"Kamu masih ingin menjaga kesucian untuk seseorang yang nggak pernah ada?" tanya Zakki.Annika tidak menanggapi. Dia merendahkan diri sendiri sambil mendambakan kelembutan Zakki. Ternyata, semudah ini untuk jatuh ke pelukan orang.Tiba-tiba, Annika menempelkan wajahnya ke leher Zakki. Dia baru sadar bahwa pria ini demam ....Zakki sakit karena operasi yang dilakukannya untuk Ariel. Pria ini juga tidak merawat diri dengan baik setelah kehujanan waktu itu. Itu sebabnya, dia demam tinggi.Annika memanggil dokter ke vila untuk memberi Zakki suntikan pereda demam. Untungnya, demam Zakki mereda pada pagi hari, tidak lagi mencapai 39 derajat.Annika menghela napas lega melihatnya. Zakki yang memakai piama bersandar di ranjang. Dia ingin mandi, tetapi dihentikan oleh Annika. "Dokter bilang nggak boleh mandi sebelum demamnya reda. Kamu berbaring saja, aku masak bubur untukmu."Annika jarang-jarang bersikap perhatian seperti ini. Zakki pun memandangnya begitu saja. Rambut hitamnya yang berkilau,
Zakki memahami pergumulan hati Annika. Seorang wanita yang hilang ingatan sedang bermesra-mesraan dengan atasannya. Apalagi, Annika tidak ingat apa pun tentang hubungan intim mereka.Annika merasa takut, dia bahkan tidak tahu bagaimana dirinya menenangkan diri. Jika benar-benar tidak tahan lagi, dia akan menggigit bahu Zakki. Zakki tentu kesakitan, tetapi semua itu tidak berarti jika dibandingkan dengan perasaan bahagia karena mendapatkan Annika kembali.Zakki menunduk, menatap wanita di pelukannya. Annika tampak gemetaran. Melihat ini, Zakki tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Kita belum melakukannya dengan serius, tapi kamu sudah merasa begitu nyaman?"Annika tidak punya tenaga untuk menjawab. Setelah suasana kembali tenang, Zakki bersandar di sofa dan menghabiskan bubur tanpa peduli pada hasrat sendiri. Tidak ada yang ingin merusak ketenangan ini.Setelah buburnya habis, Zakki berkeringat dan merasa jauh lebih baik. Mungkin karena terlalu bersemangat tadi, dia sama sekali tidak
Annika bukan wanita sembarangan sehingga tidak akan memohon agar Zakki membuat langkah selanjutnya. Malam harinya, Annika bersandar di pelukan Zakki, mendengarkan detak jantungnya dengan tenang."Lagi mikir apa?" Zakki memeluknya dan meneruskan dengan lembut, "Malam ini kamu berbeda dari biasanya."Annika menutupi kesedihannya dengan membalas, "Mungkin karena kita sudah mau pergi dari sini, tempat ini lumayan bagus."Zakki terkekeh-kekeh dan berujar, "Kalau kamu suka, kita bisa tinggal di sini beberapa hari lagi. Kita bawa Ariel dan Jose, oke?"Annika tidak berbicara lagi, melainkan membenamkan wajahnya ke leher Zakki. Dia sudah bertekad untuk pergi. Mungkin Zakki akan marah, tetapi pria seangkuh Zakki tidak mungkin mempertahankan wanita. Apalagi, Annika merasa dirinya tidak begitu penting di hati Zakki dan Zakki masih memiliki wanita lain.Meskipun telah bertekad untuk pergi, Annika tetap saja merasakan keengganan dari lubuk hatinya. Malam ini, dia tidak bisa tidur. Dia terus memandan
Air hujan menetes ke wajah dan bulu matanya. Annika mengedipkan matanya perlahan dan mendongak menatap Zakki. Zakki memegang wajahnya yang dingin dan berkata dengan suara yang serak dan mengintimidasi, "Nggak pernah ada yang lain! Selain kamu, aku nggak pernah bersama orang lain lagi! Kamu nggak perlu merasa tertekan bersamaku, kamu nggak pernah berkhianat pada siapa pun."Annika meremas kertas itu dan meletakkan di hadapannya dengan perlahan. Beberapa saat kemudian, bibirnya mulai gemetar. Ternyata dia tidak punya suami! Akan tetapi, apakah Annika bisa menerima Zakki hanya dengan begitu? Sebab, Annika sama sekali belum pernah menanyakan apakah Zakki benar-benar serius padanya, atau hanya mempermainkannya ....Di tengah hujan, Zakki mengelus wajah mungil Annika dan memandangnya dengan tatapan tajam yang penuh Hasrat. Setelah itu, Zakki menciumnya dengan kasar. Dia memeluk Annika dan menatap bibirnya yang gemetaran sambil bergumam, "Kamu benar-benar nggak menyukaiku? Kamu bohong! Saat i
Hujan di luar masih terus mengguyur dengan lebatnya. Dalam ruangan yang sempit itu terdengar suara ranjang yang dientakkan dan erangan. Ditambah dengan suara napas pria itu yang memburu dan desahan wanita .... Suara ini membuat orang yang mendengarkannya merasa malu.Saat berada di puncak klimaks, Annika mengelus wajah tampan pria itu. Dia tahu bahwa pria yang berstatus seperti Zakki ini tidak akan menipunya. Informasi yang diberikannya juga pasti benar .... Ternyata Annika masih belum menikah.Namun, dia tetap saja merasa agak ragu.Saat Zakki hendak melanjutkan aksinya lagi, Annika merangkul lehernya untuk menghentikannya. Dengan suara penuh keraguan, dia bertanya, "Aku .... Ada stretchmark di perutku." Annika tetap tidak bisa melupakan hal ini.Saat ini Zakki sedang di puncak gairah, tentu saja dia tidak bisa berhenti begitu saja. Namun karena mempertimbangkan perasaan Annika, Zakki mengelus wajahnya dan bertanya dengan lembut, "Coba kulihat?"Annika mengiakannya. Di saat lampu ruan
Zakki mencium pipinya, lalu berkata dengan lembut, "Aku yang masak! Selain itu ... lain kali panggil aku Zakki."Annika merasa tidak terbiasa. Dia ingin bangkit, tetapi malah dipeluk oleh Zakki dengan selimut dan menciumnya beberapa kali. "Sudah capek seharian, kamu tidur saja dulu. Setelah makanannya selesai disiapkan, aku akan memanggilmu."Sejak hilang ingatan, Annika telah banyak menderita. Dia tidak pernah membayangkan akan mendapat perlakuan selembut ini suatu hari, apalagi dari seorang pria yang memiliki status seperti Zakki. Annika memandang Zakki dengan mata berkaca-kaca.Hati Zakki terasa agak perih. Dia menunduk dan mengecup mata Annika, lalu mengenakan bajunya yang telah dikeringkan dan berjalan ke dapur. Annika memang selalu masak sendiri, sehingga bahan di kulkasnya juga sangat lengkap.Zakki memasak dua piring nasi goreng dan sup. Saat kembali ke kamar, Zakki melihat Annika yang telah tertidur pulas karena kelelahan. Kemudian, dia keluar untuk membeli salep. Zakki juga m
Zakki mengeluarkan sebatang rokok lagi, tapi tidak menyalakannya. Dia memandang Annika dengan tatapan rumit. Annika takut Zakki akan marah, sehingga dia berusaha membujuk Zakki dengan nada lembut, "Aku punya gaji! Sebelumnya aku nggak rela menghabiskan uang, tapi sekarang aku bisa atur keuanganku sekarang! Aku sewa apartemen yang lebih besar ... ya?"Annika sangat menyukai Zakki. Demi perasaannya itu, Annika rela menurunkan gengsinya. "Lagi pula, sekarang aku nggak punya apa-apa. Biarkan aku menabung sedikit dulu agar aku bisa membeli apartemen kelak."Ucapannya ini berhasil membujuk Zakki. Dengan jari yang masih tetap memegang rokoknya, Zakki mendekat pada Annika dan menciumnya. Kemudian, dia bergumam dengan pelan, "Aku yang atur apartemennya! Nggak boleh nolak!"Karena tidak ingin membuat Zakki kecewa, Annika pun langsung menyetujuinya. Setelah itu, Zakki kembali mencium Annika sejenak, lalu menepuk bokongnya dan menyuruhnya untuk mencuci piring. Zakki tidak menggunakan nada memerint
Setelah menutup panggilan tersebut, Zakki berjalan masuk kembali ke rumah. Saat itu Annika sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan di dapur. Dia memakai pakaian rumahan berwarna cerah dengan rambut yang diikat asal-asalan, menampakkan lehernya yang ramping dan mulus. Sinar matahari menembus jendela dan membuatnya terlihat sangat lembut dan menawan.Zakki memeluknya dari belakang dan mencium lehernya. "Aku ada urusan penting, jadi nggak sempat sarapan lagi. Kartu akses dan alamat apartemennya akan kutuliskan untukmu. Kalau ada waktu, pergilah lihat-lihat. Lusa aku akan bantu kamu untuk pindahan."Annika mengiakannya. Setelah itu, Zakki menciumnya lagi dan menimpali dengan lembut, "Kalau kakimu sakit, nggak usah ke kantor lagi."Annika langsung menyergah, "Nggak sakit lagi!"Zakki menatapnya dengan penuh makna, "Nggak sakit ...."Annika langsung mendorongnya dan berbisik, "Bukannya kamu bilang ada urusan penting? Cepat pergi."Zakki tiba-tiba menggendong Annika dan meletakkannya di me