Zakki mengeluarkan sebatang rokok lagi, tapi tidak menyalakannya. Dia memandang Annika dengan tatapan rumit. Annika takut Zakki akan marah, sehingga dia berusaha membujuk Zakki dengan nada lembut, "Aku punya gaji! Sebelumnya aku nggak rela menghabiskan uang, tapi sekarang aku bisa atur keuanganku sekarang! Aku sewa apartemen yang lebih besar ... ya?"Annika sangat menyukai Zakki. Demi perasaannya itu, Annika rela menurunkan gengsinya. "Lagi pula, sekarang aku nggak punya apa-apa. Biarkan aku menabung sedikit dulu agar aku bisa membeli apartemen kelak."Ucapannya ini berhasil membujuk Zakki. Dengan jari yang masih tetap memegang rokoknya, Zakki mendekat pada Annika dan menciumnya. Kemudian, dia bergumam dengan pelan, "Aku yang atur apartemennya! Nggak boleh nolak!"Karena tidak ingin membuat Zakki kecewa, Annika pun langsung menyetujuinya. Setelah itu, Zakki kembali mencium Annika sejenak, lalu menepuk bokongnya dan menyuruhnya untuk mencuci piring. Zakki tidak menggunakan nada memerint
Setelah menutup panggilan tersebut, Zakki berjalan masuk kembali ke rumah. Saat itu Annika sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan di dapur. Dia memakai pakaian rumahan berwarna cerah dengan rambut yang diikat asal-asalan, menampakkan lehernya yang ramping dan mulus. Sinar matahari menembus jendela dan membuatnya terlihat sangat lembut dan menawan.Zakki memeluknya dari belakang dan mencium lehernya. "Aku ada urusan penting, jadi nggak sempat sarapan lagi. Kartu akses dan alamat apartemennya akan kutuliskan untukmu. Kalau ada waktu, pergilah lihat-lihat. Lusa aku akan bantu kamu untuk pindahan."Annika mengiakannya. Setelah itu, Zakki menciumnya lagi dan menimpali dengan lembut, "Kalau kakimu sakit, nggak usah ke kantor lagi."Annika langsung menyergah, "Nggak sakit lagi!"Zakki menatapnya dengan penuh makna, "Nggak sakit ...."Annika langsung mendorongnya dan berbisik, "Bukannya kamu bilang ada urusan penting? Cepat pergi."Zakki tiba-tiba menggendong Annika dan meletakkannya di me
Setelah insiden Annika, Satya menghabiskan waktu setahun untuk memindahkan bisnisnya perlahan-lahan kembali ke Kota Brata. Menurut evaluasi keuangan terbaru, Grup Ruslan masih menjadi yang teratas di Kota Brata. Di masa depan, Jeremy dan Satya akan bersaing sengit.Bisnis Keluarga Lutaha telah sukses selama beberapa generasi, sedangkan Satya baru memulai dari nol. Bisa dibayangkan seberapa beratnya perjuangan Satya untuk sukses.Setelah Satya kembali ke Kota Brata, Clara masih tetap tinggal di Hastama. Dalam setahun belakangan ini, kondisi Clara masih tetap seperti dulu. Dia masih harus dijaga seperti anak kecil. Clara merasa takut pada Satya, tetapi juga takut kehilangannya.Clara melahirkan seorang putra bernama Joe Chandra dan biasanya diasuh oleh Satya. Clara tidak pernah dekat dengan putranya. Penampilan dan sifatnya masih seperti seorang gadis kecil yang seolah-olah belum pernah melahirkan. Setiap kali Satya menyentuhnya, reaksi Clara menolaknya dengan kasar. Terkadang saat Satya
Zakki berdeham dan membalas, "Ya! Dengan Nona Liz-mu itu!"Ariel berseru, "Aku tanya Mama, bukan Nona Liz ... dasar nggak tahu malu!"Zakki tidak berbicara lagi. Setelah mobil hitam melaju pergi, dia menatap Shinta dan bertanya, "Tadi Ariel mengatakanku?""Sepertinya nggak ada orang lain lagi di sini," sahut Shinta.Zakki mengelus hidungnya. Semalam benar-benar indah sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia menggendong Jose, lalu menciumnya dan berkata, "Mama akan segera pulang, jangan panggil Nona Liz lagi."Jose masih kecil, tetapi sangat cerdas. Dia berucap, "Papa suka Nona Liz."Bukan hanya Zakki, tetapi Shinta juga tertawa mendengarnya. Shinta berujar, "Didikanmu ini kurang baik, anak-anak jadi pintar mengejek. Annika pasti marah nanti."Zakki tersenyum lembut sambil menimpali, "Aku akan membujuknya nanti."Mata Shinta seketika berkaca-kaca. Namun, dia tiba-tiba teringat pada Satya sehingga merasa cemas kembali.Shinta bukan anak muda yang tidak berpengalaman, apalagi dia melihat
Saat ini sudah sore hari. Cahaya matahari terbenam yang berwarna oranye menembus jendela besar kamar dan mengenai wajah Annika. Dia menatap Ariel dengan tenang. Gadis kecil ini sangat cantik, tetapi masih ada sesuatu yang membuat Annika sangat menyukainya. Hanya saja, Annika sendiri tidak tahu itu apa.Sesaat kemudian, Annika mengelus kepala Ariel dan berkata dengan jujur, "Benar, aku menyukai ayahmu."Ariel menulis dengan gembira sambil menyahut, "Liz, kamu tenang saja. Aku dan Jose nggak akan menjadi penghalang hubungan kalian. Kalau kalian menikah, kami bisa menjadi anak kecil pembawa bunga."Ariel menengadah, lalu menatap Annika lekat-lekat dan melanjutkan, "Kami juga nggak keberatan kalau harus memanggilmu mama sekarang."Annika seketika kehabisan kata-kata. Saat ini, terdengar suara mesin mobil dari halaman. Mungkin, Zakki sudah pulang.Zakki memarkirkan mobilnya dan mematikan lampu mobil. Setelah turun, dia baru merasa dingin. Hanya tersisa sedikit cahaya matahari terbenam di uj
Annika menerima kartu itu dan mengamati sekilas. Kartu berlian VIP ini tentu berbeda dari kartu bank biasa. Yang Annika pikirkan adalah Zakki tidak membuatkannya kartu bank baru, melainkan membiarkannya menggunakan kartunya. Ini ... sungguh romantis.Namun, Annika tidak berani menerimanya sehingga berkata dengan lirih, "Kita baru kenal 3 bulan, ini sudah terlalu cepat."Zakki mengelus wajahnya dan membalas, "Kita sudah melakukan itu, mana termasuk cepat lagi?"Wajah Annika seketika memerah. Zakki membantunya menyimpan kartu itu, lalu menciumnya dan meneruskan, "Sebenarnya, ini kartu untuk gajiku. Jadi presdir juga mendapat gaji, belum termasuk dividen. Gaji tahunan sekitar 40 miliar ada di sana semua. Kamu sudah merasa seperti nyonya besar belum?"Semua wanita akan tersentuh saat diperlakukan seperti ini. Annika pun tidak menolak lagi. Dengan demikian, hubungan mereka melangkah makin jauh.Ketika membawa Annika turun untuk makan, Zakki menggenggam tangannya dengan erat. Annika tentu ta
Jantung Annika sontak berdetak kencang. Dia tidak pernah menyangka Zakki akan meminta anak darinya!Zakki telah memiliki sepasang anak, apalagi Ariel baru berusia 8 tahun. Gadis kecil ini mungkin tidak menginginkan adik lagi. Selain itu, kesenjangan status yang besar juga membuat Annika tidak berani membayangkan hal seperti ini.Annika menatapnya, lalu memanggil dengan agak lirih, "Zakki."Zakki tidak berbicara, hanya mengelus wajah Annika. Malam sangat sunyi dan hanya ada mereka di mobil, jadi sulit untuk tidak memikirkan kejadian semalam. Sesaat kemudian, Annika yang tidak tahan lagi pun memalingkan wajahnya dan mengingatkan, "Lampunya sudah hijau."Zakki pun terkekeh-kekeh. Dia menginjak pedal gas, tetapi bukan menuju ke apartemen, melainkan tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko obat.Zakki melepaskan sabuk pengamannnya dan berkata, "Aku pergi beli sesuatu dulu."Annika tidak terlalu peduli. Setelah Zakki turun, dia hanya duduk sembari menatap punggung Zakki. Hingga saat ini, dia
Annika membelai leher Zakki. Kulit pria ini sangat kering. Butiran keringat menetes ke jakun Zakki, membuatnya terlihat makin seksi.Annika mendesah sambil berucap dengan suara rendah, "Zakki, pelan sedikit ...."Tidak bisa! Zakki tidak bisa melambatkan gerakannya. Namun, demi menjaga perasaan Annika, dia meraih pergelangan tangan Annika dan melingkarkannya di pinggangnya.Zakki menurunkan sedikit kecepatannya, lalu menunduk menatap Annika dan memaksa wanita itu untuk menatapnya juga. Kemudian, Zakki mencium bibir Annika dan mengucapkan kalimat yang menggoda, "Annika, lihat aku. Kamu akan merasa makin nyaman kalau melihatku."Annika tidak berani menatapnya, apalagi melihat adegan intim mereka sendiri. Ketakutan dan hasrat yang bercampur menjadi satu membuat Zakki makin bergairah melihatnya. Apalagi, dia sudah lama tidak melakukannya bersama Annika dan belum terlalu puas semalam.Zakki menjadi makin berhasrat, suasana menjadi makin panas. Ketika hendak mencapai klimaks, Annika memeluk Z