Zakki bertanya dengan ekspresi datar, "Kalau begitu, berapa yang kamu mau? Empat puluh juta? Atau 400 juta?"Annika murka hingga melayangkan tamparan kepada Zakki. Namun, dia seketika merasa menyesal. Pria seperti ini tidak bisa disinggung. Bagaimana jika Zakki membalas dendam?Sebenarnya, tamparan Annika juga tidak keras, Zakki sama sekali tidak peduli. Pria itu meraba-raba wajahnya dan bertanya dengan tatapan antusias, "Empat juta untuk sekali ciuman, gimana?"Apa-apaan pria ini? Annika sungguh tidak memahaminya. Zakki mundur selangkah, lalu bersandar di dinding dan mengeluarkan rokok dari sakunya. Dia mengisapnya dua kali, menengadah menatapnya, dan terkekeh-kekeh sebelum meneruskan, "Kenapa masih belum pergi? Menungguku melanjutkan, ya?"Annika sungguh geram. Dia tidak lagi meladeni Zakki, melainkan bergegas kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Dengan tubuh bersandar di pintu, Annika merasa kakinya masih lemas. Dia tidak bisa melupakan momen saat Zakki menciumnya.Tangannya yang
Begitu pintu dibuka, orang yang masuk adalah manajer departemen personalia. Wanita ini tampak berusia 40-an tahun dan mengenakan pakaian formal. Dia berjalan ke depan Annika, lalu memeriksa data pribadi Annika dengan santai.Sesaat kemudian, manajer itu baru bertanya, "Kamu bisa bahasa asing?""Bisa sedikit," jawab Annika sambil menggigit bibirnya.Manajer itu memberikan sebuah dokumen dan berkata dengan nada datar, "Ada tiga bahasa asing di dokumen itu, coba bacakan."Annika meliriknya sekilas. Ternyata tidak sulit, jadi dia membaca semuanya sesuai instruksi. Manajer itu pun cukup terkejut melihatnya.Kemudian, manajer itu berdiri dan menyuruh Annika untuk menunggu. Sekitar 5 menit kemudian, dia kembali dan memanggil dengan ekspresi tegas, "Ikut aku."Annika merasa agak gugup. Manajer itu memperlambat langkah kakinya dan menjelaskan, "Pak Presdir butuh sekretaris, jadi aku merekomendasikanmu kepada Sekretaris Dania. Aku akan membawamu untuk wawancara. Ingat, Pak Presdir suka bawahan y
Annika seketika merasa dirinya telah salah paham pada Zakki. Dia hendak menjelaskan, "Pak, aku ...."Zakki bersandar di kursinya dengan santai dan menyela dengan dingin, "Nggak perlu dijelaskan. Langsung keluar saja kalau nggak mau pekerjaan ini, aku mau istirahat."Sikap Zakki terlihat sangat tegas tanpa belas kasihan. Kini, Annika baru menyadari dirinya sedang berada di perusahaan Zakki. Pria ini adalah Presdir Grup Ruslan yang memiliki banyak bawahan dan bukan lagi pria mesum yang ditemuinya di hotel.Annika tidak bisa berlama-lama di sini. Setelah membuka pintu dan berada di luar, dia baru merasa agak lega. Dia tentu tidak tahu bahwa Zakki terus menatap pintu dengan mata yang perlahan-lahan menjadi basah.Di luar, manajer itu mendekati Annika dan menegur, "Kenapa kamu nggak menghargai kesempatan emas ini? Apa kamu tahu betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang? Entah berapa banyak gadis muda yang ingin belajar di sisi Pak Presdir.""Aku bukan gadis muda lagi!" bantah
Keesokan harinya, Annika datang ke Grup Ruslan lagi. Kali ini, yang membawanya masuk adalah Dania. Annika bisa menilai bahwa Dania memiliki posisi tinggi di perusahaan ini, karena semua orang yang melihatnya pasti menyapanya.Dania memperlakukan Annika dengan baik. Sambil berjalan, dia berkata, "Pak Presdir adalah kakak kelasku, aku sudah bekerja dengannya selama 10 tahun."Annika mengangguk. Dania langsung membawanya mengambil seragam. Para sekretaris memang mendapatkan seragam, yaitu kemeja dan rok selutut. Modelnya sangat pas badan, kualitasnya sangat bagus."Cocok sekali, seragam ini seperti dibuat khusus untukmu," puji Dania setelah Annika memakainya. Kemudian, dia melihat jam di tangannya dan meneruskan, "Aku harus menghadiri rapat nanti, kamu pergi saja ke ruang kantor Pak Presdir. Dia mungkin sudah mengatur pekerjaan untukmu. Mulai hari ini, kamu sah bekerja di Grup Ruslan."Annika cukup terkejut. Dia mengira dirinya harus melewati pelatihan dua bulan dulu untuk bekerja di peru
Menyetir? Bukankah ini pekerjaan sopir? Sebelum Annika sempat berbicara, Zakki meneruskan dengan nada datar, "Kalau kamu nggak mau ...."Annika buru-buru mengambil kunci mobil itu. Mereka sama-sama turun dengan lift khusus, lalu berjalan berdampingan. Semua karyawan menatap mereka dengan tatapan rumit.Annika mengira ini karena sikapnya yang terkesan lancang sehingga bergegas berhenti sejenak dan berjalan di belakang Zakki. Melihat ini, Zakki tidak mengatakan apa-apa.Setelah naik ke mobil, Zakki memejamkan matanya dan bersandar di kursi. Wajahnya yang disinari lampu redup terlihat sangat tampan ....Annika tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Pak, kamu nggak duduk di belakang?"Zakki membuka matanya, lalu melirik Annika sekilas dan memejamkan mata kembali. Dia menimpali, "Aku duduk di sini saja."Annika merasa pria ini sulit sekali untuk dilayani. Kemudian, Zakki menyerahkan ponselnya kepada Annika dan berkata, "Aku sudah membuka GPS. Lagian, kamu juga harus menemui keluargaku kar
Annika tersenyum. Ariel memeluk pinggang ayahnya, lalu mengerlingkan bola mata dan berseru, "Kalau begitu, aku akan memanggilmu Liz. Semua mantan sekretaris ayahku pasti kuberi nama baru, mereka semua punya payudara besar dan pinggang ramping. Semuanya ingin menggoda ayahku dan menjadi ibuku!"Ariel bukan hanya berbicara, tetapi jarinya menunjuk Annika sambil bergerak-gerak. Annika tidak bisa berkata-kata. Sementara itu, Zakki menunduk dan menegur dengan tegas, "Ariel! Minta maaf pada Sekretaris Annika!"Ariel mencebik. Kemudian, dia baru meminta maaf dengan sungguh-sungguh, "Maaf, aku nggak seharusnya memberimu nama lain, apalagi menyuruhmu membuka baju dan tidur bersama ayahku."Permintaan maafnya ini sama sekali tidak tulus. Zakki memegang dahinya dengan tidak berdaya, lalu berucap dengan penuh kasih sayang, "Pergi kerjakan tugasmu. Aku akan menyuruh Liz ... Sekretaris Annika memeriksanya nanti."Mata Ariel sontak berbinar-binar. Dia berlari masuk dengan cepat. Sesudah Ariel masuk,
Zakki melirik Annika sekilas, lalu mengambil jubah mandi dari lemari dan berkata, "Semoga kamu bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik. Dulu, istriku selalu bilang aku sulit sekali untuk dilayani.""Apa hubungan kalian sangat baik?" tanya Annika tiba-tiba. Begitu melontarkannya, dia seketika merasa menyesal.Sesuai dugaannya, Zakki langsung memasang ekspresi dingin dan menyahut, "Ini bukan urusanmu."Annika merasa sangat malu, seperti malam itu di hotel. Hanya saja, dia benar-benar membutuhkan pekerjaan ini sehingga harus menahan segalanya.Annika membuka lemari, mulai memilih pakaian untuk Zakki. Karena ini acara formal, dia memilih setelan berwarna abu gelap dan dipadukan dengan kemeja biru muda.Ketika menyetrika, Annika mencium aroma yang sangat familier, bahkan merasa semua yang ada di sini tidak asing baginya. Dia seperti telah melakukan hal ini ribuan kali dalam mimpinya.[ Zakki, aku ingin bekerja di luar. ][ Zakki, kamu di mana? ][ Kalau butuh uang, cari saja Sekretaris Dan
Annika tidak bodoh, jelas memahami maksud Zakki. Zakki ingin dirinya menjadi wanita simpanan! Asalkan bersedia bercinta dengannya, Zakki akan memberikan berapa pun uang yang diinginkannya! Annika bahkan tidak perlu bekerja 12 jam lagi dan bisa melewati kehidupan yang santai!Namun, Annika tidak menginginkan hal seperti itu .... Dia menyahut dengan suara bergetar, "Aku pernah punya suami dan anak, aku terpisah dari mereka, aku sedang mencari mereka! Pak, kamu tampan dan kaya. Kamu bisa mendapatkan semua wanita yang kamu inginkan. Tapi, aku hanya punya mereka. Jadi, aku nggak bisa melayanimu."Sorot mata Zakki tampak mendalam. Dia sontak membungkuk, lalu menggendong Annika ke lemari pajangan kaca. Sentuhan dingin itu pun membuat Annika panik. Sebelum dia sempat bereaksi, Zakki sudah membuka pakaian Annika.Di balik kemeja putih, terlihat bra hitam. Di bawahnya adalah perut Annika yang rata dan kencang, disertai bekas luka samar akibat melahirkan. Pria yang pernah menikah pasti memahami m