Sementara itu, Satya selalu pulang setiap malam. Hanya saja, dia tidak memaksa Clara untuk berhubungan intim lagi. Terkadang, Satya bahkan tidur di ruang kerja. Satya pikir, lama-kelamaan sikap Clara pasti akan melunak. Mereka masih punya Joe. Satya sangat menyayangi Joe.Setengah bulan kemudian, kondisi Clara makin memburuk. Kadang kala, dia memuntahkan darah saat pagi hari. Clara tidak menjalani pengobatan. Dia tidak ingin hidup lagi.Malam harinya, Clara duduk di taman sambil menikmati embusan angin. Dia tetap terlihat cantik meskipun sangat kurus. Aida menyelubungi tubuh Clara dengan selimut dan berucap, "Benira datang lagi. Dia ingin bertemu Nyonya. Aku akan mengusirnya."Clara tertegun. Benira sudah datang 3 kali. Clara batuk-batuk, lalu berujar, "Suruh dia masuk."Aida tidak setuju. Dia membujuk, "Menurutku, sebaiknya Nyonya jangan izinkan wanita yang nggak tahu malu itu masuk. Nyonya, kamu harus ke rumah sakit untuk memeriksa tubuhmu. Kamu masih batuk-batuk sampai sekarang."Cl
Satya benar-benar kejam. Benira merendahkan dirinya untuk memohon, "Tolong lepaskan aku. Bagaimanapun, dulu hubungan kita sangat dekat. Tanpa instruksi darimu, aku nggak bisa mendapatkan pekerjaan."Benira melanjutkan seraya menangis, "Pacarku juga putus denganku karena didesak keluarganya. Aku sudah kehilangan segalanya."Satya tetap tidak luluh. Dia malah bertanya balik, "Bukannya kamu sendiri yang mencari masalah? Kamu minta aku untuk melepaskanmu. Tapi, apa kamu pernah memikirkan akibatnya sewaktu membuat masalah itu?"Satya menyalakan rokok lagi. Sikapnya sangat dingin. Dia bukan lagi pria yang pernah dicintai Benira. Asap rokok yang mengepul diembus oleh angin. Satya berkata dengan dingin, "Tinggalkan Kota Brata dan jangan pernah muncul lagi di kota ini."Benira mundur dan menatap Satya dengan ekspresi tidak percaya. Dia membalas sambil terisak, "Kenapa kamu begitu kejam? Aku akan kehilangan segalanya kalau meninggalkan Kota Brata. Keluarga, karier, dan koneksiku ada di sini. Apa
Satya menghibur Joe sambil bertanya, "Clara, kamu menganggap kita ini apa?"Clara menyahut, "Satya, kita bukan pasangan kekasih. Aku ini hanya tahananmu."Angin malam berembus lagi. Satya merinding.....Malam ini, Satya tidur di ruang kerja. Dia bermimpi Clara pergi dengan membawa Joe, begitu juga dengan semua syal dan pakaian yang dirajutnya untuk Joe. Kamar tidur sudah kosong. Hanya ada sebuah kerudung pengantin yang bergerak-gerak karena ditiup angin."Clara!" panggil Satya. Dia terbangun dengan tubuh yang keringatan. Satya melihat ke luar jendela. Langit masih gelap. Sekarang baru pukul 3 dini hari.Satya yang cemas tidak bisa tidur lagi. Jadi, dia keluar dari ruang kerja dan berjalan ke kamar tidur. Dari celah pintu, Satya melihat cahaya lampu di dalam kamar masih dinyalakan. Begitu masuk, dia melihat Clara yang memakai baju tidur tipis duduk di ruang keluarga. Di bawah cahaya lampu, Clara tetap terlihat cantik meskipun sangat kurus.Satya memperhatikan obat di tangan Clara, lalu
Clara menepis tangan Satya dan berujar, "Nggak usah."Jelas-jelas, Satya yang memperlakukan Clara dengan kasar, untuk apa dia berpura-pura perhatian sekarang? Clara langsung masuk ke kamar mandi.Satya duduk di sofa. Tadi, dia dan Clara baru saja berhubungan intim di sini. Namun, sekarang hati Satya terasa hampa.....Firasat buruk Satya pun menjadi kenyataan. Tiga hari kemudian, Joe hilang. Satya langsung pulang setelah mendapat kabar. Gracia juga mengikuti Satya karena takut dia kurang fokus saat menyetir.Melihat Satya pulang, Aida hendak berlutut kepada Satya. Aida berkata sembari menyeka air matanya, "Aku bertemu dengan temanku saat membawa Tuan Muda Joe main. Aku baru bicara sebentar dengan temanku, tapi Tuan Muda Joe langsung dibawa pergi. Tuan, aku benar-benar nggak meninggalkan Tuan Muda Joe. Aku hanya bicara dengan temanku."Aida yang merasa bersalah dan khawatir menampar sambil memarahi dirinya sendiri, 'Siapa suruh kamu bicara dengan temanmu! Seharusnya kamu mengawasi Tuan
Sebuah mobil berhenti di dekat Clara. Satya turun dari mobil, lalu menyeka wajahnya dan menghampiri Clara. Dia memanggil, "Clara."Satya meraih pergelangan tangan Clara. Air hujan membasahi wajah Satya. Dia membujuk, "Kamu tunggu di mobil saja. Biar aku yang cari Joe."Clara menepis tangan Satya, lalu berjalan ke tempat sampah lain sambil terhuyung. Dia tidak berani menunda waktu lagi. Clara terus memanggil, "Joe ... Joe ...."Setelah Clara berjalan beberapa langkah, Satya menariknya lagi. Satya menyeka wajahnya dan membentak, "Kamu nggak mau hidup lagi ya? Cepat masuk ke mobil! Joe itu juga anakku. Aku pasti akan berusaha mencarinya!""Kamu bukan ayah Joe! Kamu itu binatang!" sergah Clara. Dia menampar Satya, lalu mundur dan berteriak seraya menatap Satya, "Kalau terjadi sesuatu kepada Joe, untuk apa lagi aku hidup? Satya, kamu dengar baik-baik! Joe itu nyawaku! Kalau Joe kenapa-kenapa, kamu dan wanita sialan itu harus menebus dengan nyawa kalian!"Sebelum Satya sempat merespons, Clar
Clara memelas, "Joe ... jangan tidur ... Ibu mohon ...."....Saat tengah malam, di ruang ICU Rumah Sakit Ruslan. Joe mengalami hipotermia dan infeksi paru-paru. Kondisinya kritis. Annika, Zakki, dan Shinta juga datang ke rumah sakit. Annika membawa baju bersih dan menyuruh Clara mengganti baju. Namun, Clara menolak. Akhirnya, Annika membawa Clara ke kamar pasien secara paksa, lalu menyuruhnya mandi dan mengganti baju.Dokter berjalan keluar dari ruang ICU. Dia memberi tahu Zakki bahwa kondisi Joe sangat parah.Zakki menatap dokter beberapa saat, lalu menelepon, "Pak Eka, aku Zakki. Sekarang ada bayi yang mengalami infeksi paru-paru di rumah sakit. Kondisinya kritis. Pak Eka itu ahli dalam bidang ini. Apa Pak Eka bisa datang ke rumah sakit? Hujannya deras sekali. Aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu beberapa menit lagi."Zakki mengakhiri panggilan telepon, lalu berpesan kepada Dania. Kemudian, Dania segera menjemput Eka.Dokter tadi baru merasa lega. Dia berkata, "Kalau ada Pak Ek
Clara membatin, 'Joe, waktu Ibu nggak banyak lagi. Tapi, Ibu akan memanfaatkan saat-saat terakhir ini untuk menyelesaikan semua masalah yang akan membahayakanmu. Kelak, nggak ada yang bisa menyakitimu atau menakutimu lagi ....'Tiba-tiba, terdengar suara deringan ponsel. Satya yang berdiri di depan jendela menjawab panggilan telepon Gracia.Gracia yang sibuk semalaman melapor dengan suara serak, "Pak Satya, Benira sudah ditemukan."Satya berujar, "Berikan alamatnya kepadaku."Satya mengakhiri panggilan telepon, lalu pesan Gracia masuk. Setelah melihatnya sekilas, Satya menyimpan ponselnya dan bertatapan dengan Clara.Clara mengingatkan, "Jangan lupakan janjimu kepadaku. Kamu harus memberiku pertanggungjawaban."Selesai bicara, Clara memperhatikan Joe lagi. Satya menimpali, "Tenang saja. Aku nggak akan lupa."....Satya keluar dari kamar pasien. Gracia menunggu Satya di luar. Dia mengikuti Satya seraya berkata, "Aku rasa Benira sengaja mengekspos keberadaannya. Dia berharap Pak Satya me
Benira menambahkan, "Aku pikir kamu juga lumayan menyukaiku. Jadi, aku pun bermimpi untuk menjadi istrimu. Jelas-jelas mimpiku hampir tercapai, tapi kamu malah menghancurkan semuanya. Kamu juga mendesakku sampai aku nggak punya jalan lain lagi karena Clara melihat kita bermesraan.""Kalau begitu, bagaimana dengan masa mudaku yang kukorbankan? Bagaimana dengan bayi yang pernah kukandung dan tubuhku yang cacat ini? Satya, aku harus mencari perhitungan dengan siapa?" lanjut Benira.Benira melempar surat-surat keterangan operasi sehingga berserakan di lantai. Dia mendongak sembari tertawa. Air mata membasahi wajahnya. Dia memang kejam karena berniat membunuh Joe. Namun, dia melakukannya karena Satya mengecewakannya.Satya melepaskan tangannya, lalu mundur. Sekitar setengah jam kemudian, Satya keluar dari kamar hotel. Tatapannya sangat muram. Sementara itu, Gracia yang berdiri di depan pintu menunggu instruksi dari Satya.Namun, Satya malah mengangkat tangan dan berbicara dengan tenang, "Be