Lidah Jose mendorong langit-langit mulutnya. Dia merasa ada yang ingin ditanyakan pada Selvy. Jika tidak bertanya langsung, dia mungkin akan terus terjaga sepanjang malam.Selvy datang untuk mengantarkan sesuatu kepada Marcella, lebih tepatnya untuk Olivia. Begitu keluar dari mobil, dia langsung melihat Jose tengah berdiri di halaman.Dengan pakaian hitamnya, Jose terlihat seolah menyatu dengan suasana senja. Selvy mendongak untuk melihatnya, tetapi tidak bisa melihat ekspresi Jose dengan jelas.Selvy hanya bisa melihat garis wajahnya yang tegas dan dingin, seakan mengirim sinyal bahwa dia tak ingin didekati.Dulu, mereka tidak berpisah dengan baik. Setelah itu, mereka bahkan tidak saling menyapa setiap kali bertemu dalam urusan bisnis.Jose juga tak lagi bertanya alasan mereka tidak bisa bersama seperti dulu. Itu adalah keputusan Selvy sendiri sehingga wanita itu tidak bisa menyalahkan orang lain.Namun saat melihatnya yang kini terlihat sukses, Selvy merasa matanya hampir berlinang a
Serly tidak ingin kembali ke hotel. Dia mengendarai mobilnya menuju sebuah bar. Wanita itu berharap bisa mabuk dan melupakan Henley, setidaknya untuk malam ini. Dia merasa Henley terlalu kejam padanya.Serly memesan minuman keras paling kuat. Baru satu teguk, dia sudah merasa sedikit mabuk. Tubuhnya terasa mati rasa, tetapi hatinya makin pedih. Dalam pandangan kaburnya, dia seolah melihat sosok Henley, tetapi sepertinya bukan dia.Itu adalah pria yang terlihat sangat tampan, bahkan lebih muda daripada Henley. Dengan kemeja putih dan kacamata berbingkai emas tipis, dia terlihat anggun.Serly tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Dia tak percaya ada seseorang yang begitu mirip dengan Henley, bahkan dari segi aura. Pikiran liar pun mulai muncul di benaknya.Orang itu adalah Thomas, seorang profesional di dunia bisnis. Dengan anggun, dia duduk di hadapan Serly sambil memegang segelas anggur. Thomas memulai percakapan tentang minuman mewah dengan gaya yang sangat berkelas.Serly
Orang yang menerima pesan adalah Henley. Di malam yang gelap, sebuah mobil sport hitam mewah berhenti di parkiran hotel.Orang yang duduk di dalamnya adalah Henley. Sambil memegang ponsel, dia menatap ke arah kamar hotel. Matanya yang tajam menyiratkan kemarahan yang mendalam.Serly sudah terpancing. Tugas Thomas selanjutnya hanyalah terus muncul dan melemparkan umpan sedikit demi sedikit. Serly pasti akan terjebak lebih dalam.Henley tidak mengincar harta Serly. Apa yang dia inginkan adalah nyawanya untuk menenangkan arwah kakaknya yang sudah tiada.Ketika Thomas berjalan melewati mobil, dia melihat Henley tetapi tidak masuk ke mobilnya. Dia hanya menganggukkan kepala sedikit. Mereka bisa memahami maksud satu sama lain.Setelah Thomas pergi, Henley duduk di mobil dan menyalakan rokok. Asap tipis segera tersapu oleh angin dingin malam itu.Wajah tegap Henley perlahan menjadi lebih jelas, meskipun amarah di tatapannya makin terasa kuat dan sulit dihilangkan.Saat itu, ponsel di laci mob
Thomas memandang Serly, lalu bertanya sambil mengernyit, "Nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Serly merasa sedikit jengkel, tetapi dia menahannya dan menjawab, "Kita pernah bertemu beberapa hari lalu di bar.""Oh, aku ingat sekarang," ucap Thomas sambil mengambil segelas sampanye dari pelayan. Matanya menampilkan sedikit minat ketika berujar, "Benar, kita memang bertemu beberapa malam yang lalu. Itu adalah malam yang sangat menyenangkan."Thomas tertawa ringan sebelum menambahkan, "Nona Serly sungguh berbakat dalam akting."Itu jelas sindiran terhadap penampilan Serly di televisi, di mana dia berpura-pura berduka untuk suaminya yang sudah meninggal.Serly menyadari sindiran itu, tetapi dia tidak peduli. Sekarang, apa yang membuatnya tertarik adalah kemampuan Thomas dalam berinvestasi.Serly kebetulan memiliki sejumlah uang yang menganggur. Kalau Thomas benar-benar berbakat, itu bisa menjadi peluang bisnis yang bagus.Serly memberi isyarat sambil bertanya, "Kita bicara berdua?"T
Serly merasa sangat senang. Dia membalikkan tubuh dan memeluk pria itu sambil mencium wajahnya, lalu berujar, "Ayo, tunjukkan kemampuanmu. Biar kulihat apa yang bisa kamu lakukan."Thomas mematikan rokoknya dan kembali melakukannya bersama Serly. Kali ini, jauh lebih intens dari sebelumnya hingga mereka berdua merasa puas.Thomas memang berbakat. Dari modal 40 miliar yang Serly percayakan kepadanya, dalam waktu setengah bulan, jumlahnya langsung berlipat ganda menjadi 80 miliar.Serly sangat terkesan, bahkan makin rajin melayani pria itu setiap malam karena berharap bisa makin kaya. Pasar saham memang sedang bagus saat itu karena dalam kondisi bull market yang luar biasa.Uang Serly di akun sahamnya terus berlipat hingga mencapai 160 miliar. Jumlah ini telah mendekati target yang diimpikannya.Keyakinannya terhadap kemampuan Thomas makin bertambah. Apalagi karena hubungan pribadi mereka, Serly sering mendapatkan keuntungan lebih dulu.Suatu malam setelah mereka selesai bermesraan, Serl
Serly tidak bisa menemukan Thomas. Di dunia ini, seolah-olah Thomas tidak pernah ada. Bahkan, alamat di kartu nama yang dia berikan ternyata palsu.Saat ini, Serly pun menyadari betapa bodohnya dia. Dia telah ditipu. Sejak awal, Thomas memang sengaja mendekatinya.Thomas menggunakan pesonanya untuk meraih kepercayaan Serly, lalu memberi sedikit keuntungan untuk memancingnya lebih dalam.Yang paling menyedihkan adalah Serly memercayainya sepenuhnya. Dia bahkan terlibat secara fisik berkali-kali dengan pria itu.Serly mempertaruhkan semua yang dimilikinya, bahkan berpikir untuk hidup selamanya bersama Thomas. Betapa bodohnya dia.Menjelang akhir bulan, bank mulai menagih utangnya. Serly mencoba bernegosiasi, tetapi usahanya sia-sia.Kepala bank yang baru sangat teguh dan tidak mudah dipengaruhi oleh uang, wanita, atau alkohol. Berhubung tidak ada pilihan lain, Serly akhirnya mencari bantuan dari Henley.Hanya saja, Henley tidak memiliki kantor tetap di Kota Brata dan perusahaan utamanya
Serly menangis tersedu-sedu dan terkulai lemas di lantai kamar mandi. Dia sempat berpikir untuk bunuh diri, tetapi dia takut sakit. Dia memikirkan Thomas dan berharap semua ini bukan kesengajaan.Setelah coba menghubungi Thomas berkali-kali dan ponselnya selalu dalam kondisi mati, rasa marah pun menguasainya. Serly memaki, "Thomas, dasar berengsek! Memang nggak ada pria yang baik di dunia ini."....Serly sudah mabuk berat. Dengan mata berkaca-kaca, dia membakar salinan perjanjian jaminan yang telah ditandatanganinya.Sambil menangis, Serly berbicara kepada bayangan Thomas, seolah-olah sedang meninggalkan pesan terakhir, "Aku salah menilaimu. Anggap saja ini sebagai uang untukmu di alam sana."Serly menutup wajahnya dan menangis keras. Air mata mengalir deras melalui sela-sela jarinya. Dalam keputusasaannya, dia berpikir untuk mencari Henley.Serly mengenakan pakaian terbaik yang masih dimilikinya, lalu menggunakan sisa uangnya untuk naik taksi ke rumah Henley.Namun saat Serly tiba, s
Rel kereta berlumuran darah. Tubuh Serly masih hangat, tetapi dia mulai kehilangan kesadaran. Salju jatuh ke bulu mata Serly yang panjang. Dia kedinginan.Serly tidak bisa melihat Henley lagi. Padahal Henley berada di depannya. Serly terus mengejar Henley, bahkan dia menikah dengan pria yang tidak dicintainya demi mendekati Henley.Namun, akhirnya Henley tidak membiarkan Serly hidup. Kenapa Serly begitu bodoh? Bisa-bisanya dia mencari Thomas dan berharap Henley akan membantunya! Henley tidak mungkin membantu Serly karena dia berharap Serly mati.Di kejauhan, mulai terdengar suara orang-orang dan ambulans. Akan tetap, Serly tidak mampu bertahan lagi.Pada saat-saat terakhir hidupnya, Serly berhalusinasi. Dia melihat Lukas yang memakai setelan jas putih berjalan ke arahnya. Lukas tetap tersenyum lembut saat memanggil Serly.Lukas mengulurkan tangannya dan berucap, "Serly, ikut aku. Kita pergi ke suatu tempat yang nggak ada penderitaan dan obsesi."Serly tidak rela pergi. Henley masih ber