Sebelum Annika sempat berbicara, Zakki telah mencengkeram tangannya dan menatapnya lekat-lekat. "Sekarang aku akan pergi ke Kota Brata untuk menangani hal ini! Annika, aku akan meredam masalah ini dan meminimalisir kerugiannya hingga terendah."Annika hanya menunduk. Sesaat kemudian, dia tertawa getir. "Mau bagaimana meredamnya? Postingannya sudah diteruskan sebanyak 100 ribu kali. Katakan padaku, Zakki. Mau bagaimana kamu meredamnya?"Zakki mengepalkan tangannya dengan erat, tetapi dia tetap pergi begitu saja. Masalah Shilla ini bukan hanya memengaruhi Keluarga Chandra dan Grup Ruslan .... Jika tidak ditangani dengan baik, saham Grup Ruslan akan anjlok hari ini.Zakki berjalan ke depan pintu teater. Dia tidak kuasa menahan diri untuk menoleh ke arah Annika. Namun, Annika tetap tidak menatapnya sama sekali. Dia berdiri di bawah lampu sorot dengan lemas dan begitu kesepian. Dia berkata pada penanggung jawab teater, "Bolehkah kamu membiarkanku sendirian?"Penanggung jawab teater itu juga
Setelah kembali ke Kota Brata, Annika langsung mengemudikan mobilnya ke pemakaman dari bandara. Saat ini adalah awal musim dingin, angin sejuk bertiup sepoi-sepoi. Dia mengenakan mantel hitam, memegang seikat bunga daisy yang merupakan bunga favorit ibunya. Dia berdiri di tengah terpaan angin sambil menatap foto wajah ibunya yang tersenyum bahagia di batu nisan.Ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil.Dalam ingatan Annika, ibunya lembut dan penuh kasih, serta sangat mencintai ayahnya. Dulu, saat suara mobil ayahnya terdengar di halaman Vila Kusnadi di sore hari, ibunya akan turun untuk menyambut ayahnya. Ayahnya akan mencium ibunya, lalu memeluk Annika sambil berkata, "Apakah Annika merindukan Ayah?""Annika rindu sama Ayah! Aku mau ikut Ayah pergi menjemput Kakak pulang sekolah.""Oke, kita jemput kakakmu pulang, jangan ganggu ibumu melukis ya," balas ayahnya.....Annika yang masih kecil duduk di dalam mobil berwarna hitam. Dia melihat ibunya melalui jendela belakang, ibunya berdiri
Jika Annika tidak sudi, Zakki akan menahan kedua pipinya dengan paksa. Pipi Annika terasa sakit dan lebam. Sesaat kemudian, stoking Annika telah dilepas Zakki dan dilemparkan ke bawah ranjang. Zakki menahan bibir Annika, lalu bergumam dengan lirih, "Aku nggak akan membiarkanmu pergi! Aku nggak pernah menyukainya, aku punya alasanku tersendiri! Patuh, ya? Kita hidup senang seperti sebelumnya ...."Rambut hitam Annika tergerai di atas ranjang berwarna putih itu. Pakaiannya kini telah acak-acakan dan dia tergeletak tak berdaya. Sambil menatap Zakki, Annika berkata dengan suara serak, "Zakki, jangan paksa aku!""Apa maksudmu?" tanya Zakki seraya menatapnya dengan semakin dalam.Bibir Annika bergetar. "Kita masih dalam masa pernikahan, kamu juga nggak ingin ada skandal, bukan? Jangan paksa aku, kalau kamu memaksaku lagi, aku nggak menjamin bisa menahan diri melakukan hal yang nggak rasional. Besok, lusa, ataupun mungkin seminggu kemudian, mungkin akan terbit berita yang beredar di seluruh K
Pembantu vila itu naik kembali ke lantai atas dan bertanya dengan suara pelan, "Tuan, Sekretaris Dania sudah datang!"Zakki menatap cincin berlian yang dipegangnya, lalu berkata, "Suruh dia tunggu aku di bawah."Dania duduk di ruang tamu. Saat datang tadi, dia mendengar dari pembantu vila bahwa Zakki dan Annika telah pisah rumah. Awalnya dia mengira dirinya akan merasa senang, tetapi ternyata tidak sesuai dengan perkiraannya.Saat turun dari lantai atas, Zakki telah mengganti pakaiannya. Dengan wajah lesu, dia bertanya, "Ada masalah apa sampai kamu harus datang sendiri untuk melaporkannya?" Usai bicara, Zakki duduk di meja makan untuk menyantap makan malamnya.Makan sendirian membuat Zakki tidak terlalu berselera. Dania nekat untuk datang tadi. Setelah berpikir sejenak, dia baru berkata, "Setelah kejadian itu, Nona Shilla ingin sekali menemui Anda. Tapi Anda selalu menolak teleponnya dan tidak pergi menjenguknya. Jadi, dia mengiris tangannya lagi di rumah sakit dan habis banyak darah."
Melihat Zakki begitu mencintai dan memedulikan Annika, Shilla langsung menggila. Dia menarik selang transfusi darah di tangannya. Shilla mengabaikan tangannya yang meneteskan darah dan berkata, "Kalau bukan karena ibumu, orang yang akan kamu nikahi itu jelas-jelas aku! Zakki, kamu kira dia hanya merancang kecelakaan itu saja? Nggak! Dia melakukan lebih dari itu!""Dia membuatku menikah dengan seorang pria kasar. Pria itu melakukan KDRT dan bahkan hampir membunuhku. Suatu kali, aku dipukulnya sampai bagian bawah tubuhku berdarah. Saat dilarikan ke rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Rahimku diangkat dan aku nggak akan bisa hamil lagi selamanya. Aku jadi orang cacat! Sementara si Annika ini malah hidup senang. Apa salahnya aku cemburu padanya? Sedari awal, dia yang menikmati semua kegembiraan yang seharusnya menjadi milikku. Seharusnya aku yang menjadi Nyonya Ruslan."Setelah berkata demikian, tubuh Shilla bergetar hebat. Dia kembali bergumam, "Apa salahku? Kenapa aku diperlakukan sep
Keesokan paginya saat Zakki hendak berangkat kerja, pembantu vila mengatakan bahwa ada orang yang datang mengantarkan dua buah benda.Setelah mengancing lengan kemejanya, Zakki bertanya dengan alis terangkat, "Di mana bendanya?"Pembantu vila itu membawakan dua buah kotak yang elegan dan hendak memindahkannya ke lantai dua. Namun, Zakki berkata dengan tenang, "Biar aku sendiri saja!"Zakki membawa kotak-kotak itu ke lantai dua dan membukanya dengan pelan. Dua benda itu telah direstorasi, penampilannya kini sangat bersih dan rapi. Namun seperti yang dikatakan oleh ahli itu sebelumnya, tidak peduli seberapa hebatnya keterampilan seseorang, tetap saja tidak mungkin memperbaiki kehidupan atau memulihkan kembali tulisan Annika pada saat itu.Separuh dari isi buku harian itu adalah tulisan Annika yang tampak sangat bersemangat dan ceria. Separuhnya lagi, adalah kertas sutra putih.Jari Zakki yang panjang dan ramping itu menyentuh tulisan Annika dengan perlahan. Ekspresinya terlihat sangat le
Annika menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa, hanya agak pusing." Dia mengambil mantelnya dari tangan Justin seraya berkata, "Aku pulang dulu!"Justin mengangguk, lalu merogoh sakunya sambil berkata, "Biar kuantarkan saja!"Annika tahu bahwa Justin masih punya kesibukan lainnya, sehingga dia pun menolak tawaran Justin. "Kamu juga harus naik taksi karena kamu minum anggur tadi. Aku bisa sendiri, kok. Masalah sponsor ...."Justin tersenyum tipis. "Bukankah masih ada aku di sini? Tenang saja, selama ada aku dan Pak Wito, semua masalah bisa diselesaikan! Kalau nggak ada urusan lain, aku masuk dulu ya. Nanti ... aku masih harus menghadiri acara lain."Justin juga keras kepala. Sejak Shilla menyerah pada mimpinya untuk mengejar musik, dia juga tidak pernah lagi menghubungi Zakki. Annika merasa sangat berterima kasih, dia mengenakan mantelnya lalu berpamitan pada Justin.Setibanya di lantai satu, saat ini sedang banyak sekali orang yang juga menunggu taksi. Annika harus menunggu sekitar set
Annika juga melihat ke arah Zakki dengan tatapan tenang. Setelah beberapa saat kemudian, Zakki meneleponnya. Annika menjawab telepon itu, dia hanya mendengar suara Zakki yang ketus dari ujung telepon, "Turun."Annika berkata sambil memandangnya, "Zakki, sudah kubilang kita ini sudah pisah rumah. Dengan siapa pun aku berteman, semua itu nggak ada hubungannya denganmu! Ke depannya, aku nggak akan lagi menjauhi temanku demi kamu. Lagi pula hari ini adalah ulang tahun ibu Jony, aku hanya pergi menghadiri jamuan makan, bukan berselingkuh.""Tapi kamu tahu jelas kalau Jony menyukaimu!" balas Zakki."Lalu memangnya kenapa? Bukannya Shilla juga suka padamu? Apa kamu menjauhinya?" balas Annika.....Annika langsung mengakhiri panggilan tersebut. Dari mobil di seberang, Zakki tetap bisa melihat mata Annika saat ini sedang berkaca-kaca. Apakah ini karena dia mengungkit soal Shilla? Ternyata Annika memang masih keberatan dengan hal ini.Di sisi lain, Jony telah menyalakan mesin mobilnya, lalu meng