Annika menoleh untuk melihatnya.Zakki kembali mengambil majalah dan membacanya. Di bawah cahaya lampu kristal, sosok Zakki bagaikan diselimuti lapisan kaca sehingga tampak begitu memesona. Zakki terlihat sama sekali tidak berniat untuk bicara lagi.Melihat Annika yang masih belum pergi, Zakki hanya bertanya tanpa mengalihkan pandangannya kepada Annika, "Apa masih ada urusan?"Annika hanya menggeleng. Saat keluar, dia sekalian menutup pintu kamar tersebut. Saat pintu tertutup, Zakki baru melihat ke arah pintu itu. Dia tahu bahwa Annika marah karena dia membiarkan Ratna datang. Dia juga tahu bahwa hati Annika mulai goyah sekarang.Meski tidak ingat masa lalu, hati Annika tetap goyah karenanya. Menurut yang dibacanya dari buku, selera seseorang tidak akan bisa berubah dengan mudahnya. Mungkin Zakki memang cocok dengan tipe yang disukai Annika. Saat memikirkan hal ini, hati Zakki terasa campur aduk.....Saat Annika turun ke lantai bawah, langit sudah mulai tampak memasuki senja. Kabut ti
Annika merasa agak cemas. Namun, setelah Zakki membuka pintu kamar suite, pria ini menunjuk sebuah kamar sambil berkata, "Kamu tidur di sana."Annika mengamati sekilas. Kamar ini setidaknya berjarak 20 meter dari kamar Zakki, jadi dia merasa lebih tenang. Setelah meletakkan kopernya, Annika mengikuti Zakki ke kamarnya.Zakki bersandar di sofa sembari melihat dokumen kerja sama, sedangkan Annika menyusun barang-barang Zakki.Annika pun menggantung semua jas, celana, dan lainnya dengan terampil, seolah-olah dia memang sudah sering mengerjakan hal ini. Ketika menyadari diri sendiri yang bekerja dengan begitu gesit, dia sontak termangu.Sementara itu, Zakki menengadah karena tidak mendengar suara apa pun dari Annika. Dia bertanya dengan dingin, "Kenapa?"Annika segera menunduk dan melanjutkan pekerjaannya. Dia menjawab, "Nggak apa-apa."Zakki bertanya lagi, "Kamu merindukan suamimu, ya?""Bukan!" sahut Annika yang tahu Zakki sedang menggodanya. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak menete
Annika tidak bodoh, dia tahu dirinya sedang dipermainkan oleh Zakki. Mengapa pria ini berusaha menyulitkannya?Tiba-tiba, muncul seseorang di cermin. Orang itu tidak lain adalah Zakki. Dia berdiri di bawah lampu kristal, terlihat berkarisma seperti biasanya. Meskipun minum-minum, tatapan pria ini tetap terlihat mendalam dan sulit untuk diprediksi.Hanya saja, ada perbedaan saat Zakki menatap wanita di ruang privat itu dengan saat menatapnya. Zakki terlihat tidak acuh pada wanita itu, tetapi tatapannya pada Annika mengandung kehangatan.Annika seketika merinding. Dia bersandar di dinding dengan tidak berdaya sambil memandang pria berbahaya ini. Untuk sesaat, dia ingin sekali melarikan diri.Mungkin, Annika seharusnya mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain. Begitu niat seperti ini muncul, Zakki mematikan rokoknya dan berucap, "Turun sana, sopir sudah menunggu di bawah."Annika cukup terkejut mendengarnya. Sekarang baru jam 9 malam, tetapi dia sudah boleh pulang? Namun, Annika tidak
"Kamu masih ingin menjaga kesucian untuk seseorang yang nggak pernah ada?" tanya Zakki.Annika tidak menanggapi. Dia merendahkan diri sendiri sambil mendambakan kelembutan Zakki. Ternyata, semudah ini untuk jatuh ke pelukan orang.Tiba-tiba, Annika menempelkan wajahnya ke leher Zakki. Dia baru sadar bahwa pria ini demam ....Zakki sakit karena operasi yang dilakukannya untuk Ariel. Pria ini juga tidak merawat diri dengan baik setelah kehujanan waktu itu. Itu sebabnya, dia demam tinggi.Annika memanggil dokter ke vila untuk memberi Zakki suntikan pereda demam. Untungnya, demam Zakki mereda pada pagi hari, tidak lagi mencapai 39 derajat.Annika menghela napas lega melihatnya. Zakki yang memakai piama bersandar di ranjang. Dia ingin mandi, tetapi dihentikan oleh Annika. "Dokter bilang nggak boleh mandi sebelum demamnya reda. Kamu berbaring saja, aku masak bubur untukmu."Annika jarang-jarang bersikap perhatian seperti ini. Zakki pun memandangnya begitu saja. Rambut hitamnya yang berkilau,
Zakki memahami pergumulan hati Annika. Seorang wanita yang hilang ingatan sedang bermesra-mesraan dengan atasannya. Apalagi, Annika tidak ingat apa pun tentang hubungan intim mereka.Annika merasa takut, dia bahkan tidak tahu bagaimana dirinya menenangkan diri. Jika benar-benar tidak tahan lagi, dia akan menggigit bahu Zakki. Zakki tentu kesakitan, tetapi semua itu tidak berarti jika dibandingkan dengan perasaan bahagia karena mendapatkan Annika kembali.Zakki menunduk, menatap wanita di pelukannya. Annika tampak gemetaran. Melihat ini, Zakki tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Kita belum melakukannya dengan serius, tapi kamu sudah merasa begitu nyaman?"Annika tidak punya tenaga untuk menjawab. Setelah suasana kembali tenang, Zakki bersandar di sofa dan menghabiskan bubur tanpa peduli pada hasrat sendiri. Tidak ada yang ingin merusak ketenangan ini.Setelah buburnya habis, Zakki berkeringat dan merasa jauh lebih baik. Mungkin karena terlalu bersemangat tadi, dia sama sekali tidak
Annika bukan wanita sembarangan sehingga tidak akan memohon agar Zakki membuat langkah selanjutnya. Malam harinya, Annika bersandar di pelukan Zakki, mendengarkan detak jantungnya dengan tenang."Lagi mikir apa?" Zakki memeluknya dan meneruskan dengan lembut, "Malam ini kamu berbeda dari biasanya."Annika menutupi kesedihannya dengan membalas, "Mungkin karena kita sudah mau pergi dari sini, tempat ini lumayan bagus."Zakki terkekeh-kekeh dan berujar, "Kalau kamu suka, kita bisa tinggal di sini beberapa hari lagi. Kita bawa Ariel dan Jose, oke?"Annika tidak berbicara lagi, melainkan membenamkan wajahnya ke leher Zakki. Dia sudah bertekad untuk pergi. Mungkin Zakki akan marah, tetapi pria seangkuh Zakki tidak mungkin mempertahankan wanita. Apalagi, Annika merasa dirinya tidak begitu penting di hati Zakki dan Zakki masih memiliki wanita lain.Meskipun telah bertekad untuk pergi, Annika tetap saja merasakan keengganan dari lubuk hatinya. Malam ini, dia tidak bisa tidur. Dia terus memandan
Air hujan menetes ke wajah dan bulu matanya. Annika mengedipkan matanya perlahan dan mendongak menatap Zakki. Zakki memegang wajahnya yang dingin dan berkata dengan suara yang serak dan mengintimidasi, "Nggak pernah ada yang lain! Selain kamu, aku nggak pernah bersama orang lain lagi! Kamu nggak perlu merasa tertekan bersamaku, kamu nggak pernah berkhianat pada siapa pun."Annika meremas kertas itu dan meletakkan di hadapannya dengan perlahan. Beberapa saat kemudian, bibirnya mulai gemetar. Ternyata dia tidak punya suami! Akan tetapi, apakah Annika bisa menerima Zakki hanya dengan begitu? Sebab, Annika sama sekali belum pernah menanyakan apakah Zakki benar-benar serius padanya, atau hanya mempermainkannya ....Di tengah hujan, Zakki mengelus wajah mungil Annika dan memandangnya dengan tatapan tajam yang penuh Hasrat. Setelah itu, Zakki menciumnya dengan kasar. Dia memeluk Annika dan menatap bibirnya yang gemetaran sambil bergumam, "Kamu benar-benar nggak menyukaiku? Kamu bohong! Saat i
Hujan di luar masih terus mengguyur dengan lebatnya. Dalam ruangan yang sempit itu terdengar suara ranjang yang dientakkan dan erangan. Ditambah dengan suara napas pria itu yang memburu dan desahan wanita .... Suara ini membuat orang yang mendengarkannya merasa malu.Saat berada di puncak klimaks, Annika mengelus wajah tampan pria itu. Dia tahu bahwa pria yang berstatus seperti Zakki ini tidak akan menipunya. Informasi yang diberikannya juga pasti benar .... Ternyata Annika masih belum menikah.Namun, dia tetap saja merasa agak ragu.Saat Zakki hendak melanjutkan aksinya lagi, Annika merangkul lehernya untuk menghentikannya. Dengan suara penuh keraguan, dia bertanya, "Aku .... Ada stretchmark di perutku." Annika tetap tidak bisa melupakan hal ini.Saat ini Zakki sedang di puncak gairah, tentu saja dia tidak bisa berhenti begitu saja. Namun karena mempertimbangkan perasaan Annika, Zakki mengelus wajahnya dan bertanya dengan lembut, "Coba kulihat?"Annika mengiakannya. Di saat lampu ruan