Pasir itu ditutup dengan baik, tidak ada bekas sedikit pun. Zakki termenung sangat lama sebelum akhirnya berdiri dan pergi dengan mata yang berlinang air mata .... Dalam hatinya berpikir, pada akhirnya dia hanya seorang manusia biasa yang tidak bisa melawan kehendak langit. Sebanyak apa pun harta yang dimilikinya, Zakki tetap tidak akan bisa menghidupkan kembali orang yang dicintainya.Seberapa kerasnya pun Zakki berusaha menolak kenyataan itu, dia tetap sadar bahwa kini Annika telah tiada. Kelak, tidak ada lagi Annika dalam hidupnya!....Sorenya, Zakki kembali ke perkotaan.Mobil hitamnya yang mahal itu melaju perlahan-lahan. Jendela di kursi penumpang belakang diturunkan setengah dan Zakki melihat awan di langit mulai bergerak dengan pelan. Wajahnya yang kurus itu tidak ada ekspresi apa pun.Zakki tidak melihat Annika yang sedang berdiri di ujung jalanan dengan wajah kebingungan. Annika kehilangan ingatannya dan tidak ada keluarga lagi. Dia hanya punya dua pasang baju dan sedikit ua
Saat Zakki bergegas menyusulnya, Annika sudah tidak ada di tempat itu. Pintu mobil mewah berwarna hitam itu terbuka dan seorang pria yang anggun turun dari mobil itu. Dia berdiri di sisi jalanan yang sama dengan ekspresi cemas mencari kekasihnya.Annika, di mana kamu ....Melalui jendela pertokoan, Annika melihat pria itu dalam diam. Wajah pria itu sangat tampan, pakaian yang dikenakannya juga kelihatannya sangat mahal. Pria itu juga menatap dirinya dengan antusias.Wajah pria itu terlihat sangat gugup, ekspresinya juga sangat rumit. Entah mengapa, Annika tiba-tiba merasa gugup. Saat menunduk melihat sepatu santai berwarna putih yang dikenakannya, lalu melihat keanggunan pria itu lagi, Annika hanya mengatupkan bibirnya. Dalam hatinya berpikir bahwa mereka pasti tidak saling mengenal. Dengan identitasnya ini, mana mungkin dia bisa kenal dengan pria seanggun itu?Hanya saja, tatapan pria itu benar-benar antusias seolah-olah bisa meluluhkannya kapan saja. Annika baru saja hendak pergi, ta
Pada saat ini, seorang perawat datang untuk mencabut jarum infusnya dan berkata dengan lembut, "Nona Annika, yang kami infus ini adalah vitamin. Setelah keluar dari rumah sakit nanti, Anda harus perhatikan kesehatan, tubuh Anda kekurangan gizi."Annika agak terkejut, dia merasa malu karena disebut kurang gizi. Pada akhirnya, dia hanya mengangguk mengiakannya. Perawat itu pun keluar dari ruangan sambil tersenyum tipis.Annika turun dari ranjang dan hendak membereskan barang-barangnya untuk keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, dia tetap merasa bersyukur terhadap kebaikan Zakki. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Kita kenal ya?"Zakki tidak langsung menjawabnya. Setelah merenung sejenak, dia baru berkata dengan pelan, "Kita hanya sebatas kenalan biasa."Annika langsung menghela napas lega. Namun pada saat bersamaan, dia merasa agak kecewa. Bahkan Annika sendiri juga tidak mengerti mengapa dia bisa merasa kecewa.Sebelum keluar dari rumah sakit, Annika pergi ke toilet terlebih dahulu. Di dep
Zakki telah kembali ke vila. Shinta dan anak-anak masih belum makan malam. Ariel sedang serius mengerjakan tugasnya, sedangkan Jose sedang bermain lego dan Shinta duduk di samping untuk menemani mereka.Di depan pintu, terdengar suara langkah kaki, diikuti dengan Zakki yang berjalan masuk. Dia tidak melepas sepatunya terlebih dahulu seperti biasanya. Zakki langsung masuk dan menggendong Jose, lalu berjalan ke samping Ariel. "Ayo kita lihat tugas Kakak," ajaknya.Shinta menimpali, "Dia serius sekali mengerjakan tugasnya! Tadi dia bahkan latihan biola."Ariel mengangkat pandangannya dan tersenyum malu. Zakki mengelus kepalanya dan berkata dengan lembut, "Ayo makan dulu, habis makan baru dilanjutkan lagi!"Sambil berbicara, para pembantu juga sudah mulai menyajikan hidangan. Tadinya Shinta sangat khawatir Zakki akan bersedih karena hari ini adalah hari ulang tahun Annika. Kini saat melihat suasana hati Zakki yang begitu bergembira, dia merasa Zakki berbeda seperti biasanya. Biasanya Zakki
Suasana hati Zakki sangat rumit saat ini. Dia merasa bangga sebagai ayah, tapi juga merasa bersalah pada anak-anaknya. Jelas-jelas Annika adalah ibu mereka, tapi dia malah harus mengajari mereka untuk berpura-pura tidak kenal dengan ibunya.Akan tetapi, Ariel justru sangat gembira. Dia sudah terlalu merindukan ibunya. Selama setahun ini, Ariel bahkan tidak berani berharap ibunya akan kembali lagi. Malam ini, Ariel tertidur dengan senyuman manis.Zakki duduk di samping tempat tidurnya dan menatapnya dalam waktu yang lama.Setelah kembali ke kamar, Zakki mandi dan berbaring di ranjangnya. Namun, dia tidak bisa tidur sama sekali. Kebetulan saat ini Dania mengirimkan sebuah pesan padanya. Detektif swasta telah mengikuti Annika dan mengambil beberapa fotonya serta alamatnya saat ini ... sebuah penginapan yang sangat sederhana.Melihatnya, hati Zakki terasa sedih. Penginapan semurah ini tentu lingkungannya juga tidak akan bagus. Annika dimanjakan sejak kecil, dia bahkan tidak berani naik sep
Namun karena Annika memang ada keperluan dengan Zakki, pada akhirnya dia menghimpun keberanian untuk menghampiri Zakki. Saat berdiri di hadapannya, Annika baru menyadari seberapa tingginya pria itu. Annika hanya setinggi bahunya, sehingga dia harus menengadah saat berbicara dengan Zakki. Dengan ragu-ragu, Annika bertanya, "Apakah kamu yang meletakkan uang di dompetku?"Zakki tidak menyangkal, "Ya, anggap saja itu adalah kompensasi dariku."Annika berkata dengan suara pelan, "Pak, kamu nggak bersalah padaku! Aku nggak bisa terima uang itu, aku akan pulang untuk mengambilnya dan mengembalikannya padamu."Zakki hanya menatapnya dengan diam. Annika telah lupa ingatan, tetapi sifatnya masih tetap sama. Dia tidak suka mengambil keuntungan dari orang lain, juga tidak suka berutang budi kepada orang lain. Annika adalah orang yang suka memperhitungkan segalanya dengan jelas.Zakki tidak menginginkan uang itu, tapi dia tetap mengikuti Annika karena melihat reaksinya yang tergesa-gesa. Saat resep
Zakki bertanya dengan ekspresi datar, "Kalau begitu, berapa yang kamu mau? Empat puluh juta? Atau 400 juta?"Annika murka hingga melayangkan tamparan kepada Zakki. Namun, dia seketika merasa menyesal. Pria seperti ini tidak bisa disinggung. Bagaimana jika Zakki membalas dendam?Sebenarnya, tamparan Annika juga tidak keras, Zakki sama sekali tidak peduli. Pria itu meraba-raba wajahnya dan bertanya dengan tatapan antusias, "Empat juta untuk sekali ciuman, gimana?"Apa-apaan pria ini? Annika sungguh tidak memahaminya. Zakki mundur selangkah, lalu bersandar di dinding dan mengeluarkan rokok dari sakunya. Dia mengisapnya dua kali, menengadah menatapnya, dan terkekeh-kekeh sebelum meneruskan, "Kenapa masih belum pergi? Menungguku melanjutkan, ya?"Annika sungguh geram. Dia tidak lagi meladeni Zakki, melainkan bergegas kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Dengan tubuh bersandar di pintu, Annika merasa kakinya masih lemas. Dia tidak bisa melupakan momen saat Zakki menciumnya.Tangannya yang
Begitu pintu dibuka, orang yang masuk adalah manajer departemen personalia. Wanita ini tampak berusia 40-an tahun dan mengenakan pakaian formal. Dia berjalan ke depan Annika, lalu memeriksa data pribadi Annika dengan santai.Sesaat kemudian, manajer itu baru bertanya, "Kamu bisa bahasa asing?""Bisa sedikit," jawab Annika sambil menggigit bibirnya.Manajer itu memberikan sebuah dokumen dan berkata dengan nada datar, "Ada tiga bahasa asing di dokumen itu, coba bacakan."Annika meliriknya sekilas. Ternyata tidak sulit, jadi dia membaca semuanya sesuai instruksi. Manajer itu pun cukup terkejut melihatnya.Kemudian, manajer itu berdiri dan menyuruh Annika untuk menunggu. Sekitar 5 menit kemudian, dia kembali dan memanggil dengan ekspresi tegas, "Ikut aku."Annika merasa agak gugup. Manajer itu memperlambat langkah kakinya dan menjelaskan, "Pak Presdir butuh sekretaris, jadi aku merekomendasikanmu kepada Sekretaris Dania. Aku akan membawamu untuk wawancara. Ingat, Pak Presdir suka bawahan y