Zakki berdeham dan membalas, "Ya! Dengan Nona Liz-mu itu!"Ariel berseru, "Aku tanya Mama, bukan Nona Liz ... dasar nggak tahu malu!"Zakki tidak berbicara lagi. Setelah mobil hitam melaju pergi, dia menatap Shinta dan bertanya, "Tadi Ariel mengatakanku?""Sepertinya nggak ada orang lain lagi di sini," sahut Shinta.Zakki mengelus hidungnya. Semalam benar-benar indah sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia menggendong Jose, lalu menciumnya dan berkata, "Mama akan segera pulang, jangan panggil Nona Liz lagi."Jose masih kecil, tetapi sangat cerdas. Dia berucap, "Papa suka Nona Liz."Bukan hanya Zakki, tetapi Shinta juga tertawa mendengarnya. Shinta berujar, "Didikanmu ini kurang baik, anak-anak jadi pintar mengejek. Annika pasti marah nanti."Zakki tersenyum lembut sambil menimpali, "Aku akan membujuknya nanti."Mata Shinta seketika berkaca-kaca. Namun, dia tiba-tiba teringat pada Satya sehingga merasa cemas kembali.Shinta bukan anak muda yang tidak berpengalaman, apalagi dia melihat
Saat ini sudah sore hari. Cahaya matahari terbenam yang berwarna oranye menembus jendela besar kamar dan mengenai wajah Annika. Dia menatap Ariel dengan tenang. Gadis kecil ini sangat cantik, tetapi masih ada sesuatu yang membuat Annika sangat menyukainya. Hanya saja, Annika sendiri tidak tahu itu apa.Sesaat kemudian, Annika mengelus kepala Ariel dan berkata dengan jujur, "Benar, aku menyukai ayahmu."Ariel menulis dengan gembira sambil menyahut, "Liz, kamu tenang saja. Aku dan Jose nggak akan menjadi penghalang hubungan kalian. Kalau kalian menikah, kami bisa menjadi anak kecil pembawa bunga."Ariel menengadah, lalu menatap Annika lekat-lekat dan melanjutkan, "Kami juga nggak keberatan kalau harus memanggilmu mama sekarang."Annika seketika kehabisan kata-kata. Saat ini, terdengar suara mesin mobil dari halaman. Mungkin, Zakki sudah pulang.Zakki memarkirkan mobilnya dan mematikan lampu mobil. Setelah turun, dia baru merasa dingin. Hanya tersisa sedikit cahaya matahari terbenam di uj
Annika menerima kartu itu dan mengamati sekilas. Kartu berlian VIP ini tentu berbeda dari kartu bank biasa. Yang Annika pikirkan adalah Zakki tidak membuatkannya kartu bank baru, melainkan membiarkannya menggunakan kartunya. Ini ... sungguh romantis.Namun, Annika tidak berani menerimanya sehingga berkata dengan lirih, "Kita baru kenal 3 bulan, ini sudah terlalu cepat."Zakki mengelus wajahnya dan membalas, "Kita sudah melakukan itu, mana termasuk cepat lagi?"Wajah Annika seketika memerah. Zakki membantunya menyimpan kartu itu, lalu menciumnya dan meneruskan, "Sebenarnya, ini kartu untuk gajiku. Jadi presdir juga mendapat gaji, belum termasuk dividen. Gaji tahunan sekitar 40 miliar ada di sana semua. Kamu sudah merasa seperti nyonya besar belum?"Semua wanita akan tersentuh saat diperlakukan seperti ini. Annika pun tidak menolak lagi. Dengan demikian, hubungan mereka melangkah makin jauh.Ketika membawa Annika turun untuk makan, Zakki menggenggam tangannya dengan erat. Annika tentu ta
Jantung Annika sontak berdetak kencang. Dia tidak pernah menyangka Zakki akan meminta anak darinya!Zakki telah memiliki sepasang anak, apalagi Ariel baru berusia 8 tahun. Gadis kecil ini mungkin tidak menginginkan adik lagi. Selain itu, kesenjangan status yang besar juga membuat Annika tidak berani membayangkan hal seperti ini.Annika menatapnya, lalu memanggil dengan agak lirih, "Zakki."Zakki tidak berbicara, hanya mengelus wajah Annika. Malam sangat sunyi dan hanya ada mereka di mobil, jadi sulit untuk tidak memikirkan kejadian semalam. Sesaat kemudian, Annika yang tidak tahan lagi pun memalingkan wajahnya dan mengingatkan, "Lampunya sudah hijau."Zakki pun terkekeh-kekeh. Dia menginjak pedal gas, tetapi bukan menuju ke apartemen, melainkan tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko obat.Zakki melepaskan sabuk pengamannnya dan berkata, "Aku pergi beli sesuatu dulu."Annika tidak terlalu peduli. Setelah Zakki turun, dia hanya duduk sembari menatap punggung Zakki. Hingga saat ini, dia
Annika membelai leher Zakki. Kulit pria ini sangat kering. Butiran keringat menetes ke jakun Zakki, membuatnya terlihat makin seksi.Annika mendesah sambil berucap dengan suara rendah, "Zakki, pelan sedikit ...."Tidak bisa! Zakki tidak bisa melambatkan gerakannya. Namun, demi menjaga perasaan Annika, dia meraih pergelangan tangan Annika dan melingkarkannya di pinggangnya.Zakki menurunkan sedikit kecepatannya, lalu menunduk menatap Annika dan memaksa wanita itu untuk menatapnya juga. Kemudian, Zakki mencium bibir Annika dan mengucapkan kalimat yang menggoda, "Annika, lihat aku. Kamu akan merasa makin nyaman kalau melihatku."Annika tidak berani menatapnya, apalagi melihat adegan intim mereka sendiri. Ketakutan dan hasrat yang bercampur menjadi satu membuat Zakki makin bergairah melihatnya. Apalagi, dia sudah lama tidak melakukannya bersama Annika dan belum terlalu puas semalam.Zakki menjadi makin berhasrat, suasana menjadi makin panas. Ketika hendak mencapai klimaks, Annika memeluk Z
"Ma ... Liz?" panggil Ariel dengan sangat lirih. Dia hampir tidak bisa menahan tangisannya.Bibir Annika tampak sedikit bergetar. Dia memeluk Ariel dengan lembut tanpa bertanya atau bicara apa pun. Faktanya, hanya ada satu alasan dirinya bisa berada di sisi Zakki dan diperlakukan dengan begitu baik.Yaitu dirinya adalah istri Zakki! Annika menahan emosinya yang bergolak, lalu menggandeng tangan Ariel dan memberi tahu sopir bahwa mereka akan naik taksi.Sopir itu meminta arahan dari Zakki sebelum menyetujui permintaan Annika. Annika pun mengelus pipi Ariel sambil berkata, "Ayo, kita pergi makan."Annika mengambil tas Ariel, sedangkan Ariel menggandeng tangannya dengan erat. Pada saat yang sama, gadis kecil ini membatin, 'Mama sudah pulang!'Annika memilih restoran kelas atas. Begitu dia melangkah masuk, seorang pelayan terperangah dan memanggil, "Bu Annika!"Ariel tercengang. Sementara itu, Annika yang tersadar dari keterkejutannya segera bertanya dengan lembut, "Kamu kenal aku?"Manaje
Beberapa menit kemudian, dia dan Yoyok kembali ke kafe. Ariel duduk di sofa samping sambil membaca buku, tetapi dia sangat memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Yoyok menoleh melihat Ariel, hatinya merasa sangat kecewa.Dulu, Ariel selalu memanggilnya "Paman Yoyok" dengan sangat akrab. Namun sekarang Ariel sudah melupakan semuanya. Yoyok menarik kembali pandangannya dan berkata pada Annika, "Dia sudah dewasa ya!"Yoyok memandang Annika dengan tatapan yang rumit. Jika bukan karena Annika lupa ingatan, mana mungkin dia akan duduk dan minum kopi bersama Yoyok seperti sekarang. Dulu Annika begitu membenci Yoyok. Yoyok ingat sekali malam itu Annika ingin menabrak Yoyok hingga mati.Annika menebak identitasnya sendiri. Dia mengaduk kopinya dengan perlahan, lalu berkata dengan suara pelan, "Maaf, aku sudah lupa kejadian masa lalu! Dalam ingatanku nggak ada kamu .... Sepertinya kita nggak punya masalah asmara, 'kan?"Yoyok mendongak dengan perlahan. Di bawah sinar lampu yang redup, sudut
Saat Annika tersadar kembali, dia sudah berada di rumah sakit. Cahaya lampu yang menyilaukan membuatnya tidak bisa membuka matanya. Setelah berusaha beradaptasi dengan cahaya itu, Annika baru melihat Zakki yang sedang berjaga di samping tempat tidurnya. Zakki sedang mengenakan jas, sepertinya dia baru datang dari kantor.Pada saat ini, mata Zakki tampak memerah. Annika menoleh ke arah jendela dan melihat langit sudah gelap. Dia bertanya, "Jam berapa sekarang?""Jam satu subuh!" jawab Zakki dengan suara serak. Dia mendekat dan mengelus wajah Annika sambil mengamatinya dengan fokus. Meskipun mereka telah bersama dan melakukan hubungan intim, kini semuanya telah berbeda.Tatapan Zakki terhadapnya bukan hanya sekadar perasaan cinta antara pria dan wanita, tetapi juga kelembutan seorang suami .... Hanya saja, semakin lembut Zakki memperlakukannya, Annika justru merasa semakin sedih.Shilla telah menjadi duri dalam hatinya.Annika masih berbaring di bantalnya, sedangkan Zakki menghela napas