Thomas memandang Serly, lalu bertanya sambil mengernyit, "Nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Serly merasa sedikit jengkel, tetapi dia menahannya dan menjawab, "Kita pernah bertemu beberapa hari lalu di bar.""Oh, aku ingat sekarang," ucap Thomas sambil mengambil segelas sampanye dari pelayan. Matanya menampilkan sedikit minat ketika berujar, "Benar, kita memang bertemu beberapa malam yang lalu. Itu adalah malam yang sangat menyenangkan."Thomas tertawa ringan sebelum menambahkan, "Nona Serly sungguh berbakat dalam akting."Itu jelas sindiran terhadap penampilan Serly di televisi, di mana dia berpura-pura berduka untuk suaminya yang sudah meninggal.Serly menyadari sindiran itu, tetapi dia tidak peduli. Sekarang, apa yang membuatnya tertarik adalah kemampuan Thomas dalam berinvestasi.Serly kebetulan memiliki sejumlah uang yang menganggur. Kalau Thomas benar-benar berbakat, itu bisa menjadi peluang bisnis yang bagus.Serly memberi isyarat sambil bertanya, "Kita bicara berdua?"T
Serly merasa sangat senang. Dia membalikkan tubuh dan memeluk pria itu sambil mencium wajahnya, lalu berujar, "Ayo, tunjukkan kemampuanmu. Biar kulihat apa yang bisa kamu lakukan."Thomas mematikan rokoknya dan kembali melakukannya bersama Serly. Kali ini, jauh lebih intens dari sebelumnya hingga mereka berdua merasa puas.Thomas memang berbakat. Dari modal 40 miliar yang Serly percayakan kepadanya, dalam waktu setengah bulan, jumlahnya langsung berlipat ganda menjadi 80 miliar.Serly sangat terkesan, bahkan makin rajin melayani pria itu setiap malam karena berharap bisa makin kaya. Pasar saham memang sedang bagus saat itu karena dalam kondisi bull market yang luar biasa.Uang Serly di akun sahamnya terus berlipat hingga mencapai 160 miliar. Jumlah ini telah mendekati target yang diimpikannya.Keyakinannya terhadap kemampuan Thomas makin bertambah. Apalagi karena hubungan pribadi mereka, Serly sering mendapatkan keuntungan lebih dulu.Suatu malam setelah mereka selesai bermesraan, Serl
Serly tidak bisa menemukan Thomas. Di dunia ini, seolah-olah Thomas tidak pernah ada. Bahkan, alamat di kartu nama yang dia berikan ternyata palsu.Saat ini, Serly pun menyadari betapa bodohnya dia. Dia telah ditipu. Sejak awal, Thomas memang sengaja mendekatinya.Thomas menggunakan pesonanya untuk meraih kepercayaan Serly, lalu memberi sedikit keuntungan untuk memancingnya lebih dalam.Yang paling menyedihkan adalah Serly memercayainya sepenuhnya. Dia bahkan terlibat secara fisik berkali-kali dengan pria itu.Serly mempertaruhkan semua yang dimilikinya, bahkan berpikir untuk hidup selamanya bersama Thomas. Betapa bodohnya dia.Menjelang akhir bulan, bank mulai menagih utangnya. Serly mencoba bernegosiasi, tetapi usahanya sia-sia.Kepala bank yang baru sangat teguh dan tidak mudah dipengaruhi oleh uang, wanita, atau alkohol. Berhubung tidak ada pilihan lain, Serly akhirnya mencari bantuan dari Henley.Hanya saja, Henley tidak memiliki kantor tetap di Kota Brata dan perusahaan utamanya
Serly menangis tersedu-sedu dan terkulai lemas di lantai kamar mandi. Dia sempat berpikir untuk bunuh diri, tetapi dia takut sakit. Dia memikirkan Thomas dan berharap semua ini bukan kesengajaan.Setelah coba menghubungi Thomas berkali-kali dan ponselnya selalu dalam kondisi mati, rasa marah pun menguasainya. Serly memaki, "Thomas, dasar berengsek! Memang nggak ada pria yang baik di dunia ini."....Serly sudah mabuk berat. Dengan mata berkaca-kaca, dia membakar salinan perjanjian jaminan yang telah ditandatanganinya.Sambil menangis, Serly berbicara kepada bayangan Thomas, seolah-olah sedang meninggalkan pesan terakhir, "Aku salah menilaimu. Anggap saja ini sebagai uang untukmu di alam sana."Serly menutup wajahnya dan menangis keras. Air mata mengalir deras melalui sela-sela jarinya. Dalam keputusasaannya, dia berpikir untuk mencari Henley.Serly mengenakan pakaian terbaik yang masih dimilikinya, lalu menggunakan sisa uangnya untuk naik taksi ke rumah Henley.Namun saat Serly tiba, s
Rel kereta berlumuran darah. Tubuh Serly masih hangat, tetapi dia mulai kehilangan kesadaran. Salju jatuh ke bulu mata Serly yang panjang. Dia kedinginan.Serly tidak bisa melihat Henley lagi. Padahal Henley berada di depannya. Serly terus mengejar Henley, bahkan dia menikah dengan pria yang tidak dicintainya demi mendekati Henley.Namun, akhirnya Henley tidak membiarkan Serly hidup. Kenapa Serly begitu bodoh? Bisa-bisanya dia mencari Thomas dan berharap Henley akan membantunya! Henley tidak mungkin membantu Serly karena dia berharap Serly mati.Di kejauhan, mulai terdengar suara orang-orang dan ambulans. Akan tetap, Serly tidak mampu bertahan lagi.Pada saat-saat terakhir hidupnya, Serly berhalusinasi. Dia melihat Lukas yang memakai setelan jas putih berjalan ke arahnya. Lukas tetap tersenyum lembut saat memanggil Serly.Lukas mengulurkan tangannya dan berucap, "Serly, ikut aku. Kita pergi ke suatu tempat yang nggak ada penderitaan dan obsesi."Serly tidak rela pergi. Henley masih ber
Saat tahun baru, kediaman Keluarga Zaryan sangat ramai. Orang tua Henley juga merayakan tahun baru di Kota Brata. Mereka berencana kembali ke kampung halaman setelah Henley dan Ariel menikah. Ditambah dengan Gemma yang cantik, suasana keluarga mereka sangat harmonis.Paul dan Mary juga melihat berita. Mereka tahu Serly sudah meninggal. Sewaktu Henley pulang, mereka juga tidak menanyakan hal ini. Keduanya menganggap Serly terkena karma.Ketika makan bersama, tidak ada yang mengungkit tentang Serly. Mereka takut Gemma tahu. Pada malam hari, Gemma tiba-tiba menanyakan tentang Serly. Dia ingin tahu bagaimana Serly merayakan tahun baru.Mary tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Gemma. Ariel menggendong Gemma dan berkata, "Dia sudah pergi ke luar negeri."Gemma mengangguk dan tidak lanjut bertanya lagi. Ariel berpikir mungkin Henley akan menceritakannya kepada Gemma setelah dia dewasa. Henley tidak mungkin menceritakannya sekarang karena tidak ingin masalah ini memengaruhi masa kecil Gem
Andre yang linglung mulai berhalusinasi. Dia mendengar Ariel memanggilnya, "Andre, bangun. Aku ambilkan handuk dan air hangat untukmu. Kamu akan merasa lebih nyaman setelah aku menyeka tubuhmu."Andre juga mendengar Ariel bertanya, "Kenapa kamu begitu senang? Kamu juga nggak sesenang ini waktu perusahaan menghasilkan banyak keuntungan. Andre, apa kamu sangat senang menikahiku?"Andre mengernyit. Ternyata, Ariel juga memperlakukan Andre dengan lembut sewaktu mereka baru menikah. Dia merawat Andre dengan penuh perhatian, tetapi sekarang Ariel memberikan perhatiannya kepada Henley."Ari," panggil Andre. Angin dingin berembus, Andre menenggak anggur. Dia bersandar di mobil dengan lesu.Andre membutuhkan banyak tenaga untuk mengendalikan dirinya agar tidak terjatuh ke tanah. Ponsel Andre yang ada di dalam saku jaket terus berdering. Zafira yang meneleponnya.Andre tidak berniat menjawab panggilan telepon Zafira. Hari ini malam tahun baru, Zafira pasti ingin berbaikan dengan Andre. Namun, An
Jovan bisa membayangkan Andre pasti sangat membenci Zafira. Tentu saja, Jovan juga membenci wanita itu. Asap rokok yang mengepul tertiup angin.Jovan menatap Andre seraya memohon, "Satu jam yang lalu, Zafira sudah keluar. Nora masih ada di vila dan ini sudah tahun baru. Pak Andre, aku ingin melihat Nora. Aku janji nggak akan lama, hanya sebentar."Mata Jovan memerah. Dia mengeluarkan sebuah boneka dari saku jaketnya dengan hati-hati. Andre tahu merek boneka itu karena dulu Ariel pernah membelinya.Boneka sebesar 20 sentimeter pun seharga 400 ribu. Padahal, Jovan berpenghasilan pas-pasan. Namun, dia rela menghabiskan uang demi putri kesayangannya.Andre tidak memikirkan Zafira yang bersenang-senang dengan pria lain. Sebenarnya dia juga tidak peduli. Sekarang Andre hanya ingin memenjarakan Zafira dan dia membutuhkan Jovan untuk mewujudkan keinginannya.Setelah selesai mengisap rokoknya, Andre berucap, "Naik ke mobil."....Beberapa menit kemudian, Andre membawa Jovan ke lantai 2. Koridor