Di Akademi Seni Kota Brata, langit sore tampak merah sekaligus keemasan. Clara perlahan-lahan berjalan ke luar akademi. Dia mengenakan kemeja dan rok putih. Kakinya yang putih serta mulus menyita perhatian banyak orang, tetapi dia tidak menyadari apa pun.Ada halte bus di pintu masuk akademi ini. Bus No. 2 perlahan-lahan mendekat, jadi Clara maju dan bersiap-siap untuk menaikinya.Di sampingnya, tiba-tiba muncul Rolls Rayce hitam dengan jendela mobil yang setengah terbuka. Kemudian, terlihat wajah familier yang bermartabat itu. Orang itu tidak lain adalah Satya.Clara termangu, lalu tanpa sadar mundur selangkah. Satya mencondongkan badan untuk membuka pintu di sisi lain. Setelah itu, dia menatap Clara dan berkata dengan suara serak, "Masuk."Bus di belakang terus membunyikan klakson sehingga murid-murid di sekitar memperhatikan Clara dan Satya.Clara menggigit bibirnya, lalu memilih untuk masuk. Begitu dia masuk, Satya langsung menjulurkan tangan untuk membantunya menutup pintu.Satya
Seketika, telapak tangan Clara dipenuhi keringat. Begitu turun dari mobil, dia langsung berlari dengan cepat.Setelah masuk ke rumah, Riani yang merupakan pelayan pun melihat wajah merah Clara. Dia segera menjulurkan kepala untuk memandang ke bawah, lalu menemukan seorang pria tampan berdiri di sebelah mobil mahal. Dilihat dari penampilannya, pria ini seharusnya berusia 30-an tahun.Riani tidak seharusnya ikut campur urusan majikannya. Akan tetapi, ketika merapikan pakaian, dia sengaja berkata, "Waktu itu kakakmu bilang kamu masih terlalu muda untuk pacaran. Aku setuju dengan pendapatnya. Pria sekarang sangat jahat, terutama yang kaya raya. Mereka memacari gadis cantik, lalu mencampakkannya begitu saja setelah bosan."Clara memahami maksud ucapan Riani. Dia segera menyahut dengan lirih, "Dia bukan pacarku. Dia yang menolong temanku waktu itu."Tangan Riani sontak membeku. Kemudian, dia berucap, "Kalau begitu, kamu harus lebih berhati-hati lagi padanya. Biasanya, pria yang menolong wani
Sayangnya, Satya tahu semuanya. Meskipun begitu, dia tidak melakukan apa pun terhadap Clara dan tetap membawanya keluar.Dalam waktu kurang dari setengah tahun, Satya berhasil membuat Clara jatuh cinta padanya. Dia membawa Clara ke Kota Aruma untuk bermain.Hari itu, Satya yakin akan turun hujan lebat. Dia mengajak Clara bermain golf, tetapi mereka malah terjebak di gunung saat perjalanan pulang. Jadi, mereka menyewa hotel kelas atas. Sebenarnya ada banyak kamar di hotel ini, tetapi Satya hanya memesan satu kamar.Setelah mengambil kartu kamar, Clara menarik lengan baju Satya sambil menatapnya dengan heran. Satya tentu tahu bahwa Clara tidak ingin berhubungan intim dengannya. Akan tetapi, Satya merasa waktu yang dihabiskannya untuk Clara sudah terlalu banyak. Dia juga yakin pertahanan Clara akan runtuh.Satya menggandeng tangan Clara untuk membawanya masuk. Ukuran ruangan ini sekitar 80 meter persegi dan dindingnya terbuat dari kayu.Begitu masuk, Satya menjawab panggilan dulu. Setelah
Tetesan air mata itu sungguh menyedihkan. Hati Satya bergetar melihatnya. Dia menggenggam bahu Clara dan memanggil namanya, "Clara."Clara sangat tenang. Dia meraba-raba sambil membaringkan badannya, lalu berucap dengan lelah, "Aku tiba-tiba nggak bisa melihat lagi. Tapi, aku sudah membuat persiapan untuk ini. Satya, jangan menyia-nyiakan usahamu lagi. Aku sudah lelah."....Clara berbaring dengan tenang, sudut matanya dibasahi air mata. Untuk sesaat, dia teringat pada pertemuan pertamanya dengan Satya.Saat itu, Satya sungguh memesona. Kini, pria ini juga masih tampan, tetapi tidak bisa membuat Clara berdebar-debar lagi. Clara tidak akan merendahkan diri untuk meminta cinta darinya.Air mata membasahi mata Clara yang hampa. Semua momen indah yang pernah mereka lewati ternyata hanyalah suatu kebohongan.Clara perlahan-lahan memejamkan matanya. Sementara itu, Satya tidak bisa menerima kenyataan seperti ini. Dia ingin Clara melakukan transplantasi hati setelah kondisinya agak membaik. Na
Clara tidak bisa melihat apa pun. Saat Satya keluar, Aida membawa Joe datang. Aida menarik tangan Joe untuk meraih tangan Clara. Dia berkata sembari menangis, "Joe, cepat panggil ibu."Clara menggenggam tangan Joe yang hangat sejenak, lalu melepaskannya dengan enggan karena Clara tahu tangannya dingin. Kondisi Clara sangat lemah. Joe sepertinya tahu Clara merasa tidak nyaman. Jadi, Joe berucap, "Bu ... Bu tidur."Aida menyeka air matanya dan berujar, "Nyonya, Tuan Muda Joe panggil kamu. Joe pengertian sekali. Nyonya harus semangat demi Tuan Muda Joe, mungkin penyakitmu bisa membaik. Tuan sudah mencarikan dokter yang paling hebat dan peralatan medis yang paling canggih untuk Nyonya. Mungkin saja keajaiban bisa terjadi."Setelah Aida selesai bicara, Clara tersenyum dan menimpali, "Aku sangat memahami Satya. Sekarang, Satya merasa dia menyukaiku karena hampir kehilanganku. Tapi, kalau nanti aku sudah sembuh, Satya pasti akan teringat dengan dendamnya lagi. Orang kejam seperti Satya nggak
Clara tersenyum dan berkomentar, "Baguslah kalau begitu." Dia tidak bisa melihat Davin, jadi dia hanya bisa menyentuh lengan bajunya. Bagi Clara, hari-harinya bersama Davin dulu sangat santai. Namun, hidup Clara menjadi tersiksa setelah Davin cedera.Meskipun begitu, Clara tidak menyesal karena masa-masa itu sangat menyenangkan. Kala itu, Clara masih punya semangat hidup dan tidak hidup dalam kebohongan. Hanya saja, Clara membuat Davin terlibat dalam masalah.Sementara itu, Davin terus mengamati wajah Clara yang tirus. Clara tidak terlihat seperti dulu lagi. Namun, Davin masih ingat dengan ekspresi Clara yang polos dan perasaannya kepada Clara dulu.Davin membungkuk, lalu mendekati Clara dan berbisik, "Clara, jangan menyerah, ya? Kamu punya anak dan kamu masih muda. Mungkin, kelak kamu bisa bertemu dengan pria lain yang kamu cintai. Asalkan masih hidup, kamu pasti punya harapan. Sekarang, teknologi kedokteran makin canggih. Kamu pasti bisa sembuh."Clara tersenyum. Sebenarnya, dia mera
Putri Davin sangat mirip dengannya. Kulitnya putih dan parasnya sangat cantik. Davin tersenyum lembut, lalu memakaikan kalung giok itu di leher putrinya.Freya berasal dari keluarga yang cukup berada. Dia tentu tahu bahwa giok ini sangat mahal. Freya bertanya, "Davin, siapa yang memberikan giok ini?"Davin mengusap kepala Freya sembari menyahut, "Dia itu teman sekolahku dulu. Kebetulan dia juga dirawat di rumah sakit ini. Jadi, aku sekalian menjenguknya dan dia memberiku giok ini."Freya mengangguk, lalu berpesan, "Giok ini harganya mahal. Temanmu lagi sakit, bagaimana kalau nanti kamu belikan sesuatu untuknya sebagai balasan? Jangan sampai orang lain menganggap kita suka mengambil keuntungan."Davin mengangguk. Dia tidak berbicara lagi dan hanya menemani Freya. Sebenarnya Davin tahu bahwa kehidupannya sudah diatur oleh Satya, termasuk Freya. Sebelumnya, Davin rela menerima "kebahagiaan" ini. Setelah dipikir-pikir, Davin merasa dirinya sangat konyol.Davin mengusap kepala putrinya dan
Satya ingin menghukum Clara karena Clara tidak setia. Clara tidak bisa menghentikan Satya. Dia terus meyakinkan dirinya sendiri untuk mengabaikan perbuatan Satya. Kemudian, Clara bertanya, "Satya, apa kamu masih bisa bergairah?"Satya tertegun. Dia teringat saat dirinya dan Clara berhubungan intim pertama kali. Tubuh Clara berkeringat, malam itu adalah pertama kalinya Satya mengagumi tubuh seorang wanita. Namun, sekarang tubuh Clara sangat kurus.Satya merasa tidak rela. Dia terus mencium dan menggerayangi tubuh Clara. Satya ingin mengingatkan Clara tentang kenangan mereka dulu. Satya berujar, "Clara, dulu kamu sangat mencintaiku. Kita juga pernah hidup bahagia."Satya cemburu kepada Davin sehingga gerakannya sedikit kasar. Clara yang kesakitan menarik rambut Satya. Tubuhnya terus memberontak dan dia berbicara dengan napas tersengal-sengal, "Satya, sekarang aku hanya merasakan kebencian. Aku juga nggak sanggup menghadapi siksaanmu lagi."Satya membenamkan kepalanya di leher Clara semba