dia menunduk memandang wanita ini seraya menjelaskan dengan dingin, "Kalau seseorang harus bertanggung jawab atas kematian Davin, orang itu adalah aku. Aku
Begitu tiba di lantai yang dituju, pintu lift pun terbuka. Ketika Satya mengeluarkan kartu aksesnya dan hendak membuka pintu, tatapannya seketika membeku.Terlihat Benira yang sedang berjongkok di depan pintu. Penampilannya terlihat sangat berantakan. Rambut dan pakaiannya basah kuyup karena kehujanan. Kaki palsunya juga berserakan di lantai. Sebelah gaunnya tampak kosong.Melihat ini, Satya sontak terkejut. Dia menghampiri Benira dengan perlahan, lalu menunduk menatapnya sambil bertanya dengan lembut, "Kenapa kamu kembali ke sini? Bukannya kamu sudah janji akan tetap tinggal di Barline?"Benira mendongak memandang Satya. Dia menjawab dengan terisak, "Tahun baru hampir tiba. Aku sangat kesepian di sana. Pelayan juga nggak memperlakukanku dengan baik. Mereka terus pura-pura nggak mendengarkanku dan berbuat jahat padaku.""Satya, aku mohon izinkan aku kembali ke sini. Aku janji nggak akan mengganggu keluargamu. Aku hanya ingin sebuah tempat tinggal. Aku juga nggak akan memintamu untuk me
Satya memang mabuk, tetapi tidak kehilangan kesadarannya. Dia menunduk menatap wanita di pelukannya.Larut malam, Benira mengenakan gaun tidur seksi yang panjangnya hingga pergelangan kaki untuk menutupi kekurangannya. Wajahnya tetap cantik seperti dulu, tetapi Satya tidak merasakan hasrat sedikit pun.Satya mendorongnya, lalu berujar, "Aku sudah berjanji pada Clara kalau aku nggak bakal menyentuh wanita lain.""Kamu juga pernah berjanji akan memberiku masa depan," balas Benira dengan wajah sedih. Satya menatapnya.Sesaat kemudian, Satya melewatinya dan berjalan masuk. Dia mengelus jidatnya sembari berucap, "Benira, mari kita bicara baik-baik."Bagaimanapun, Satya pernah memiliki hubungan dengan wanita ini. Dia ingin memberi Benira suatu penjelasan. Benira mengikutinya masuk, lalu menutup pintu.Kamar sunyi senyap. Ketika berada di Barline, hubungan keduanya berakhir dengan buruk. Namun, sekarang Benira bersikap begitu lembut dan perhatian. Ketika Satya bersandar di sofa, Benira sampai