Suasana hati Benira terjun bebas, dia mulai mengancam untuk bunuh diri dengan melompat dari gedung.Satya adalah orang yang temperamental. Alih-alih membujuknya, dia malah menarik Benira ke tepi jendela, lalu berujar dengan tegas, "Lompat saja. Dengan begitu, kamu nggak usah ke luar negeri dan menyiksa diri sendiri lagi."Bibir Benira bergetar. Mendadak, dia memeluk Satya dan berkata pedih, "Nggak jadi, aku nggak jadi lompat! Aku akan patuh dan ke luar negeri sesuai perintahmu. Aku bakal hidup dengan baik di sana. Aku nggak akan mengganggumu lagi asalkan kamu menemaniku selama beberapa waktu di sini. Setelah aku keluar dari rumah sakit, kamu bisa pergi dan kembali bersama dia."Benira menangis lebih kencang di pelukan Satya. Katanya lagi, "Tapi, aku tetap mencintaimu! Wanita mana yang rela membiarkan orang yang dicintainya bersama wanita lain? Satya, kamu kejam! Kamu terlalu kejam!"Sinar mentari pagi mengenai wajah Satya, membuatnya terkesan sangat dingin. Pikir Satya, jika dirinya be
Aida ingin bertanya lebih jauh, tetapi dokter itu bersikeras hanya ingin bicara dengan keluarga Clara.Aida bergegas mengambil ponsel dan menghubungi nomor Satya. Sambil menunggu panggilan dijawab, dia terus bergumam gelisah, "Jawab telepon. Cepat jawab teleponnya!"Satya menjawab telepon Aida, tetapi kebetulan dia sedang menemani perawatan Benira. Jadi, dia berkata dengan nada tidak sabar, "Ada apa? Kalau nggak penting, kita bicarakan setelah aku pulang." Usai berkata begitu, dia langsung mematikan panggilan.Mendapati teleponnya dimatikan begitu saja, Aida sontak menangis cemas.Clara menghampiri jendela dan memandang ke luar, lalu berujar pelan, "Aku menerima diagnosis kanker hati sejak beberapa bulan lalu di Kota Aruma. Aku nggak menjalani pengobatan dan memang nggak mau berobat. Dokter, waktuku sudah nggak banyak lagi, ya? Jujurlah, aku sudah siap mental."Clara terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Aku cuma mencemaskan Joe."Aida tertegun, lalu menangis kencang sambil berkata, "N
Zakki menggendong Clara ke dalam ambulans. Zakki adalah lulusan kedokteran, jadi dia memberikan pertolongan pertama sampai kondisi Clara lebih stabil. Setelah itu, dia menghubungi departemen informasi Rumah Sakit Ruslan dan berkata, "Tolong periksa rekam medis Clara."Dua menit kemudian, karyawan departemen informasi bertutur dengan kaget, "Pak Zakki, Bu Clara mengidap kanker hati stadium akhir."Mendengar ini, ponsel Zakki terlepas dari tangannya. Setelah beberapa saat, dia tersadar dari lamunannya dan menghubungi Dania. Dia berujar, "Tolong selidiki keberadaan Yoyok. Temukan dia bagaimana pun caranya. Kalau masih sempat, dia harus melakukan transplantasi untuk Clara. Kalau nggak sempat, dia hanya bisa temui Clara untuk terakhir kalinya."Dania sontak terkejut. Dia menduga bahwa Clara sakit parah.Zakki membawa Clara ke Rumah Sakit Ruslan. Annika tiba duluan. Dia ikut mendorong brankar sambil bertanya Aida, "Apa kakakku sudah dihubungi?"Aida terus menyeka air matanya sembari menjawab
Cuaca memang sedang panas, tetapi sekujur tubuh Satya justru gemetaran saat ditiup angin. Dia ingat bahwa satu bulan lalu, ada seorang perawat yang mengantarkan selembar formulir pemeriksaan. Kala itu, dia pernah berkata kepada Clara, "Kalau kamu takut darahmu diambil, aku akan menemanimu. Ke depannya, kita akan hidup bahagia."....Namun, jantung Benira mengalami masalah. Satya malah berada di sisi Benira dan menghubungi Clara agar meminta pelayan untuk menemaninya. Dia memang suami tidak berguna!Satya masuk ke mobil. Ketika sedang bergegas ke rumah sakit, dia berpikir bahwa Clara pasti sudah tahu penyakitnya sejak awal. Clara malah tidak bercerita padanya. Apakah selama ini Clara selalu menunggu hari kematiannya?Lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Lantaran tidak fokus, Satya menginjak rem secara mendadak sehingga terdengar suara berecit yang cukup keras. Orang-orang di sekelilingnya seketika mengecam Satya."Mau mati, ya? Bisa mengemudi nggak?""Kamu mau bunuh diri?""Dasar bo
Lantaran merasa sangat sedih, Aida sampai tak kuasa membendung air matanya. Dia menambahkan, "Aku sudah beberapa kali menghubungi Tuan untuk memberi tahu hal ini, tapi Tuan malah mengakhiri panggilan."....Satya menyalakan rokok sembari tetap menunduk. Setelah mengisap beberapa kali, dia bertanya lagi, "Apa istriku berpesan sesuatu padamu?"Aida tidak berani menyembunyikan apa pun lagi. Dia menjawab dengan ragu-ragu, "Selain 100 miliar, Nyonya juga merajut enam sweter dan dua syal untuk Joe. Dia juga ingin Joe diadopsi oleh Tuan Zakki dan Nona Annika. Nona Annika juga sudah setuju."Seratus miliar, enam sweter, dan dua syal .... Clara bahkan ingin menyerahkan Joe kepada orang lain. Sejak mengetahui dirinya mengidap penyakit di Kota Aruma, Clara pasti sudah tidak ingin hidup lagi!Satya mengedipkan matanya dengan perlahan. Rokok yang ada di jarinya padam dalam sekejap. Ketika dia sedang termenung, Aida bertanya dengan gelisah, "Apa aku serahkan 100 miliar itu ke tangan Tuan saja?""Ngg
Satya memegang wajah Clara dan bertanya sambil terisak, "Clara, apa kamu pikir aku nggak peduli dengan Davin?"Waktu itu, Satya memang berbohong kepada Clara. Kemudian, Satya malah benar-benar menyukai Clara. Namun, Clara tidak memberi Satya kesempatan. Clara hanya ingin mati.Satya menempelkan wajahnya di wajah Clara. Tak lama kemudian, wajah mereka dibasahi oleh air mata. Sementara itu, Aida juga terus menyeka air matanya. Dia tidak merasa senang karena tahu bahwa bukan ini yang diinginkan Clara. Perasaan cinta Clara kepada Satya sudah pupus.Tiba-tiba, pintu kamar dibuka. Seorang suster berdiri di depan pintu dan berkata, "Pak Satya, Dokter Rommy ingin bicara denganmu."Setelah beberapa saat, Satya baru menyahut. Rommy adalah dokter bedah paling hebat di rumah sakit. Zakki khusus meminta Rommy untuk mengobati Clara.Begitu Satya datang, Rommy menyerahkan setumpuk rekam medis kepada Satya. Rommy juga tidak menutupi kondisi Clara lagi. Dia langsung menjelaskan, "Sel kankernya sudah me
Clara melanjutkan, "Oh, iya. Masih ada Benira yang menemanimu. Waktu itu, kamu bilang akan kembali setelah 1 minggu. Tapi, kamu nggak pulang selama 1 bulan. Kamu menemani Benira, 'kan? Kalau kamu begitu mencintainya, kenapa kamu nggak memberinya status? Untuk apa kamu bilang kamu menyukaiku dan ingin menjalani sisa hidupmu denganku? Padahal aku sangat membencimu."Clara meneruskan ucapannya, "Mana mungkin aku mau hidup denganmu? Aku nggak ingin melihatmu lagi. Aku benar-benar berharap aku nggak pernah bertemu denganmu. Hanya Joe yang nggak bersalah. Aku merasa sedih karena dia punya ayah kandung sepertimu."Clara menambahkan, "Tapi, nggak masalah. Nantinya, kalian nggak punya hubungan apa-apa lagi. Aku akan menyerahkan Joe kepada Annika dan Zakki. Mereka akan menganggap Joe sebagai anak kandung sendiri. Aku rasa Joe akan lebih ceria dan tumbuh normal kalau hidup bersama mereka."Setiap kata-kata Clara sangat mengena di hati Satya. Kemudian, Satya memegang wajah Clara, lalu menciumnya.
Namun, Satya tidak melanjutkannya lagi. Dia berbaring di samping, lalu bersandar di tubuh Clara yang kurus. Satya memelas dengan suara serak, "Clara, kita mulai hidup baru, ya? Aku nggak akan meninggalkanmu lagi. Aku juga nggak akan berhubungan dengan wanita lain dan hanya setia kepadamu. Aku akan memberikan semua yang kamu inginkan dulu. Yang penting kamu nggak meninggalkanku."Clara merasa bingung. Bagaimana caranya mereka memulai hidup baru? Hubungan mereka bahkan tidak pernah dimulai! Benar-benar konyol! Hubungan mereka hanya dipenuhi dengan kebohongan. Sewaktu muda, cinta Clara bertepuk sebelah tangan.Clara berbaring di tempat tidur dengan pakaian terbuka. Tubuhnya yang kurus terlihat, tetapi dia masih tampak cantik. Clara ingin merapikan pakaiannya. Hanya saja, dia sama sekali tidak bertenaga.Clara berbicara dengan ekspresi datar, "Musim semi sudah berlalu ... musim panas juga akan segera berakhir. Dua tahun lagi, Joe akan bersekolah pada musim gugur. Sekolah .... seharusnya du