Zakki telah kembali ke vila. Shinta dan anak-anak masih belum makan malam. Ariel sedang serius mengerjakan tugasnya, sedangkan Jose sedang bermain lego dan Shinta duduk di samping untuk menemani mereka.Di depan pintu, terdengar suara langkah kaki, diikuti dengan Zakki yang berjalan masuk. Dia tidak melepas sepatunya terlebih dahulu seperti biasanya. Zakki langsung masuk dan menggendong Jose, lalu berjalan ke samping Ariel. "Ayo kita lihat tugas Kakak," ajaknya.Shinta menimpali, "Dia serius sekali mengerjakan tugasnya! Tadi dia bahkan latihan biola."Ariel mengangkat pandangannya dan tersenyum malu. Zakki mengelus kepalanya dan berkata dengan lembut, "Ayo makan dulu, habis makan baru dilanjutkan lagi!"Sambil berbicara, para pembantu juga sudah mulai menyajikan hidangan. Tadinya Shinta sangat khawatir Zakki akan bersedih karena hari ini adalah hari ulang tahun Annika. Kini saat melihat suasana hati Zakki yang begitu bergembira, dia merasa Zakki berbeda seperti biasanya. Biasanya Zakki
Suasana hati Zakki sangat rumit saat ini. Dia merasa bangga sebagai ayah, tapi juga merasa bersalah pada anak-anaknya. Jelas-jelas Annika adalah ibu mereka, tapi dia malah harus mengajari mereka untuk berpura-pura tidak kenal dengan ibunya.Akan tetapi, Ariel justru sangat gembira. Dia sudah terlalu merindukan ibunya. Selama setahun ini, Ariel bahkan tidak berani berharap ibunya akan kembali lagi. Malam ini, Ariel tertidur dengan senyuman manis.Zakki duduk di samping tempat tidurnya dan menatapnya dalam waktu yang lama.Setelah kembali ke kamar, Zakki mandi dan berbaring di ranjangnya. Namun, dia tidak bisa tidur sama sekali. Kebetulan saat ini Dania mengirimkan sebuah pesan padanya. Detektif swasta telah mengikuti Annika dan mengambil beberapa fotonya serta alamatnya saat ini ... sebuah penginapan yang sangat sederhana.Melihatnya, hati Zakki terasa sedih. Penginapan semurah ini tentu lingkungannya juga tidak akan bagus. Annika dimanjakan sejak kecil, dia bahkan tidak berani naik sep
Namun karena Annika memang ada keperluan dengan Zakki, pada akhirnya dia menghimpun keberanian untuk menghampiri Zakki. Saat berdiri di hadapannya, Annika baru menyadari seberapa tingginya pria itu. Annika hanya setinggi bahunya, sehingga dia harus menengadah saat berbicara dengan Zakki. Dengan ragu-ragu, Annika bertanya, "Apakah kamu yang meletakkan uang di dompetku?"Zakki tidak menyangkal, "Ya, anggap saja itu adalah kompensasi dariku."Annika berkata dengan suara pelan, "Pak, kamu nggak bersalah padaku! Aku nggak bisa terima uang itu, aku akan pulang untuk mengambilnya dan mengembalikannya padamu."Zakki hanya menatapnya dengan diam. Annika telah lupa ingatan, tetapi sifatnya masih tetap sama. Dia tidak suka mengambil keuntungan dari orang lain, juga tidak suka berutang budi kepada orang lain. Annika adalah orang yang suka memperhitungkan segalanya dengan jelas.Zakki tidak menginginkan uang itu, tapi dia tetap mengikuti Annika karena melihat reaksinya yang tergesa-gesa. Saat resep
Zakki bertanya dengan ekspresi datar, "Kalau begitu, berapa yang kamu mau? Empat puluh juta? Atau 400 juta?"Annika murka hingga melayangkan tamparan kepada Zakki. Namun, dia seketika merasa menyesal. Pria seperti ini tidak bisa disinggung. Bagaimana jika Zakki membalas dendam?Sebenarnya, tamparan Annika juga tidak keras, Zakki sama sekali tidak peduli. Pria itu meraba-raba wajahnya dan bertanya dengan tatapan antusias, "Empat juta untuk sekali ciuman, gimana?"Apa-apaan pria ini? Annika sungguh tidak memahaminya. Zakki mundur selangkah, lalu bersandar di dinding dan mengeluarkan rokok dari sakunya. Dia mengisapnya dua kali, menengadah menatapnya, dan terkekeh-kekeh sebelum meneruskan, "Kenapa masih belum pergi? Menungguku melanjutkan, ya?"Annika sungguh geram. Dia tidak lagi meladeni Zakki, melainkan bergegas kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Dengan tubuh bersandar di pintu, Annika merasa kakinya masih lemas. Dia tidak bisa melupakan momen saat Zakki menciumnya.Tangannya yang
Begitu pintu dibuka, orang yang masuk adalah manajer departemen personalia. Wanita ini tampak berusia 40-an tahun dan mengenakan pakaian formal. Dia berjalan ke depan Annika, lalu memeriksa data pribadi Annika dengan santai.Sesaat kemudian, manajer itu baru bertanya, "Kamu bisa bahasa asing?""Bisa sedikit," jawab Annika sambil menggigit bibirnya.Manajer itu memberikan sebuah dokumen dan berkata dengan nada datar, "Ada tiga bahasa asing di dokumen itu, coba bacakan."Annika meliriknya sekilas. Ternyata tidak sulit, jadi dia membaca semuanya sesuai instruksi. Manajer itu pun cukup terkejut melihatnya.Kemudian, manajer itu berdiri dan menyuruh Annika untuk menunggu. Sekitar 5 menit kemudian, dia kembali dan memanggil dengan ekspresi tegas, "Ikut aku."Annika merasa agak gugup. Manajer itu memperlambat langkah kakinya dan menjelaskan, "Pak Presdir butuh sekretaris, jadi aku merekomendasikanmu kepada Sekretaris Dania. Aku akan membawamu untuk wawancara. Ingat, Pak Presdir suka bawahan y
Annika seketika merasa dirinya telah salah paham pada Zakki. Dia hendak menjelaskan, "Pak, aku ...."Zakki bersandar di kursinya dengan santai dan menyela dengan dingin, "Nggak perlu dijelaskan. Langsung keluar saja kalau nggak mau pekerjaan ini, aku mau istirahat."Sikap Zakki terlihat sangat tegas tanpa belas kasihan. Kini, Annika baru menyadari dirinya sedang berada di perusahaan Zakki. Pria ini adalah Presdir Grup Ruslan yang memiliki banyak bawahan dan bukan lagi pria mesum yang ditemuinya di hotel.Annika tidak bisa berlama-lama di sini. Setelah membuka pintu dan berada di luar, dia baru merasa agak lega. Dia tentu tidak tahu bahwa Zakki terus menatap pintu dengan mata yang perlahan-lahan menjadi basah.Di luar, manajer itu mendekati Annika dan menegur, "Kenapa kamu nggak menghargai kesempatan emas ini? Apa kamu tahu betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang? Entah berapa banyak gadis muda yang ingin belajar di sisi Pak Presdir.""Aku bukan gadis muda lagi!" bantah
Keesokan harinya, Annika datang ke Grup Ruslan lagi. Kali ini, yang membawanya masuk adalah Dania. Annika bisa menilai bahwa Dania memiliki posisi tinggi di perusahaan ini, karena semua orang yang melihatnya pasti menyapanya.Dania memperlakukan Annika dengan baik. Sambil berjalan, dia berkata, "Pak Presdir adalah kakak kelasku, aku sudah bekerja dengannya selama 10 tahun."Annika mengangguk. Dania langsung membawanya mengambil seragam. Para sekretaris memang mendapatkan seragam, yaitu kemeja dan rok selutut. Modelnya sangat pas badan, kualitasnya sangat bagus."Cocok sekali, seragam ini seperti dibuat khusus untukmu," puji Dania setelah Annika memakainya. Kemudian, dia melihat jam di tangannya dan meneruskan, "Aku harus menghadiri rapat nanti, kamu pergi saja ke ruang kantor Pak Presdir. Dia mungkin sudah mengatur pekerjaan untukmu. Mulai hari ini, kamu sah bekerja di Grup Ruslan."Annika cukup terkejut. Dia mengira dirinya harus melewati pelatihan dua bulan dulu untuk bekerja di peru
Menyetir? Bukankah ini pekerjaan sopir? Sebelum Annika sempat berbicara, Zakki meneruskan dengan nada datar, "Kalau kamu nggak mau ...."Annika buru-buru mengambil kunci mobil itu. Mereka sama-sama turun dengan lift khusus, lalu berjalan berdampingan. Semua karyawan menatap mereka dengan tatapan rumit.Annika mengira ini karena sikapnya yang terkesan lancang sehingga bergegas berhenti sejenak dan berjalan di belakang Zakki. Melihat ini, Zakki tidak mengatakan apa-apa.Setelah naik ke mobil, Zakki memejamkan matanya dan bersandar di kursi. Wajahnya yang disinari lampu redup terlihat sangat tampan ....Annika tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Pak, kamu nggak duduk di belakang?"Zakki membuka matanya, lalu melirik Annika sekilas dan memejamkan mata kembali. Dia menimpali, "Aku duduk di sini saja."Annika merasa pria ini sulit sekali untuk dilayani. Kemudian, Zakki menyerahkan ponselnya kepada Annika dan berkata, "Aku sudah membuka GPS. Lagian, kamu juga harus menemui keluargaku kar