Satya melihat mereka berdua saling berpelukan. Mereka memang kakak beradik, tetapi dia tetap merasa tidak nyaman. Clara hanya pantas berada dalam pelukannya.Musim dingin sudah hampir berakhir. Suasana pada siang hari menjadi tegang.Kedua pria itu saling menatap seolah-olah bertarung menggunakan pandangan. Berhubung keduanya hampir bentrok lagi, Clara pun menarik lengan kakaknya. Dia memohon dengan lembut, "Kak, jangan."Yoyok paling lembut terhadap adiknya. Dia tidak tahan melihat Clara kesulitan.Itu sebabnya Yoyok menatap tajam pria itu, lalu berucap seraya tersenyum dingin, "Satya, serang aku saja kalau kamu nggak puas. Jangan cuma bisa mempersulit wanita. Apa kamu masih bisa dianggap pria? Clara mau tinggal, jadi aku nggak akan memaksanya. Tapi kalau kamu terus bermain dengan wanita dan menyakiti Clara, aku nggak akan mengampunimu. Awas saja kamu." Satya menjawab sambil tersenyum dingin, "Hati-hati di jalan. Aku nggak akan mengantarmu."Pada akhirnya, Clara menyuruh sopir untuk
Satya memang ingin menyenangkan istrinya. Dia berpikir sejenak sebelum berucap, "Beberapa hari lagi, ada pesta bergengsi. Kamu ikut saja denganku. Nanti aku akan memperkenalkanmu pada beberapa orang. Mereka akan sangat membantu."Satya tidak ingin Clara bergaul dengan istri-istri itu karena hanya akan membuang waktu. Pria itu ingin Clara tetap berada di rumah untuk menghabiskan waktu bersamanya dan anak-anak ....Mendengar ini, Clara hanya tersenyum.....Malam sebelum tahun baru, sebuah pesta besar diadakan di Hotel Harington dan dihadiri oleh orang-orang terkemuka.Ini adalah kali pertama Satya menghadiri acara bersama istrinya. Dia memperkenalkan beberapa orang hebat kepada Clara. Usai berinteraksi secara sederhana, dia memiliki hal yang lebih penting untuk dibicarakan sehingga meminta Clara untuk pergi makan.Begitu Clara pergi, beberapa pengusaha besar mengangkat gelas anggur dan mengobrol sambil tersenyum."Pak Satya sudah nikah beberapa tahun, tapi istrinya masih kelihatan begit
Padahal Reagan adalah pria yang selalu menjaga sikap, tetapi dia bahkan terpesona. Pria itu tak kuasa berucap, "Akhir pekan ini, aku bakal tampil di Teater Brata. Kalau Bu Clara nggak keberatan, aku bisa kasih tiket VIP."Ekspresi Reagan penuh dengan kekaguman terhadapnya. Dia sudah mendengar tentang Clara sejak lama. Rumor yang beredar melukiskan Clara sebagai wanita yang matre. Reagan selalu berpikir bahwa dia adalah orang yang seperti itu. Ketika bertemu dengannya hari ini, dia merasa bahwa wanita ini tidak seperti yang dia bayangkan. Sosoknya sangat ramping dan terlihat agak lesu.Clara berpikir sejenak, lalu membalas Reagan, "Gurunya anakku sangat menyukaimu. Kalau boleh, aku mau kasih tiket ini padanya. Apa Pak Reagan keberatan?"Reagan agak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Clara bersedia berteman dengannya. Jadi, dia segera mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada wanita itu. Reagan berucap, "Bu Clara, apa aku boleh minta kartu namamu? Nanti aku bakal suruh asisten
Clara berterima kasih kepadanya dengan nada lembut. Satya pun menghela napas sebelum mengeluh, "Kita ini suami istri. Apa perlu berterima kasih untuk hal kecil seperti ini? ... Oh ya, tadi aku lihat kamu asyik ngobrol dengan pria itu. Sebaiknya kamu hindari orang-orang dari industri hiburan."Mobil sedikit bergoyang. Clara menunjukkan ekspresi datar, lalu menjelaskan, "Kami cuma kebetulan bertemu. Aku juga nggak ingin berhubungan dengannya."Satya meliriknya sejenak sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke depan. Dia agak kesal. Barusan, dia melihat Reagan mencium tangan Clara. Istrinya memang terlihat kesal, tetapi dia tidak langsung memarahi pria itu ....Adegan ini membuat Satya teringat akan hal-hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu, juga teringat dengan beberapa orang. Reagan juga berasal dari Kota Aruma, ini sungguh suatu kebetulan. Hal ini membuat Satya merasa tidak nyaman.Setibanya di vila, Clara ditelepon oleh Reagan ketika sedang berganti pakaian. Sebelum mengatakan ap
Ucapan Satya memang terdengar kasar, tetapi dia akhirnya berhenti dan menatap Clara yang berada di bawah tubuhnya. Dilihat dari sudut pandang seperti ini, mata dan alis Clara begitu indah.Setelah beberapa saat, Satya beranjak dan duduk di sofa. Dia mengulurkan tangan membawa Clara ke dalam pelukannya. Pria ini barusan sangat kejam, sekarang berubah menjadi sangat lembut. Satya melirik Clara sembari mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Ketika dibuka, di dalamnya adalah cincin berlian berwarna merah muda.Clara tertegun sejenak. Jarinya tiba-tiba diraih. Cincin berlian itu perlahan-lahan dimasukkan ke jarinya. Berlian mewah tersebut berkilauan di bawah cahaya.Satya memandang Clara dengan sorot mata gelap. Dia berkata dengan suara serak, "Aku membelinya dua hari lalu. Aku ingin membuat kejutan untukmu. Nggak disangka, malah kamu duluan yang memberiku kejutan. Clara, berjanjilah padaku untuk memutuskan hubungan dengannya."Clara menunduk dan memegang cincinnya. Bagi wanit
Satya hanya diam. Dia berbaring dengan tenang untuk beberapa saat, lalu mengangkat punggung tangannya dari matanya. Dia duduk bersandar di kepala tempat tidur dan menyalakan rokok. Terlihat asap tipis yang mengepul di udara.Satya melirik Clara sekilas, lalu membalas dengan perlahan, "Pasti Gracia yang memberitahumu, 'kan? Apa dia nggak memberitahumu alasan aku melakukan ini pada aktor yang nggak terkenal itu?"Clara tidak menjawab. Suasana di dalam kamar seketika hening.Setelah cukup lama, Satya mendengus dingin, lalu berujar, "Reagan berasal dari Kota Aruma. Dia punya pacar yang bernama Gilian Herjaya. Clara, bukankah nama belakangnya sangat familier?"Wajah Clara seketika menjadi pucat.Satya membuang jelaga sambil menjelaskan, "Gilian adalah adik sepupu Davin. Menurutku, orang-orang dari Keluarga Herjaya punya rencana buruk padamu. Sebagai pacarnya Gilian, Reagan malah memperlakukanmu dengan baik dan terus menyanjungmu. Aku tentu saja harus mencari cara untuk membuatnya menyerah."
Hubungan mereka mulai renggang. Satya tidak pulang dan tinggal di hotel selama satu minggu. Mereka tidak saling menghubungi. Seiring berjalannya waktu, Satya mulai sering bersosialisasi dan mulai banyak wanita yang mendekatinya. Di antaranya adalah wanita pebisnis, gadis muda cantik dari kelab, dan beberapa selebritas wanita. Mereka mendekati Satya satu per satu. Ada yang tertarik dengan parasnya, ada juga yang tertarik dengan hartanya.Satya hanya bermain-main dengan mereka karena tidak berani menaruh perasaan lebih. Dia masih ingat dengan sumpahnya bahwa dirinya tidak boleh menyentuh wanita-wanita itu.Tahun baru semakin dekat. Clara tidak ingin diam saja. Dia melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak. Dia juga menghubungi Yuna untuk membahas tentang pembukaan galeri.Sementara itu, di kantor presdir Grup Chandra. Satya sedang duduk di sofa. Pria ini menandatangani sebuah cek dan menyerahkannya kepada Gracia. Dia memutar pulpen emasnya sambil bertanya, "Selain cek, apa dia jug
Satya memalingkan wajahnya untuk mematikan rokok. Ketika Satya merentangkan tangannya, terlihat garis-garis tegas yang menunjukkan tubuh kekarnya. Selain itu, terlihat jam tangan berlian kelas atas di bagian bawah lengan kemejanya. Perpaduan antara sifat dan parasnya membuat pria ini memiliki pesona maskulin yang tiada duanya.Setelah mematikan rokok, Satya berujar, "Dia nggak menyinggungku, tapi menyinggung istriku! Istriku bernama Clara. Kamu seharusnya pernah mendengar nama ini."Begitu mendengar perkataan Satya, Gilian seketika tidak bisa menahan emosinya. Dia bertanya dengan marah, "Bukankah dia yang sudah mencelakai kakakku dan kakak iparku? Seluruh anggota Keluarga Herdaya sangat membencinya. Memangnya apa yang salah?"Satya berdiri, lalu menghampiri Gilian. Gilian sontak melangkah mundur. Satya terus berjalan ke arah Gilian. Dia menunduk memandang wanita ini seraya menjelaskan dengan dingin, "Kalau seseorang harus bertanggung jawab atas kematian Davin, orang itu adalah aku. Aku