Sambil memutar arah menuju vila Annika, Syamsul berkata, "Sebentar lagi kebetulan jam makan malam, Tuan bisa makan di sana. Masakan Nyonya memang paling cocok di lidah.""Banyak omong!" hardik Zakki.Zakki menaikkan jendela mobil, lalu menyandar ke sandaran kursi. Apa yang harus dikatakannya saat mereka bertemu nanti? Mereka baru berpisah tidak sampai 10 jam, tetapi Zakki merasa waktu telah berlalu lama sekali.Mobil hitam Zakki perlahan memasuki vila. Saat pintu mobil dibuka, langit sore sudah menggelap. Sesuai perkataan Syamsul, ini adalah jam makan malam. Aroma makanan yang membangkitkan selera tercium dari arah dapur vila.Di halaman rumput, Ariel sedang bermain bola dengan adiknya. Ketika melihat mobil Zakki, gadis kecil itu sontak berseru dengan gembira, "Ayah!"Baru berlari sebentar, Ariel mendadak teringat dengan Jose. Dia pun berbalik untuk menggendong adiknya, lalu kembali menghampiri Zakki. Kedua anak kecil itu mengelilingi sang ayah. Mereka memeluk lengan dan kakinya dengan
Annika menyemangati putrinya dengan lembut. Di bawah lampu kristal, dia tampak sangat elegan dengan gaun panjang yang dikenakannya. Rambut hitam panjangnya diikat ke atas, mengekspos separuh lehernya yang lembut.Dalam benak Zakki, Annika selalu lembut dan cantik. Biarpun kariernya melejit, dia tidak pernah terkesan sombong.Saat Zakki melamun menatapnya, Annika tanpa sengaja bertemu pandang dengan mata yang menyorot dalam itu. Namun, dia segera berpaling dengan tenang.....Zakki pergi pada pukul 10 malam. Annika turun dari lantai dua untuk mengantarnya. Setelah kursi rodanya sampai ke depan mobil, Zakki tidak langsung masuk. Dia bertanya dengan lembut, "Anak-anak sudah tidur?"Annika mengiakan pelan. Di bawah langit malam, hanya ada mereka berdua di sana. Zakki menatapnya sangat lama, lalu berujar lirih, "Aku sudah mengirim dokumen yang kamu tinggalkan ke laboratorium. Suratmu juga sudah kubaca ...."Bulan memancarkan sinar pucat. Zakki menatap Annika lekat-lekat. Setelah beberapa la
Annika merasakan tatapan Zakki dan menoleh ke arahnya. Matanya tidak memancarkan gejolak emosi berlebih, tetapi dia diam-diam menegakkan tubuhnya. Pria itu juga sedang memandangnya.Zakki memicingkan mata hitamnya dan berujar pada Dania, "Dorong aku ke sana."Dania mendorong kursi roda Zakki hingga ke depan Annika. Dia menyapanya dengan hangat, "Annika, sudah lama nggak bertemu!""Lama nggak bertemu," sahut Annika sambil tersenyum tipis, tetapi matanya masih tertuju pada Zakki.Pria di sebelahnya bertanya, "Bu Annika, siapa ini?"Annika menjawab dengan nada tenang, "Dia Pak Zakki, Presdir Grup Ruslan sekaligus mantan suamiku. Yang ini Dania, asisten Pak Zakki."Annika memperkenalkan mereka dengan sangat formal. Pria di sebelah Annika bernama Bryan Sutanto. Dia baru pulang dari luar negeri dan berkeinginan menginvestasikan uangnya. Annika sedang berusaha menarik pria itu untuk berinvestasi di perusahaannya. Tak disangka, dia bertemu dengan Zakki di sini.Bryan adalah pria yang sangat so
Tentu saja Annika tidak ingin naik ke mobil Zakki. Sementara itu, Zakki menatap bunga mawar yang dipegang Annika, lalu bertanya, "Apa bunga itu pemberian Pak Bryan?"Annika yang membeli sendiri bunga itu, tetapi dia tidak akan mengakuinya. Annika hanya menjawab, "Siapa pun yang memberiku bunga ini nggak ada hubungannya dengan Pak Zakki."Tatapan Zakki menjadi muram saat mendengar Annika memanggilnya "Pak Zakki". Zakki tetap memandang Annika saat berbicara dengan Syamsul, "Suruh Nona Annika naik ke mobil."Syamsul merasa dilema saat menghadapi Zakki dan Annika yang berselisih. Namun, dia tetap turun dari mobil untuk meminta Annika naik ke mobil. Syamsul berucap, "Nyonya, saljunya lumayan lebat. Sebaiknya Nyonya naik ke mobil saja. Kalau nggak, aku pasti ditegur."Ekspresi Syamsul tampak cemas. Annika tidak ingin mempersulit Syamsul sehingga dia naik ke mobil. Zakki dan Annika yang duduk bersebelahan di dalam mobil hanya terdiam.Syamsul berujar, "Aku harus menyetir lebih lambat saat mus
Annika mengambil syalnya, lalu mengucapkan terima kasih dan pergi. Sementara itu, Zakki yang duduk di dalam mobil memandang sosok Annika. Zakki bertanya kepada Syamsul, "Apa aku mengganggunya?"Syamsul segera menyahut, "Tentu saja nggak. Tuan nggak pernah bicara seperti ini dulu.""Dulu aku juga nggak begini," ucap Zakki sembari tersenyum. Dia duduk tegak, lalu melanjutkan, "Kita pulang saja."....Hujan salju baru berhenti saat tahun baru. Seharusnya, tahun baru adalah hari yang membahagiakan. Namun, Zakki demam tinggi. Pelayan menelepon Dania, lalu Dania datang melihat kondisi Zakki. Kemudian, Dania langsung meminta Jony datang saat melihat kondisi Zakki yang cukup parah.Ketika Jony datang, Zakki sudah setengah sadar. Jony memberi Zakki suntikan pereda panas dan obat lain. Sesudah itu, Jony memanggil perawat untuk menanyakan kondisi Zakki sebelumnya. Perawat takut disalahkan sehingga dia pun memberitahukan kebenarannya.Perawat menjelaskan, "Aku nggak tahu apa yang terjadi kepada Pa
Dalam 2 tahun ini, Zakki memberi Raditya pekerjaan di ruang arsip Grup Ruslan agar Raditya tidak terlalu terpuruk. Namun, selama ini tidak ada yang menyadari bahwa pria paruh baya elegan yang berada di ruang arsip adalah mantan presdir Grup Ruslan.Raditya juga tidak pernah mengungkitnya. Kehidupan Raditya sangat sederhana. Setiap bulan, Raditya akan menjenguk Zakki. Hanya saja, hubungan mereka tetap begitu kaku. Keduanya juga tidak berusaha untuk mendekatkan hubungan mereka.Saat melihat Raditya datang, Jony pun mengangguk kepada Raditya. Kemudian, Jony mengajak Dania keluar untuk menghindari Raditya.Dian langsung bersemangat saat melihat Raditya. Dia menarik baju Raditya sembari marah-marah, "Lihat, ini anakmu! Kalau dulu kamu nggak egois, apa anak kita bisa menjadi seperti sekarang ini? Raditya ... kenapa kamu masih berani pulang?"Raditya adalah orang yang pendiam. Setelah bertahun-tahun, ini pertama kalinya Raditya melawan Dian. Raditya menegur, "Dian, dulu kita berdua sama-sama
Dian berniat untuk mencari Annika. Dia memakai jaket, lalu naik ke mobil. Wajahnya masih dibasahi oleh air mata. Namun, Dian tetap terlihat anggun seperti biasanya. Dia akan meminta Annika untuk menjenguk Zakki.Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan rumah Annika. Sopir hendak menekan klakson, tetapi Dian menghentikannya, "Aku langsung masuk saja."Sopir tertegun. Kemudian, Dian membuka pintu mobil, lalu turun. Penjaga pintu membiarkan Dian masuk setelah melapor. Saat ini, Dian memakai sepatu hak tinggi. Dia merasa kedinginan ketika menginjak salju. Dian gemetaran, tetapi ekspresinya tampak tegas. Dia harus membawa Annika pulang.Dian berjalan ke depan pintu vila yang tertutup rapat. Namun, lampu di dalam vila masih dinyalakan. Dian berteriak, "Aku mau bertemu Annika!"Pintu dibuka, lalu Shinta menyiram Dian dengan air. Dian menggigil, tetapi dia tidak peduli. Dian menatap Shinta sembari mengulangi perkataannya, "Aku mau bertemu Annika!"Shinta sudah mendengar kabar bahwa Za
Saat melihat Dian, Annika teringat dengan masa-masa yang suram itu. Annika menarik jaketnya, lalu berkata dengan datar, "Kamu tidak usah bicara seperti itu. Aku mau ikut kamu pergi hanya karena anak-anak, bukan karena kamu."Dian merasa terharu ketika mendengar Annika bersedia mengikutinya pulang. Dian menimpali, "Aku tahu."Hati Annika tidak tergerak meskipun Dian sudah merendahkan dirinya. Kemudian, Annika naik ke mobil. Hanya saja, dia tetap terdiam. Sementara itu, Dian tampak ragu-ragu saat hendak berbicara. Akhirnya, dia mendesah dan berucap, "Annika, aku tahu kamu membenciku."Annika memalingkan wajahnya. Dia memandang pemandangan bersalju di luar sembari berujar, "Aku nggak akan bisa melupakan masa-masa itu selamanya. Jadi, aku nggak bisa memaafkanmu."Dian menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mungkin karena sudah berumur atau pernah mengalami trauma, Dian mulai merindukan Annika yang masih muda. Dulu, Annika selalu memanggil Dian dengan lembut. Jelas-jelas, Dian sangat menyuka