Annika tidak ingin terjerumus! Dia berlari masuk ke kamarnya dan mengambil setumpuk pamflet pencarian orang itu, lalu berlari ke lantai bawah tanpa mengenakan jaket. Dia berlari ke jalanan dan menempelkan pamflet itu di depan dinding toko.[ Annika Mencari Keluarga ]Di tengah guyuran hujan di malam hari, Annika berusaha menempelkan pamflet-pamflet itu sebanyak mungkin. Tindakannya ini seolah-olah dia bisa mengusir Zakki dari pikirannya hanya dengan menempelkan pamflet tersebut.Namun, seberapa banyaknya pun pamflet yang ditempelkannya, semua itu tidak ada gunanya. Annika jadi semakin kehilangan arah saat berdiri di tengah hujan. Dia tidak bisa mengingat masa lalunya sama sekali ....Di kejauhan, mobil Rolls-Royce hitam berhenti di tepi jalan. Hujan yang lebat membuat penglihatan dari dalam mobil menjadi agak kabur. Zakki menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya, sambil memperhatikan reaksi Annika yang dilanda kegelisahan saat ini ....Pada akhirnya, tatapan mereka bertemu. Wajah Anni
Annika menyergah, "Nggak ada hubungannya denganku!"Ariel bereaksi dengan heboh, "Oh ya? Tapi aku perhatikan kamu diam-diam terus melirik ayahku! Aku paling nggak suka sama orang yang nggak jujur!"Annika tidak berkomentar.Zakki mengetuk meja teh di hadapan Ariel dan berkata, "Belajar yang baik sama Bu Annika." Usai bicara, dia langsung keluar dan menutup pintu ruangan itu dengan perlahan.Namun, Annika bisa mendengar Zakki memberi instruksi pada pelayan untuk membawa wanita itu ke taman bunga dan menyediakan kopi kesukaannya. Selain itu, dia juga menyuruh pelayan untuk mengganti dekorasi bunganya jadi mawar karena Ratna alergi terhadap bunga bakung.Zakki benar-benar memperhatikan semua detail, hal ini membuat Annika merasa malu. Dalam hatinya berpikir bahwa Zakki ternyata tidak memperlakukan wanita itu dengan serampangan seperti yang dilakukannya pada Annika. Mungkin bagi Zakki, wanita seperti Annika memang hanya mainan.Di saat dia masih merasa sangat malu, Ariel mendekatinya dan b
Annika menoleh untuk melihatnya.Zakki kembali mengambil majalah dan membacanya. Di bawah cahaya lampu kristal, sosok Zakki bagaikan diselimuti lapisan kaca sehingga tampak begitu memesona. Zakki terlihat sama sekali tidak berniat untuk bicara lagi.Melihat Annika yang masih belum pergi, Zakki hanya bertanya tanpa mengalihkan pandangannya kepada Annika, "Apa masih ada urusan?"Annika hanya menggeleng. Saat keluar, dia sekalian menutup pintu kamar tersebut. Saat pintu tertutup, Zakki baru melihat ke arah pintu itu. Dia tahu bahwa Annika marah karena dia membiarkan Ratna datang. Dia juga tahu bahwa hati Annika mulai goyah sekarang.Meski tidak ingat masa lalu, hati Annika tetap goyah karenanya. Menurut yang dibacanya dari buku, selera seseorang tidak akan bisa berubah dengan mudahnya. Mungkin Zakki memang cocok dengan tipe yang disukai Annika. Saat memikirkan hal ini, hati Zakki terasa campur aduk.....Saat Annika turun ke lantai bawah, langit sudah mulai tampak memasuki senja. Kabut ti
Annika merasa agak cemas. Namun, setelah Zakki membuka pintu kamar suite, pria ini menunjuk sebuah kamar sambil berkata, "Kamu tidur di sana."Annika mengamati sekilas. Kamar ini setidaknya berjarak 20 meter dari kamar Zakki, jadi dia merasa lebih tenang. Setelah meletakkan kopernya, Annika mengikuti Zakki ke kamarnya.Zakki bersandar di sofa sembari melihat dokumen kerja sama, sedangkan Annika menyusun barang-barang Zakki.Annika pun menggantung semua jas, celana, dan lainnya dengan terampil, seolah-olah dia memang sudah sering mengerjakan hal ini. Ketika menyadari diri sendiri yang bekerja dengan begitu gesit, dia sontak termangu.Sementara itu, Zakki menengadah karena tidak mendengar suara apa pun dari Annika. Dia bertanya dengan dingin, "Kenapa?"Annika segera menunduk dan melanjutkan pekerjaannya. Dia menjawab, "Nggak apa-apa."Zakki bertanya lagi, "Kamu merindukan suamimu, ya?""Bukan!" sahut Annika yang tahu Zakki sedang menggodanya. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak menete
Annika tidak bodoh, dia tahu dirinya sedang dipermainkan oleh Zakki. Mengapa pria ini berusaha menyulitkannya?Tiba-tiba, muncul seseorang di cermin. Orang itu tidak lain adalah Zakki. Dia berdiri di bawah lampu kristal, terlihat berkarisma seperti biasanya. Meskipun minum-minum, tatapan pria ini tetap terlihat mendalam dan sulit untuk diprediksi.Hanya saja, ada perbedaan saat Zakki menatap wanita di ruang privat itu dengan saat menatapnya. Zakki terlihat tidak acuh pada wanita itu, tetapi tatapannya pada Annika mengandung kehangatan.Annika seketika merinding. Dia bersandar di dinding dengan tidak berdaya sambil memandang pria berbahaya ini. Untuk sesaat, dia ingin sekali melarikan diri.Mungkin, Annika seharusnya mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain. Begitu niat seperti ini muncul, Zakki mematikan rokoknya dan berucap, "Turun sana, sopir sudah menunggu di bawah."Annika cukup terkejut mendengarnya. Sekarang baru jam 9 malam, tetapi dia sudah boleh pulang? Namun, Annika tidak
"Kamu masih ingin menjaga kesucian untuk seseorang yang nggak pernah ada?" tanya Zakki.Annika tidak menanggapi. Dia merendahkan diri sendiri sambil mendambakan kelembutan Zakki. Ternyata, semudah ini untuk jatuh ke pelukan orang.Tiba-tiba, Annika menempelkan wajahnya ke leher Zakki. Dia baru sadar bahwa pria ini demam ....Zakki sakit karena operasi yang dilakukannya untuk Ariel. Pria ini juga tidak merawat diri dengan baik setelah kehujanan waktu itu. Itu sebabnya, dia demam tinggi.Annika memanggil dokter ke vila untuk memberi Zakki suntikan pereda demam. Untungnya, demam Zakki mereda pada pagi hari, tidak lagi mencapai 39 derajat.Annika menghela napas lega melihatnya. Zakki yang memakai piama bersandar di ranjang. Dia ingin mandi, tetapi dihentikan oleh Annika. "Dokter bilang nggak boleh mandi sebelum demamnya reda. Kamu berbaring saja, aku masak bubur untukmu."Annika jarang-jarang bersikap perhatian seperti ini. Zakki pun memandangnya begitu saja. Rambut hitamnya yang berkilau,
Zakki memahami pergumulan hati Annika. Seorang wanita yang hilang ingatan sedang bermesra-mesraan dengan atasannya. Apalagi, Annika tidak ingat apa pun tentang hubungan intim mereka.Annika merasa takut, dia bahkan tidak tahu bagaimana dirinya menenangkan diri. Jika benar-benar tidak tahan lagi, dia akan menggigit bahu Zakki. Zakki tentu kesakitan, tetapi semua itu tidak berarti jika dibandingkan dengan perasaan bahagia karena mendapatkan Annika kembali.Zakki menunduk, menatap wanita di pelukannya. Annika tampak gemetaran. Melihat ini, Zakki tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Kita belum melakukannya dengan serius, tapi kamu sudah merasa begitu nyaman?"Annika tidak punya tenaga untuk menjawab. Setelah suasana kembali tenang, Zakki bersandar di sofa dan menghabiskan bubur tanpa peduli pada hasrat sendiri. Tidak ada yang ingin merusak ketenangan ini.Setelah buburnya habis, Zakki berkeringat dan merasa jauh lebih baik. Mungkin karena terlalu bersemangat tadi, dia sama sekali tidak
Annika bukan wanita sembarangan sehingga tidak akan memohon agar Zakki membuat langkah selanjutnya. Malam harinya, Annika bersandar di pelukan Zakki, mendengarkan detak jantungnya dengan tenang."Lagi mikir apa?" Zakki memeluknya dan meneruskan dengan lembut, "Malam ini kamu berbeda dari biasanya."Annika menutupi kesedihannya dengan membalas, "Mungkin karena kita sudah mau pergi dari sini, tempat ini lumayan bagus."Zakki terkekeh-kekeh dan berujar, "Kalau kamu suka, kita bisa tinggal di sini beberapa hari lagi. Kita bawa Ariel dan Jose, oke?"Annika tidak berbicara lagi, melainkan membenamkan wajahnya ke leher Zakki. Dia sudah bertekad untuk pergi. Mungkin Zakki akan marah, tetapi pria seangkuh Zakki tidak mungkin mempertahankan wanita. Apalagi, Annika merasa dirinya tidak begitu penting di hati Zakki dan Zakki masih memiliki wanita lain.Meskipun telah bertekad untuk pergi, Annika tetap saja merasakan keengganan dari lubuk hatinya. Malam ini, dia tidak bisa tidur. Dia terus memandan