Orang tua Henley adalah orang terpelajar. Gemma mengalami syok sehingga mereka tidak ingin membuat Gemma makin stres.Setelah Gemma pulang, mereka hanya memeluknya. Kemudian, Mary membawa Gemma ke kamar mandi untuk cuci tangan dengan sabun berbentuk bebek yang wangi.Gemma menjadi senang karena dihibur neneknya. Dia adalah anak yang ceria dan tidak pendendam, begitu pula setelah dewasa.Sesudah keluar dari kamar mandi, Mary menggendong Gemma untuk duduk di depan meja makan. Namun, dia tidak melihat Henley.Ariel mengambilkan semangkuk sup daging sapi untuk Gemma. Sup ini sangat enak jika diminum selagi hangat. Ariel berkata kepada Mary, "Henley pergi ke ruang kerja untuk mengurus sesuatu."Mary sangat memahami putranya. Dia bisa menebak apa rencana Henley. Akhirnya, Mary mendesah dan menimpali, "Kalau begitu, kita makan dulu."....Di ruang kerja lantai 2 vila, penghangat ruangan tidak dinyalakan. Henley duduk di depan meja kerja sambil menelepon. Di layar laptop, tampak data dari bank
Ariel tertegun sesaat. Henley menariknya perlahan hingga membuatnya jatuh ke pelukannya. Ruangan itu memiliki jendela yang terbuka.Suhunya tidak terlalu tinggi sehingga tubuh Henley tidak terasa begitu hangat. Namun setelah memeluk Ariel, kehangatan segera menyebar di tempat mereka bersentuhan.Henley tidak melakukan apa-apa. Dia hanya menenggelamkan wajahnya di belakang leher Ariel dan memeluknya erat-erat.Setelah sekian lama, suaranya terdengar serak ketika berujar, "Ariel, hari ini kalau bukan karena kamu, aku benaran nggak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin Serly akan membawa Gemma pergi."Ariel bisa merasakan kerapuhan di balik kata-katanya. Dia tahu bahwa pria seperti Henley sangat jarang menunjukkan emosi seperti ini.Gemma sudah menjadi sosok yang sangat berharga dalam hidupnya. Ariel tidak cemburu karena bisa memahami hubungan seperti itu.Itu mengingatkan Ariel pada hubungan pamannya dengan Alaia dan juga hubungannya dengan ibunya dulu.Perlahan, Ariel memeluk kepala Henle
Pintu mobil terbuka. Joe mewakili Keluarga Chandra untuk menyambut tamu. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Henley dalam acara resmi.Sebagai dua pebisnis ulung, percakapan mereka berlangsung dengan lancar. Setelah basa-basi singkat, Henley membawa barang-barangnya, sementara Joe menggendong Gemma dan membawanya masuk ke rumah.Wajah Joe memang tampan. Gemma yang sedang memeluk lehernya memperhatikan wajahnya dengan saksama, lalu berucap dengan manis, "Paman Joe sangat tampan seperti Ayah."Kebetulan Marcella datang dengan menggendong Olivia. Joe pun memberi tahu istrinya, "Dengar, nggak? Gemma bilang aku dan Henley sama-sama tampan."Sembari berkata demikian, Joe mendekatkan Gemma ke arah istrinya agar bocah itu bisa melihat Olivia yang berusia 8 bulan. Olivia sangat menggemaskan. Gemma tak bisa berhenti menatapnya dengan penuh kasih sayang.Marcella yang juga menyukai Gemma pun mengelus kepala gadis kecil itu. Dia bercanda kepada suaminya, "Buat apa tampan? Kamu sudah ngga
Lidah Jose mendorong langit-langit mulutnya. Dia merasa ada yang ingin ditanyakan pada Selvy. Jika tidak bertanya langsung, dia mungkin akan terus terjaga sepanjang malam.Selvy datang untuk mengantarkan sesuatu kepada Marcella, lebih tepatnya untuk Olivia. Begitu keluar dari mobil, dia langsung melihat Jose tengah berdiri di halaman.Dengan pakaian hitamnya, Jose terlihat seolah menyatu dengan suasana senja. Selvy mendongak untuk melihatnya, tetapi tidak bisa melihat ekspresi Jose dengan jelas.Selvy hanya bisa melihat garis wajahnya yang tegas dan dingin, seakan mengirim sinyal bahwa dia tak ingin didekati.Dulu, mereka tidak berpisah dengan baik. Setelah itu, mereka bahkan tidak saling menyapa setiap kali bertemu dalam urusan bisnis.Jose juga tak lagi bertanya alasan mereka tidak bisa bersama seperti dulu. Itu adalah keputusan Selvy sendiri sehingga wanita itu tidak bisa menyalahkan orang lain.Namun saat melihatnya yang kini terlihat sukses, Selvy merasa matanya hampir berlinang a
Serly tidak ingin kembali ke hotel. Dia mengendarai mobilnya menuju sebuah bar. Wanita itu berharap bisa mabuk dan melupakan Henley, setidaknya untuk malam ini. Dia merasa Henley terlalu kejam padanya.Serly memesan minuman keras paling kuat. Baru satu teguk, dia sudah merasa sedikit mabuk. Tubuhnya terasa mati rasa, tetapi hatinya makin pedih. Dalam pandangan kaburnya, dia seolah melihat sosok Henley, tetapi sepertinya bukan dia.Itu adalah pria yang terlihat sangat tampan, bahkan lebih muda daripada Henley. Dengan kemeja putih dan kacamata berbingkai emas tipis, dia terlihat anggun.Serly tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Dia tak percaya ada seseorang yang begitu mirip dengan Henley, bahkan dari segi aura. Pikiran liar pun mulai muncul di benaknya.Orang itu adalah Thomas, seorang profesional di dunia bisnis. Dengan anggun, dia duduk di hadapan Serly sambil memegang segelas anggur. Thomas memulai percakapan tentang minuman mewah dengan gaya yang sangat berkelas.Serly
Orang yang menerima pesan adalah Henley. Di malam yang gelap, sebuah mobil sport hitam mewah berhenti di parkiran hotel.Orang yang duduk di dalamnya adalah Henley. Sambil memegang ponsel, dia menatap ke arah kamar hotel. Matanya yang tajam menyiratkan kemarahan yang mendalam.Serly sudah terpancing. Tugas Thomas selanjutnya hanyalah terus muncul dan melemparkan umpan sedikit demi sedikit. Serly pasti akan terjebak lebih dalam.Henley tidak mengincar harta Serly. Apa yang dia inginkan adalah nyawanya untuk menenangkan arwah kakaknya yang sudah tiada.Ketika Thomas berjalan melewati mobil, dia melihat Henley tetapi tidak masuk ke mobilnya. Dia hanya menganggukkan kepala sedikit. Mereka bisa memahami maksud satu sama lain.Setelah Thomas pergi, Henley duduk di mobil dan menyalakan rokok. Asap tipis segera tersapu oleh angin dingin malam itu.Wajah tegap Henley perlahan menjadi lebih jelas, meskipun amarah di tatapannya makin terasa kuat dan sulit dihilangkan.Saat itu, ponsel di laci mob
Thomas memandang Serly, lalu bertanya sambil mengernyit, "Nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Serly merasa sedikit jengkel, tetapi dia menahannya dan menjawab, "Kita pernah bertemu beberapa hari lalu di bar.""Oh, aku ingat sekarang," ucap Thomas sambil mengambil segelas sampanye dari pelayan. Matanya menampilkan sedikit minat ketika berujar, "Benar, kita memang bertemu beberapa malam yang lalu. Itu adalah malam yang sangat menyenangkan."Thomas tertawa ringan sebelum menambahkan, "Nona Serly sungguh berbakat dalam akting."Itu jelas sindiran terhadap penampilan Serly di televisi, di mana dia berpura-pura berduka untuk suaminya yang sudah meninggal.Serly menyadari sindiran itu, tetapi dia tidak peduli. Sekarang, apa yang membuatnya tertarik adalah kemampuan Thomas dalam berinvestasi.Serly kebetulan memiliki sejumlah uang yang menganggur. Kalau Thomas benar-benar berbakat, itu bisa menjadi peluang bisnis yang bagus.Serly memberi isyarat sambil bertanya, "Kita bicara berdua?"T
Serly merasa sangat senang. Dia membalikkan tubuh dan memeluk pria itu sambil mencium wajahnya, lalu berujar, "Ayo, tunjukkan kemampuanmu. Biar kulihat apa yang bisa kamu lakukan."Thomas mematikan rokoknya dan kembali melakukannya bersama Serly. Kali ini, jauh lebih intens dari sebelumnya hingga mereka berdua merasa puas.Thomas memang berbakat. Dari modal 40 miliar yang Serly percayakan kepadanya, dalam waktu setengah bulan, jumlahnya langsung berlipat ganda menjadi 80 miliar.Serly sangat terkesan, bahkan makin rajin melayani pria itu setiap malam karena berharap bisa makin kaya. Pasar saham memang sedang bagus saat itu karena dalam kondisi bull market yang luar biasa.Uang Serly di akun sahamnya terus berlipat hingga mencapai 160 miliar. Jumlah ini telah mendekati target yang diimpikannya.Keyakinannya terhadap kemampuan Thomas makin bertambah. Apalagi karena hubungan pribadi mereka, Serly sering mendapatkan keuntungan lebih dulu.Suatu malam setelah mereka selesai bermesraan, Serl