Annika bukan wanita sembarangan sehingga tidak akan memohon agar Zakki membuat langkah selanjutnya. Malam harinya, Annika bersandar di pelukan Zakki, mendengarkan detak jantungnya dengan tenang."Lagi mikir apa?" Zakki memeluknya dan meneruskan dengan lembut, "Malam ini kamu berbeda dari biasanya."Annika menutupi kesedihannya dengan membalas, "Mungkin karena kita sudah mau pergi dari sini, tempat ini lumayan bagus."Zakki terkekeh-kekeh dan berujar, "Kalau kamu suka, kita bisa tinggal di sini beberapa hari lagi. Kita bawa Ariel dan Jose, oke?"Annika tidak berbicara lagi, melainkan membenamkan wajahnya ke leher Zakki. Dia sudah bertekad untuk pergi. Mungkin Zakki akan marah, tetapi pria seangkuh Zakki tidak mungkin mempertahankan wanita. Apalagi, Annika merasa dirinya tidak begitu penting di hati Zakki dan Zakki masih memiliki wanita lain.Meskipun telah bertekad untuk pergi, Annika tetap saja merasakan keengganan dari lubuk hatinya. Malam ini, dia tidak bisa tidur. Dia terus memandan
Air hujan menetes ke wajah dan bulu matanya. Annika mengedipkan matanya perlahan dan mendongak menatap Zakki. Zakki memegang wajahnya yang dingin dan berkata dengan suara yang serak dan mengintimidasi, "Nggak pernah ada yang lain! Selain kamu, aku nggak pernah bersama orang lain lagi! Kamu nggak perlu merasa tertekan bersamaku, kamu nggak pernah berkhianat pada siapa pun."Annika meremas kertas itu dan meletakkan di hadapannya dengan perlahan. Beberapa saat kemudian, bibirnya mulai gemetar. Ternyata dia tidak punya suami! Akan tetapi, apakah Annika bisa menerima Zakki hanya dengan begitu? Sebab, Annika sama sekali belum pernah menanyakan apakah Zakki benar-benar serius padanya, atau hanya mempermainkannya ....Di tengah hujan, Zakki mengelus wajah mungil Annika dan memandangnya dengan tatapan tajam yang penuh Hasrat. Setelah itu, Zakki menciumnya dengan kasar. Dia memeluk Annika dan menatap bibirnya yang gemetaran sambil bergumam, "Kamu benar-benar nggak menyukaiku? Kamu bohong! Saat i
Hujan di luar masih terus mengguyur dengan lebatnya. Dalam ruangan yang sempit itu terdengar suara ranjang yang dientakkan dan erangan. Ditambah dengan suara napas pria itu yang memburu dan desahan wanita .... Suara ini membuat orang yang mendengarkannya merasa malu.Saat berada di puncak klimaks, Annika mengelus wajah tampan pria itu. Dia tahu bahwa pria yang berstatus seperti Zakki ini tidak akan menipunya. Informasi yang diberikannya juga pasti benar .... Ternyata Annika masih belum menikah.Namun, dia tetap saja merasa agak ragu.Saat Zakki hendak melanjutkan aksinya lagi, Annika merangkul lehernya untuk menghentikannya. Dengan suara penuh keraguan, dia bertanya, "Aku .... Ada stretchmark di perutku." Annika tetap tidak bisa melupakan hal ini.Saat ini Zakki sedang di puncak gairah, tentu saja dia tidak bisa berhenti begitu saja. Namun karena mempertimbangkan perasaan Annika, Zakki mengelus wajahnya dan bertanya dengan lembut, "Coba kulihat?"Annika mengiakannya. Di saat lampu ruan
Zakki mencium pipinya, lalu berkata dengan lembut, "Aku yang masak! Selain itu ... lain kali panggil aku Zakki."Annika merasa tidak terbiasa. Dia ingin bangkit, tetapi malah dipeluk oleh Zakki dengan selimut dan menciumnya beberapa kali. "Sudah capek seharian, kamu tidur saja dulu. Setelah makanannya selesai disiapkan, aku akan memanggilmu."Sejak hilang ingatan, Annika telah banyak menderita. Dia tidak pernah membayangkan akan mendapat perlakuan selembut ini suatu hari, apalagi dari seorang pria yang memiliki status seperti Zakki. Annika memandang Zakki dengan mata berkaca-kaca.Hati Zakki terasa agak perih. Dia menunduk dan mengecup mata Annika, lalu mengenakan bajunya yang telah dikeringkan dan berjalan ke dapur. Annika memang selalu masak sendiri, sehingga bahan di kulkasnya juga sangat lengkap.Zakki memasak dua piring nasi goreng dan sup. Saat kembali ke kamar, Zakki melihat Annika yang telah tertidur pulas karena kelelahan. Kemudian, dia keluar untuk membeli salep. Zakki juga m
Zakki mengeluarkan sebatang rokok lagi, tapi tidak menyalakannya. Dia memandang Annika dengan tatapan rumit. Annika takut Zakki akan marah, sehingga dia berusaha membujuk Zakki dengan nada lembut, "Aku punya gaji! Sebelumnya aku nggak rela menghabiskan uang, tapi sekarang aku bisa atur keuanganku sekarang! Aku sewa apartemen yang lebih besar ... ya?"Annika sangat menyukai Zakki. Demi perasaannya itu, Annika rela menurunkan gengsinya. "Lagi pula, sekarang aku nggak punya apa-apa. Biarkan aku menabung sedikit dulu agar aku bisa membeli apartemen kelak."Ucapannya ini berhasil membujuk Zakki. Dengan jari yang masih tetap memegang rokoknya, Zakki mendekat pada Annika dan menciumnya. Kemudian, dia bergumam dengan pelan, "Aku yang atur apartemennya! Nggak boleh nolak!"Karena tidak ingin membuat Zakki kecewa, Annika pun langsung menyetujuinya. Setelah itu, Zakki kembali mencium Annika sejenak, lalu menepuk bokongnya dan menyuruhnya untuk mencuci piring. Zakki tidak menggunakan nada memerint
Setelah menutup panggilan tersebut, Zakki berjalan masuk kembali ke rumah. Saat itu Annika sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan di dapur. Dia memakai pakaian rumahan berwarna cerah dengan rambut yang diikat asal-asalan, menampakkan lehernya yang ramping dan mulus. Sinar matahari menembus jendela dan membuatnya terlihat sangat lembut dan menawan.Zakki memeluknya dari belakang dan mencium lehernya. "Aku ada urusan penting, jadi nggak sempat sarapan lagi. Kartu akses dan alamat apartemennya akan kutuliskan untukmu. Kalau ada waktu, pergilah lihat-lihat. Lusa aku akan bantu kamu untuk pindahan."Annika mengiakannya. Setelah itu, Zakki menciumnya lagi dan menimpali dengan lembut, "Kalau kakimu sakit, nggak usah ke kantor lagi."Annika langsung menyergah, "Nggak sakit lagi!"Zakki menatapnya dengan penuh makna, "Nggak sakit ...."Annika langsung mendorongnya dan berbisik, "Bukannya kamu bilang ada urusan penting? Cepat pergi."Zakki tiba-tiba menggendong Annika dan meletakkannya di me
Setelah insiden Annika, Satya menghabiskan waktu setahun untuk memindahkan bisnisnya perlahan-lahan kembali ke Kota Brata. Menurut evaluasi keuangan terbaru, Grup Ruslan masih menjadi yang teratas di Kota Brata. Di masa depan, Jeremy dan Satya akan bersaing sengit.Bisnis Keluarga Lutaha telah sukses selama beberapa generasi, sedangkan Satya baru memulai dari nol. Bisa dibayangkan seberapa beratnya perjuangan Satya untuk sukses.Setelah Satya kembali ke Kota Brata, Clara masih tetap tinggal di Hastama. Dalam setahun belakangan ini, kondisi Clara masih tetap seperti dulu. Dia masih harus dijaga seperti anak kecil. Clara merasa takut pada Satya, tetapi juga takut kehilangannya.Clara melahirkan seorang putra bernama Joe Chandra dan biasanya diasuh oleh Satya. Clara tidak pernah dekat dengan putranya. Penampilan dan sifatnya masih seperti seorang gadis kecil yang seolah-olah belum pernah melahirkan. Setiap kali Satya menyentuhnya, reaksi Clara menolaknya dengan kasar. Terkadang saat Satya
Zakki berdeham dan membalas, "Ya! Dengan Nona Liz-mu itu!"Ariel berseru, "Aku tanya Mama, bukan Nona Liz ... dasar nggak tahu malu!"Zakki tidak berbicara lagi. Setelah mobil hitam melaju pergi, dia menatap Shinta dan bertanya, "Tadi Ariel mengatakanku?""Sepertinya nggak ada orang lain lagi di sini," sahut Shinta.Zakki mengelus hidungnya. Semalam benar-benar indah sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia menggendong Jose, lalu menciumnya dan berkata, "Mama akan segera pulang, jangan panggil Nona Liz lagi."Jose masih kecil, tetapi sangat cerdas. Dia berucap, "Papa suka Nona Liz."Bukan hanya Zakki, tetapi Shinta juga tertawa mendengarnya. Shinta berujar, "Didikanmu ini kurang baik, anak-anak jadi pintar mengejek. Annika pasti marah nanti."Zakki tersenyum lembut sambil menimpali, "Aku akan membujuknya nanti."Mata Shinta seketika berkaca-kaca. Namun, dia tiba-tiba teringat pada Satya sehingga merasa cemas kembali.Shinta bukan anak muda yang tidak berpengalaman, apalagi dia melihat