Jantung Annika sontak berdetak kencang. Dia tidak pernah menyangka Zakki akan meminta anak darinya!Zakki telah memiliki sepasang anak, apalagi Ariel baru berusia 8 tahun. Gadis kecil ini mungkin tidak menginginkan adik lagi. Selain itu, kesenjangan status yang besar juga membuat Annika tidak berani membayangkan hal seperti ini.Annika menatapnya, lalu memanggil dengan agak lirih, "Zakki."Zakki tidak berbicara, hanya mengelus wajah Annika. Malam sangat sunyi dan hanya ada mereka di mobil, jadi sulit untuk tidak memikirkan kejadian semalam. Sesaat kemudian, Annika yang tidak tahan lagi pun memalingkan wajahnya dan mengingatkan, "Lampunya sudah hijau."Zakki pun terkekeh-kekeh. Dia menginjak pedal gas, tetapi bukan menuju ke apartemen, melainkan tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko obat.Zakki melepaskan sabuk pengamannnya dan berkata, "Aku pergi beli sesuatu dulu."Annika tidak terlalu peduli. Setelah Zakki turun, dia hanya duduk sembari menatap punggung Zakki. Hingga saat ini, dia
Annika membelai leher Zakki. Kulit pria ini sangat kering. Butiran keringat menetes ke jakun Zakki, membuatnya terlihat makin seksi.Annika mendesah sambil berucap dengan suara rendah, "Zakki, pelan sedikit ...."Tidak bisa! Zakki tidak bisa melambatkan gerakannya. Namun, demi menjaga perasaan Annika, dia meraih pergelangan tangan Annika dan melingkarkannya di pinggangnya.Zakki menurunkan sedikit kecepatannya, lalu menunduk menatap Annika dan memaksa wanita itu untuk menatapnya juga. Kemudian, Zakki mencium bibir Annika dan mengucapkan kalimat yang menggoda, "Annika, lihat aku. Kamu akan merasa makin nyaman kalau melihatku."Annika tidak berani menatapnya, apalagi melihat adegan intim mereka sendiri. Ketakutan dan hasrat yang bercampur menjadi satu membuat Zakki makin bergairah melihatnya. Apalagi, dia sudah lama tidak melakukannya bersama Annika dan belum terlalu puas semalam.Zakki menjadi makin berhasrat, suasana menjadi makin panas. Ketika hendak mencapai klimaks, Annika memeluk Z
"Ma ... Liz?" panggil Ariel dengan sangat lirih. Dia hampir tidak bisa menahan tangisannya.Bibir Annika tampak sedikit bergetar. Dia memeluk Ariel dengan lembut tanpa bertanya atau bicara apa pun. Faktanya, hanya ada satu alasan dirinya bisa berada di sisi Zakki dan diperlakukan dengan begitu baik.Yaitu dirinya adalah istri Zakki! Annika menahan emosinya yang bergolak, lalu menggandeng tangan Ariel dan memberi tahu sopir bahwa mereka akan naik taksi.Sopir itu meminta arahan dari Zakki sebelum menyetujui permintaan Annika. Annika pun mengelus pipi Ariel sambil berkata, "Ayo, kita pergi makan."Annika mengambil tas Ariel, sedangkan Ariel menggandeng tangannya dengan erat. Pada saat yang sama, gadis kecil ini membatin, 'Mama sudah pulang!'Annika memilih restoran kelas atas. Begitu dia melangkah masuk, seorang pelayan terperangah dan memanggil, "Bu Annika!"Ariel tercengang. Sementara itu, Annika yang tersadar dari keterkejutannya segera bertanya dengan lembut, "Kamu kenal aku?"Manaje
Beberapa menit kemudian, dia dan Yoyok kembali ke kafe. Ariel duduk di sofa samping sambil membaca buku, tetapi dia sangat memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Yoyok menoleh melihat Ariel, hatinya merasa sangat kecewa.Dulu, Ariel selalu memanggilnya "Paman Yoyok" dengan sangat akrab. Namun sekarang Ariel sudah melupakan semuanya. Yoyok menarik kembali pandangannya dan berkata pada Annika, "Dia sudah dewasa ya!"Yoyok memandang Annika dengan tatapan yang rumit. Jika bukan karena Annika lupa ingatan, mana mungkin dia akan duduk dan minum kopi bersama Yoyok seperti sekarang. Dulu Annika begitu membenci Yoyok. Yoyok ingat sekali malam itu Annika ingin menabrak Yoyok hingga mati.Annika menebak identitasnya sendiri. Dia mengaduk kopinya dengan perlahan, lalu berkata dengan suara pelan, "Maaf, aku sudah lupa kejadian masa lalu! Dalam ingatanku nggak ada kamu .... Sepertinya kita nggak punya masalah asmara, 'kan?"Yoyok mendongak dengan perlahan. Di bawah sinar lampu yang redup, sudut
Saat Annika tersadar kembali, dia sudah berada di rumah sakit. Cahaya lampu yang menyilaukan membuatnya tidak bisa membuka matanya. Setelah berusaha beradaptasi dengan cahaya itu, Annika baru melihat Zakki yang sedang berjaga di samping tempat tidurnya. Zakki sedang mengenakan jas, sepertinya dia baru datang dari kantor.Pada saat ini, mata Zakki tampak memerah. Annika menoleh ke arah jendela dan melihat langit sudah gelap. Dia bertanya, "Jam berapa sekarang?""Jam satu subuh!" jawab Zakki dengan suara serak. Dia mendekat dan mengelus wajah Annika sambil mengamatinya dengan fokus. Meskipun mereka telah bersama dan melakukan hubungan intim, kini semuanya telah berbeda.Tatapan Zakki terhadapnya bukan hanya sekadar perasaan cinta antara pria dan wanita, tetapi juga kelembutan seorang suami .... Hanya saja, semakin lembut Zakki memperlakukannya, Annika justru merasa semakin sedih.Shilla telah menjadi duri dalam hatinya.Annika masih berbaring di bantalnya, sedangkan Zakki menghela napas
Karena itulah, Annika menghindari ciumannya tadi. Refleks manusia memang paling jujur.Zakki tidak memaksa Annika. Dia terus mengingatkan dirinya bahwa mereka telah melalui banyak cobaan sebelumnya. Dia sudah cukup beruntung bisa bersama Annika saat ini. Hanya saja, hatinya tetap merasa sedikit perih.Sebab, Annika saat ini tidak mengizinkannya untuk mendekat. Dia menolak Zakki karena kemunculan Shilla sebelumnya.Di tengah malam, Annika tertidur pulas karena kelelahan. Sementara itu, Zakki malah tidak bisa tidur. Dia membuka pintu kamar pasien dan berjalan ke ujung lorong. Setelah itu, dia berdiri sangat lama di sana sambil merokok.Jendelanya sedikit terbuka. Zakki hanya mengenakan kemeja hitam yang tipis, tetapi dia tidak peduli. Zakki hanya berdiri dalam kegelapan sendirian dan merokok diam-diam. Dia merasakan bagaimana rasanya mencintai seseorang tapi tidak bisa mendapatkannya .... Sebelumnya, Annika mengatakan bahwa dia merasa hubungan ini adalah hasil curian. Padahal, pencuri se
Mendengar ucapannya, tubuh Annika menjadi kaku. Zakki mengira dia akan menolak, tak disangka Annika malah menyetujuinya setelah berpikir sejenak. Zakki tertegun seketika. Beberapa saat kemudian, dia memeluk Annika sambil bertanya, "Nggak marah lagi?"Annika mempertimbangkannya sebentar, lalu menjawab, "Marah! Tapi aku nggak bisa memahami perasaan Annika yang dulu .... Aku nggak bisa merasakan perasaannya saat putus asa dan berada di ambang kehancuran!"Annika menjawabnya dengan jujur, "Tapi Zakki, perasaan sukaku padamu juga jadi berkurang!"Usai bicara, Annika membalikkan badan dalam pelukan Zakki. Dia mendongak untuk menatap pria itu dan berkata dengan suara serak, "Kelak, hubungan kita juga akan berubah jadi Tuan dan Nyonya Ruslan! Zakki, aku jamin akan menjadi istri yang baik dan bertanggung jawab kalau kamu nggak berkhianat padaku. Aku memilih untuk melupakan masa lalu bukan hanya demi anak-anak, tapi juga demi diriku sendiri .... Kata dokter, sebaiknya aku nggak memaksakan diri u
Satya merasa sangat menyesal selama ini. Sejak kecil hingga dewasa, dia selalu menyayangi Annika. Namun saat itu dia malah bertengkar habis-habisan dengan adiknya. Satya memeluk Annika dengan erat dan berkata dengan suara tercekat, "Syukurlah kamu sudah kembali!"Annika tidak mengingatnya lagi. Namun, entah mengapa pelukan Satya membuatnya merasa ingin menangis. Dia juga memeluk lengan Satya dengan erat dan memanggilnya, "Kakak!"Satya mengelus rambut Annika dengan perlahan. Sejak dewasa, mereka tidak pernah seakrab ini lagi. Namun, perasaan syukur karena mendapatkan kembali benda yang telah hilang ini membuatnya tidak bisa menahan diri. Satya terus memeluk adiknya seperti saat masih kecil, dia tidak rela melepaskan adiknya.Zakki yang berdiri di samping Annika berkata, "Cuaca di luar dingin, kita masuk saja dulu!"Shinta menyeka air matanya dan menimpali, "Iya! Tubuhnya masih lemah, kita masuk dulu saja."Setelah itu, mereka sekeluarga pun masuk ke vila. Setelah duduk di sofa, Ariel b