Mendengar ucapannya, tubuh Annika menjadi kaku. Zakki mengira dia akan menolak, tak disangka Annika malah menyetujuinya setelah berpikir sejenak. Zakki tertegun seketika. Beberapa saat kemudian, dia memeluk Annika sambil bertanya, "Nggak marah lagi?"Annika mempertimbangkannya sebentar, lalu menjawab, "Marah! Tapi aku nggak bisa memahami perasaan Annika yang dulu .... Aku nggak bisa merasakan perasaannya saat putus asa dan berada di ambang kehancuran!"Annika menjawabnya dengan jujur, "Tapi Zakki, perasaan sukaku padamu juga jadi berkurang!"Usai bicara, Annika membalikkan badan dalam pelukan Zakki. Dia mendongak untuk menatap pria itu dan berkata dengan suara serak, "Kelak, hubungan kita juga akan berubah jadi Tuan dan Nyonya Ruslan! Zakki, aku jamin akan menjadi istri yang baik dan bertanggung jawab kalau kamu nggak berkhianat padaku. Aku memilih untuk melupakan masa lalu bukan hanya demi anak-anak, tapi juga demi diriku sendiri .... Kata dokter, sebaiknya aku nggak memaksakan diri u
Satya merasa sangat menyesal selama ini. Sejak kecil hingga dewasa, dia selalu menyayangi Annika. Namun saat itu dia malah bertengkar habis-habisan dengan adiknya. Satya memeluk Annika dengan erat dan berkata dengan suara tercekat, "Syukurlah kamu sudah kembali!"Annika tidak mengingatnya lagi. Namun, entah mengapa pelukan Satya membuatnya merasa ingin menangis. Dia juga memeluk lengan Satya dengan erat dan memanggilnya, "Kakak!"Satya mengelus rambut Annika dengan perlahan. Sejak dewasa, mereka tidak pernah seakrab ini lagi. Namun, perasaan syukur karena mendapatkan kembali benda yang telah hilang ini membuatnya tidak bisa menahan diri. Satya terus memeluk adiknya seperti saat masih kecil, dia tidak rela melepaskan adiknya.Zakki yang berdiri di samping Annika berkata, "Cuaca di luar dingin, kita masuk saja dulu!"Shinta menyeka air matanya dan menimpali, "Iya! Tubuhnya masih lemah, kita masuk dulu saja."Setelah itu, mereka sekeluarga pun masuk ke vila. Setelah duduk di sofa, Ariel b
Baru saja dia selesai bicara, Zakki telah menciumnya. Ciuman Zakki yang hangat di lehernya perlahan-lahan bergerak turun seiring dengan jubah mandinya. Annika menengadahkan kepalanya untuk berusaha meredam hasrat yang bergelora.Annika mulai tergoda, tetapi dalam hatinya menolak. Saat Zakki hendak menjalankan langkah selanjutnya, Annika buru-buru menahan tangan Zakki untuk menghentikannya. Dengan suara serak, Annika berkata, "Zakki, aku agak lelah."Zakki sangat mengerti isi hati Annika. Lelah hanyalah alasannya, Annika sebenarnya tidak ingin berhubungan intim dengannya. Zakki tidak memaksa Annika, tetapi juga tidak langsung melepaskan tangannya. Dia bersandar di pundak Annika selama beberapa saat untuk menenangkan hatinya, lalu pergi ke kamar mandi.Beberapa saat kemudian, terdengar suara air yang mengalir. Annika menebak bahwa Zakki telah mengatasinya sendiri. Benar saja, saat keluar dari kamar mandi, jubah Zakki terlihat agak basah. Wajahnya yang tampan itu juga tebersit sedikit kep
Zakki menghidupkan pemanas ruangan, lalu membuatkan kopi kesukaan Annika. Aroma kopi merebak, Zakki bertanya, "Kamu nggak bisa tidur, ya? Kamu mau tahu kejadian dulu?"Annika tidak membantah. Zakki duduk di seberang Annika, dia menjelaskan, "Annika, masa lalu kita nggak menyenangkan. Bahkan ada banyak penderitaan dan perpisahan. Tapi, kalau kamu mau tahu, aku bisa menceritakannya kepadamu."Annika hanya diam. Kemudian, Zakki memohon, "Aku hanya punya satu permintaan. Jangan tinggalkan aku."Annika menyetujui permintaan Zakki, "Aku janji."Zakki pun mulai menceritakan masa lalu mereka. Dia sama sekali tidak menyembunyikan apa pun atau memperindah ceritanya. Zakki memberi tahu Annika semuanya, termasuk Shilla, kejadian saat dia menampar Annika, dan dirinya yang membawa Annika ke sanatorium.Hujan pun reda. Akhirnya, Zakki selesai bercerita. Dia merasa sedih dan juga panik, seperti waktu mencari Annika dulu.Annika menunduk dan memandang cangkir kopinya. Dia terdiam untuk waktu yang lama.
Annika berniat untuk menolak Zakki. Namun, Zakki merangkul pinggang Annika dengan erat. Annika mendongak dan bertatapan dengan Zakki. Dia tentu bisa merasakan Zakki ingin menaklukkannya. Annika tidak jadi menolak pemberian Zakki, dia pun berterima kasih kepada Zakki.Zakki menatap Annika lekat-lekat seraya berujar, "Kita ini pasangan suami istri. Wajar saja kalau suami menyenangkan hati istri. Untuk apa kamu berterima kasih?"Annika merasa gugup. Untung saja Zakki melepaskan Annika. Dia mengambil jaket, lalu menyampirkannya di bahu Annika sembari berucap, "Sudah saatnya berangkat. Ayo pergi."Ini adalah pertama kalinya mereka berdua muncul bersama di depan umum setelah Annika kembali. Setengah jam kemudian, mobil hitam berhenti di depan pintu hotel. Sopir membuka pintu mobil.Zakki turun dari mobil, lalu tangan Annika diletakkan di telapak tangan Zakki. Mereka bergandengan dengan erat sehingga tampak seperti pasangan suami istri yang harmonis. Annika tidak terlihat seperti mengalami am
Annika mengangguk dan berucap, "Terima kasih karena kamu memberitahuku hal ini."Setelah Annika selesai bicara, Satya melihat ke arah Annika. Mereka berdua bertatapan. Sesudah beberapa saat, Satya baru berdiri dan berjalan menghampiri Annika. Sementara itu, Melisa yang memahami situasinya langsung mencari alasan untuk pergi agar Annika dan Satya bisa berbincang.Annika tersenyum terpaksa setelah Melisa pergi. Dia memanggil, "Kak."Satya duduk di sofa, lalu melihat ke arah Rosana. Kemudian, dia kembali memandang Annika dan mengeluarkan kotak rokok dari sakunya. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan mengetukkannya di atas meja. Namun, dia tidak menyalakan rokok itu.Satya menatap Annika. Tak lama kemudian, dia baru menjelaskan, "Iya, aku mau bercerai dengan Clara. Tapi, bukan karena wanita lain. Bagiku, wanita nggak terlalu penting. Jadi, pernikahanku dengan Clara nggak mungkin terpengaruh hanya karena seorang wanita."Sudah jelas Satya tidak akan menikah dengan Rosana. Annika menimpali, "
Yunita sontak merasa malu. Dia menatap Zakki menggandeng tangan Annika dan membawanya pergi. Sama seperti dulu, pria ini masih tidak memedulikannya.Tubuh Yunita bergetar tanpa kendali. Dia membuka keran air dan ingin mencuci wajah, tetapi tidak bisa karena tangannya yang bergetar hebat.Yunita memandang dirinya yang berada di cermin. Dia merasa dirinya seperti orang bodoh, hatinya sungguh hancur.Perhiasan yang dipakai Annika sangat berbeda jauh dengan gaun murah yang dibelinya dengan hidup hemat. Takdir setiap orang memang berbeda. Yunita tidak akan mampu memiliki barang mewah itu meskipun bekerja keras seumur hidup.Ya, Yunita memang bodoh. Dia masih memikirkan cara untuk menabur perselisihan, padahal Annika sama sekali tidak peduli karena Zakki masih memperlakukannya layaknya berlian.Yunita menangis tersedu-sedu. Air matanya sampai mengotori gaunnya yang seharga 40 juta itu ....Setelah kembali ke mobil, keduanya sama-sama diam. Annika yang tidak tahan lagi pun menoleh dan bertany
Annika merasa malu. Dia terus digoda oleh Zakki, tetapi belum bernafsu. Kalaupun ada, tetap saja sangat sedikit. Sebagai pria dewasa, Zakki tentu menyadari hal ini.Sesampainya di vila, Zakki menggendong Annika ke lantai atas. Dia mendorong pintu kamar, lalu menurunkan Annika ke ranjang. Annika berbaring dengan lemas sambil menatap Zakki yang tepat di atasnya.Zakki tidak menyalakan lampu. Dia membuka jasnya di tengah kegelapan, juga melepaskan kancing kemeja dan tali pinggangnya. Ketika melakukan semua ini, dia terus memandang mata Annika tanpa melewatkan perubahan ekspresinya.Ketika menindih dan mencium telinga Annika, Zakki bertanya dengan suara serak, "Apa kamu sudah merasakannya?"Zakki khawatir Annika kesakitan sehingga terus bersabar. Annika menjulurkan tangan dan memeluk leher Zakki sambil berciuman panas dengannya. Pada saat yang sama, dia melemaskan tubuhnya sebagai isyarat untuk mengundang serangan Zakki ....Keduanya berciuman tanpa henti. Napas Zakki yang berat jelas menu