Clara memelas, "Joe ... jangan tidur ... Ibu mohon ...."....Saat tengah malam, di ruang ICU Rumah Sakit Ruslan. Joe mengalami hipotermia dan infeksi paru-paru. Kondisinya kritis. Annika, Zakki, dan Shinta juga datang ke rumah sakit. Annika membawa baju bersih dan menyuruh Clara mengganti baju. Namun, Clara menolak. Akhirnya, Annika membawa Clara ke kamar pasien secara paksa, lalu menyuruhnya mandi dan mengganti baju.Dokter berjalan keluar dari ruang ICU. Dia memberi tahu Zakki bahwa kondisi Joe sangat parah.Zakki menatap dokter beberapa saat, lalu menelepon, "Pak Eka, aku Zakki. Sekarang ada bayi yang mengalami infeksi paru-paru di rumah sakit. Kondisinya kritis. Pak Eka itu ahli dalam bidang ini. Apa Pak Eka bisa datang ke rumah sakit? Hujannya deras sekali. Aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu beberapa menit lagi."Zakki mengakhiri panggilan telepon, lalu berpesan kepada Dania. Kemudian, Dania segera menjemput Eka.Dokter tadi baru merasa lega. Dia berkata, "Kalau ada Pak Ek
Clara membatin, 'Joe, waktu Ibu nggak banyak lagi. Tapi, Ibu akan memanfaatkan saat-saat terakhir ini untuk menyelesaikan semua masalah yang akan membahayakanmu. Kelak, nggak ada yang bisa menyakitimu atau menakutimu lagi ....'Tiba-tiba, terdengar suara deringan ponsel. Satya yang berdiri di depan jendela menjawab panggilan telepon Gracia.Gracia yang sibuk semalaman melapor dengan suara serak, "Pak Satya, Benira sudah ditemukan."Satya berujar, "Berikan alamatnya kepadaku."Satya mengakhiri panggilan telepon, lalu pesan Gracia masuk. Setelah melihatnya sekilas, Satya menyimpan ponselnya dan bertatapan dengan Clara.Clara mengingatkan, "Jangan lupakan janjimu kepadaku. Kamu harus memberiku pertanggungjawaban."Selesai bicara, Clara memperhatikan Joe lagi. Satya menimpali, "Tenang saja. Aku nggak akan lupa."....Satya keluar dari kamar pasien. Gracia menunggu Satya di luar. Dia mengikuti Satya seraya berkata, "Aku rasa Benira sengaja mengekspos keberadaannya. Dia berharap Pak Satya me
Benira menambahkan, "Aku pikir kamu juga lumayan menyukaiku. Jadi, aku pun bermimpi untuk menjadi istrimu. Jelas-jelas mimpiku hampir tercapai, tapi kamu malah menghancurkan semuanya. Kamu juga mendesakku sampai aku nggak punya jalan lain lagi karena Clara melihat kita bermesraan.""Kalau begitu, bagaimana dengan masa mudaku yang kukorbankan? Bagaimana dengan bayi yang pernah kukandung dan tubuhku yang cacat ini? Satya, aku harus mencari perhitungan dengan siapa?" lanjut Benira.Benira melempar surat-surat keterangan operasi sehingga berserakan di lantai. Dia mendongak sembari tertawa. Air mata membasahi wajahnya. Dia memang kejam karena berniat membunuh Joe. Namun, dia melakukannya karena Satya mengecewakannya.Satya melepaskan tangannya, lalu mundur. Sekitar setengah jam kemudian, Satya keluar dari kamar hotel. Tatapannya sangat muram. Sementara itu, Gracia yang berdiri di depan pintu menunggu instruksi dari Satya.Namun, Satya malah mengangkat tangan dan berbicara dengan tenang, "Be
Clara mengejap, dia pikir ada yang salah dengan pendengarannya. Clara berujar, "Satya ... coba kamu ulangi sekali lagi."Satya mengulangi pertanyaannya, "Apa ini cukup untuk menukar nyawa Benira?"Setelah Satya selesai bicara, Clara menamparnya dengan kuat. Bahkan, tangan Clara juga terasa sakit dan telinganya berdengung. Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara napas mereka berdua.Clara tidak bisa berkata-kata. Sesudah beberapa saat, dia baru bicara, "Satya, Joe itu anakmu. Benira hampir membunuh anakmu. Sekarang kamu mau pakai dokumen ini untuk menukar nyawanya? Apa nyawa Benira terlalu berharga atau nyawa kakakku yang nggak berharga?"Ibu mana pun tidak akan bisa menerima hasil seperti ini. Sebelum pergi, Satya berjanji kepada Clara untuk memberinya pertanggungjawaban. Setelah kembali, Satya malah mengecewakan Clara.Clara berucap sambil menangis, "Satya, aku sudah putus asa denganmu dan pernikahan kita. Aku nggak peduli kalau kamu berhubungan dengan wanita lain di luar. Tapi,
Clara tersenyum sinis kepada Satya. Pria ini mengatakan bahwa dia menyukainya? Ini adalah lelucon paling konyol yang pernah didengar Clara. Kemudian, Clara pergi tanpa ragu sedikit pun. Satya hendak menarik Clara, tetapi dia tidak sempat meraih tangannya.....Sore harinya, Annika datang menjenguk Joe. Satya pergi ke perusahaan sehingga di dalam kamar hanya ada Clara dan Aida. Mereka sedang menjaga Joe. Tubuh Joe sangat lemah, jadi dia terus tertidur. Sementara itu, wajah Clara pucat pasi.Annika mengkhawatirkan Clara. Kemudian, dia mencari kesempatan untuk bertanya kepada Aida.Tentu saja Aida tahu semuanya. Jadi, dia menceritakannya kepada Annika, "Awalnya Tuan sudah berjanji untuk memberi Nyonya pertanggungjawaban dengan memenjarakan Benira selama belasan tahun. Tapi, entah kenapa Tuan berubah pikiran setelah bertemu dengan Benira. Sepertinya Tuan memakai dokumen penting untuk menukar nyawa Benira. Jadi, Nyonya bertengkar dengan Tuan."Aida menyeka air mata dan menambahkan, "Dari se
Zakki mengangguk dan menyahut, "Aku akan mengurusnya."Lampu hijau menyala, Zakki menjalankan mobilnya. Dia memegang setir dan menyarankan, "Nanti coba kamu telepon kakakmu. Suruh dia perhatikan keluarganya, jangan terus berkeliaran di luar. Biarpun Clara itu adiknya Yoyok, dia sudah menikah dengan Satya dan melahirkan Joe. Hubungan darah itu ikatan yang nggak akan bisa diputuskan selamanya."Sesama pria tentu saling memahami. Zakki tahu sebenarnya orang yang disukai Satya adalah Clara. Kalau tidak, mereka tidak mungkin punya anak.Annika mengangguk dan bersandar di kursi. Dia merasa sedih sehingga tidak ingin bicara. Zakki menggenggam tangan Annika dengan lembut sambil fokus menyetir.....Malam itu, Zakki menyuruh pihak rumah sakit menyiapkan prosedur pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh untuk Clara. Kemudian, suster mengantar berkas-berkas untuk Clara. Satya juga ada di kamar.Suster tersenyum dan menjelaskan, "Ini formulir pemeriksaan kesehatan Bu Clara. Pak Zakki yang mengurusn
Satya segera tiba di hotel. Kondisi Benira sudah setengah syok sehabis meminum antibiotik dan anggur. Satya menggendong Benira dan buru-buru melarikannya ke rumah sakit terdekat.Dokter memberi Benira obat pencuci perut dan melakukan prosedur enema. Setelah berjuang semalaman, akhirnya nyawa Benira terselamatkan.Pagi-pagi buta, Benira membuka matanya di ruang rawat. Dia memandang dinding polos di sekeliling dan mencium aroma obat yang samar di udara. Satya berdiri membelakanginya di depan jendela. Usai melewati kekalutan semalam, penampilannya tidak lagi rapi. Namun, rambutnya yang sedikit berantakan justru membuatnya terlihat seksi."Satya!" panggil Benira dengan haru.Satya tidak segera berbalik menghadap Benira. Dia memandang langit pagi di luar dan berujar datar, "Jangan menyiksa tubuhmu kalau kamu nggak benar-benar ingin mati. Kalau kamu melakukan hal seperti ini lagi, nyawamu mungkin nggak akan bisa dipertahankan.""Ternyata kamu masih peduli padaku," kata Benira.Satya perlahan
Suasana hati Benira terjun bebas, dia mulai mengancam untuk bunuh diri dengan melompat dari gedung.Satya adalah orang yang temperamental. Alih-alih membujuknya, dia malah menarik Benira ke tepi jendela, lalu berujar dengan tegas, "Lompat saja. Dengan begitu, kamu nggak usah ke luar negeri dan menyiksa diri sendiri lagi."Bibir Benira bergetar. Mendadak, dia memeluk Satya dan berkata pedih, "Nggak jadi, aku nggak jadi lompat! Aku akan patuh dan ke luar negeri sesuai perintahmu. Aku bakal hidup dengan baik di sana. Aku nggak akan mengganggumu lagi asalkan kamu menemaniku selama beberapa waktu di sini. Setelah aku keluar dari rumah sakit, kamu bisa pergi dan kembali bersama dia."Benira menangis lebih kencang di pelukan Satya. Katanya lagi, "Tapi, aku tetap mencintaimu! Wanita mana yang rela membiarkan orang yang dicintainya bersama wanita lain? Satya, kamu kejam! Kamu terlalu kejam!"Sinar mentari pagi mengenai wajah Satya, membuatnya terkesan sangat dingin. Pikir Satya, jika dirinya be