Sesampainya di rumah, Annika menutup pintu dan bersandar sambil terengah-engah.Sampai sekarang, kedua kaki Annika masih terasa lemas.Sebelum memutuskan kembali ke Kota Brata, Annika sudah memikirkan semua konsekuensinya. Suatu saat nanti dia pasti akan bertemu dengan Zakki. Hanya saja, Annika tidak menyangka pertemuan mereka terjadi secepat ini.Yang dilakukan Zakki di Vila Kusnadi membuat Annika ketakutan. Firasatnya mengatakan kalau Zakki yang sekarang sangat berbahaya, dia tidak seharusnya kembali ke Kota Brata.Namun apa boleh buat? Jose menderita rinitis yang serius, dia tidak cocok tinggal di Kota Aruma.Setelah termenung cukup lama, Annika baru menyalakan lampu rumah. Sinar lampu menyinari wajah Annika yang tirus, putih, dan cantik.Meskipun sudah memiliki 2 orang anak, Annika masih awet muda, wajahnya sama sekali tidak berubah.Kemudian Annika bangkit berdiri, lalu berjalan ke kulkas untuk mengambil sebotol sampanye. Ini adalah malam yang cocok untuk menikmati alkohol.Ketika
Mobil beranjak pergi.Zakki tidak berbicara, sesekali dia melirik tangan kanannya. Seandainya tangan dan kakinya sembuh, apakah Zakki masih memiliki keberanian untuk meminta Annika kembali ke pelukannya?Sayangnya, tidak ada "seandainya" di dalam kehidupan nyata..... Keesokan hari, Annika bertemu Jeremy.Awalnya, Annika hanya mau mengobrol sebentar dan pergi. Namun Jeremy memaksa Annika untuk makan bersama."Annika, kita sudah lama nggak ketemu. Masa kamu tega menolak ajakanku?" Jeremy membujuk Annika.Akhirnya, Annika dan Jeremy makan di sebuah restoran mewah. Jeremy tidak menyentuh makanannya, tatapannya terus tertuju kepada Annika.Jeremy tidak memiliki perasaan terhadap Annika, Jeremy hanya merindukan Sania.Annika meletakkan alat makannya secara perlahan, lalu berkata, "Jeremy, aku tahu maksudmu. Kamu mau mencari tahu kabar Sania, 'kan? Em, Faisal sudah meninggal, tapi kamu dan Sania nggak mungkin bisa kembali bersama. Mungkin, ke depan Sania akan menemukan pria lain untuk menda
Jeremy memainkan ponselnya sambil menyeringai dingin. "Tapi aku nggak membawa wanita luar ke rumah."Keitka Evania hendak membela diri, tiba-tiba Jeremy mengeluarkan 10 lembar foto dan melemparkannya ke atas tempat tidur."Perhatikan foto-fotomu yang seksi ini. Pria di setiap lembar foto berbeda-beda. Kalau nggak melihat foto ini, aku nggak tahu bentuk tubuhmu sangat seksi." Jeremy tersenyum menghina.Evania tersentak melihat semua lembaran foto yang dilemparkan.Sesaat tersadar dari lamunan, Evania langsung memohon, "Jeremy, aku merasa hampa. Jangan sampai ayahku tahu foto-foto ini. Dia bisa menghabisiku."Jeremy adalah pria yang kejam. Selama beberapa tahun ini, Jeremy menyiksa batin Evania sampai seperti ini. Dia tidak pernah berbelas kasihan sedikit pun.Karena takut Jeremy tidak mau membantunya, Evania langsung melompat dari tempat tidur, lalu berlutut dan memeluk kaki Jeremy. Evania menggesekkan tubuhnya, dia berusaha menggunakan keseksiannya untuk menggoda Jeremy.Evania bertany
Jeremy memejamkan mata, sebentar lagi Sania akan kembali ke kota ini ........Di dalam toilet restoran.Ketika membahas Faisal, Annika tidak dapat membendung kesedihannya. Bukan hanya karena Faisal adalah suami Sania, tetapi Faisal juga adalah sahabat Annika.Faisal adalah orang yang murah hati dan baik kepada teman-temannya. Saat menerima kabar kecelakaan pesawat, Annika sulit memercayainya.Annika sedih, matanya berkaca-kaca.Di saat bersamaan, Justin menelepon Annika. "Aku menunggumu di parkiran."Justin juga menanyakan bagaimana pertemuannya dengan Jeremy."Kami cuma ngobrol sebentar. Kayaknya dia masih mencintai Sania, tapi aku sudah memperingatinya untuk berhenti mengganggu Sania. Nanti kita bicarakan di mobil." Annika menutup panggilannya.Setelah membasuh dan mengeringkan wajah, Annika tersentak melihat sosok yang berdiri di sampingnya.Yunita? Dia mengenakan pakaian mewah, sepertinya dia menduduki posisi yang cukup tinggi.Setelah dipecat Zakki, Yunita pindah ke perusahaan ko
Ketika Yunita hendak menjawab, dia melihat Zakki yang sedang duduk di kursi roda dan menatanya dari kejauhan.Yunita langsung menciut, dia tidak berani berbicara lebih banyak.Pertama, Yunita takut kalau Zakki akan menghancurkan hidupnya. Yang kedua, Yunita masih mencintai Zakki, dia tidak mau memperkeruh hubungan mereka.Perasaan Yunita terasa berkecamuk. Akhirnya, dia cuma tersenyum sinis kepada Annika. "Kata Shilla, kamu sangat mencintai Pak Zakki. Aku pikir kamu memang tulus mencintainya. Sekarang aku baru sadar, ternyata kamu nggak cukup memahami Pak Zakki. Kamu nggak ada bedanya sama aku, sama-sama dangkal.""Selamat memulai kehidupan baru, semoga kamu dan pacar barumu bahagia.""Semoga kamu menyesal!"...."Memangnya kamu tahu apa soal hubunganku dan Zakki?" Annika menjawab dengan singkat, lalu beranjak pergi.Ketika Annika membalikkan badan, kursi roda yang berada di luar pintu sudah menghilang.Annika merasa ada yang janggal, tetapi dia tetap pergi meninggalkan restoran terseb
Setelah melewati persimpangan jalan, Justin memberhentikan mobilnya di pinggir jalan."Kamu lagi memikirkan dia?" Justin bertanya kepada Annika.Annika tidak mau mengaku, dia menjawab dengan cepat, "Nggak.""Klik." Tiba-tiba Justin membuka sabuk pengaman, lalu mencondongkan tubuh untuk mengecup Annika.Reaksi alami manusia tidak dapat dibohongi. Annika menahan tubuh Justin secara spontan.Annika sendiri bahkan tercengang menyadari reaksinya. Bukankah normal bagi sepasang kekasih berciuman? Namun, kenapa Annika merasa tidak nyaman setiap bermesraan dengan Justin?Annika memalingkan wajah, dia terlihat agak canggung.Justin mendekatkan wajahnya ke pipi Annika. Saking dekatnya, Annika bisa merasakan embusan napas Justin. Seharusnya Annika merasakan getaran cinta, tetapi nyatanya tidak ...."Hem, kamu masih nggak mau ngaku?" Justin tersenyum.Annika ingin menjawab, tetapi Justin menutup bibirnya dengan lembut. Annika dapat merasakan kasih sayang Justin. Daripada pacaran, hubungan mereka le
[ Surat perjanjian itu cuma formalitas, aku hanya bercanda. Aku tidak mencintaimu. ]....Suara-suara tersebut terasa bergema di telinga Annika.Annika mengangkat wajahnya yang berlinang air mata. Di saat bersamaan, langit cerah berganti menjadi awan mendung. Gerimis pun turun membasahi tubuhnya.Annika tidak peduli meski kehujanan. Setidaknya, hujan yang dingin bisa memadamkan sedikit kegelisahannya.Annika berjalan di tengah derasnya hujan. Tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Yunita. "Kamu benaran mengira Pak Zakki mencintai wanita lain? Kamu serius mengira dia tega mencampakka anaknya demi bersama wanita lain?"Tiba-tiba Annika berhenti di tengah jalan. Dia menatap ke sebuah toko gaun yang berada di ujung jalan.Melalui kaca jendela, Annika melihat seorang wanita yang sedang memilih gaun pernikahan. Wanita itu ditemani seorang pria tampan, mereka kelihatan sangat mesra.Annika membelalak, dia menatap tajam pria dan wanita yang berada di dalam toko gaun. Wanita itu bukan orang lain,
Pelayan menyajikan dua cangkir teh hangat, tetapi Annika tidak meminumnya. Dia menatap Chika dengan tajam.Chika memikirkan kata-kata yang hendak dilontarkan, dia berusaha mengingat kembali semua yang terjadi saat itu."Waktu itu Dania menghubungiku, katanya Zakki mau mengajakku kerja sama," ucap Chika sambil mengangkat cangkir teh, lalu menyesapnya.Kemudian Chika tersenyum pahit dan lanjut bercerita, "Saat itu, aku masih membenci Zakki, mana mungkin aku mau menerima tawarannya? Tapi Dania memberikanku penawaran yang fantastis, dia menawarkan proyek senilai triliunan. Aku langsung berubah pikiran, aku nggak mungkin menolaknya.""Dania membawaku ke rumah sakit untuk menandatangani kontrak. Saat pertama kali ketemu Zakki, kondisinya lebih parah daripada sekarang. Waktu itu dia cuma bisa berbaring di tempat tidur, seluruh tubuhnya nggak bisa digerakkan. Tapi apakah kamu tahu? Tatapannya terlihat tenang, dia melakukan semuanya dengan sukarela." Mata Chika berkaca-kaca setiap mengingatnya.