Dari belakang, terdengar suara Serly. "Aku mau jadi istrimu." Nada suaranya sangat lembut. Namun di telinga Henley, itu terdengar seperti suara iblis.Pria itu tidak menjawab, melainkan membuka jendela besar. Di luar adalah halaman yang tertutup salju. Angin serta salju segera masuk dan membuat Serly menggigil kedinginan.Serly akhirnya memanggil dengan kesal, "Henley!"Namun Henley tetap berdiri tegak, seolah udara dingin itu sama sekali tidak memengaruhinya. Dia berucap dengan nada dingin, "Aku cuma mau kamu tenangkan diri." Ada nada meremehkan dalam ucapannya.Serly tidak tahan diperlakukan seperti itu. Dia sontak berdiri sambil bertanya, "Kenapa nggak bisa? Gemma adalah anak yang kulahirkan dengan susah payah dan kamu begitu menyayanginya. Kalau kita bersama, Lukas pasti bakal senang di surga."Henley berbalik, lalu menatap wanita itu dengan dingin. Suaranya juga dingin ketika berucap, "Menyebut nama kakakku saja sudah mencoreng namanya! Dia adalah pria yang luar biasa.""Banyak wa
Serly berhasil menebak pemikiran Henley. Tanpa Ariel, pembicaraan ini memang tidak akan pernah terjadi.Henley pasti sudah membawa Gemma ke tempat yang tidak bisa dijangkau oleh Serly. Di tempat seperti itu, hak asuh Serly akan dicabut. Bahkan, hak untuk mengunjungi anak pun tidak akan ada.Namun karena adanya Ariel, sekarang keluarga dan kariernya ada di sini. Itu sebabnya, Henley setuju untuk berbicara dengan Serly. Hanya saja, sepertinya mereka tidak bisa menemukan titik temu.Di bawah lampu kristal yang terang, mata Henley menyiratkan kekejaman yang samar. Akan tetapi, Serly tidak menyadarinya.Serly terus menatapnya dengan penuh kekaguman. Wanita itu sama sekali tidak menyembunyikan rasa cintanya.Meskipun hatinya dingin, Henley sedikit melunak di luar. Dia memberi tahu Serly, "Sudah malam, kita bahas lagi lain kali."Meski enggan berpisah, Serly masih memiliki sedikit harga diri. Dia mengangguk dan membalas dengan anggun, "Oke, aku tunggu kabarmu."Henley menatapnya dengan pandan
Di kamar utama di lantai dua, Ariel duduk diam di sofa. Dia menatap keluar, ke malam yang gelap gulita. Tidak ada bintang dan bulan. Langit hanya gelap pekat seperti tinta.Ariel menatapnya cukup lama hingga mulai berlinang air mata. Saat itu, Henley datang dari dapur dengan segelas susu hangat.Pria itu berbicara dengan lembut, "Minumlah sesuatu yang hangat. Itu bisa membuatmu merasa lebih baik."Ariel menatap ke arah Henley. Bukannya menerima susu itu, dia malah langsung bertanya, "Apa kamu pernah tidur sama dia?" Ini adalah batasan Ariel.Henley tetap memegang gelas susu itu dengan jari-jari yang panjang dan indah. Matanya yang hitam menatap Ariel dengan tenang.Setelah beberapa saat, Henley menjawab dengan suara pelan, "Nggak, aku nggak pernah tidur sama dia."Kemudian, Henley meletakkan gelas susu itu di atas meja. Dia tahu bahwa Ariel tidak sedang berminat untuk minum. Jadi, dia duduk di sofa yang ada di hadapan Ariel.Dengan ekspresi tenang, Henley mulai menceritakan kisah masa
Setelah menutup telepon, pikiran Andre tetap tidak tenang untuk waktu yang lama. Angin malam terus berembus dan menggoyangkan ujung jubah mandinya yang putih, bahkan menampakkan beberapa helai rambut putih yang tumbuh akibat terlalu banyak pikiran.Andre bukan orang bodoh. Tentu saja, Ariel tidak akan sembarangan mengajukan permintaan seperti itu.Meskipun sangat membencinya, Ariel tetap rela untuk bekerja sama sebagai "orang tua" dari seorang anak. Itu pasti karena ibu dari anak itu telah kembali untuk merebut hak asuh.Mengenai Gemma ... Andre telah menyelidikinya. Dia sebenarnya bukanlah anak dari Henley, melainkan anak dari kakaknya yang sudah meninggal.Di malam musim dingin yang penuh salju, Andre menyalakan rokok dan perlahan mengisapnya. Sambil memikirkan tawaran Ariel, dia sadar bahwa ini sebenarnya adalah kesepakatan yang menguntungkan.Andre hanya perlu menjadi ayah biologis Gemma di mata hukum dan membantu Ariel mendapatkan hak asuh.Dengan begitu, Ariel akan berutang budi
Ekspresi Henley tidak berubah. Namun, siapa yang tahu bagaimana perasaan pria itu yang sesungguhnya?Henley terkesan lembut dan ramah. Namun, jika sifatnya memang seperti yang ditunjukkannya di luar, bagaimana mungkin kariernya bisa begitu sukses? Sesungguhnya, kekejamannya selalu mengintai dan siap keluar kapan saja.Rencana Ariel memang sangat bagus, tetapi kali ini Henley tidak ingin membiarkan Serly begitu saja. Saat itu, dia tidak menuntut tanggung jawab wanita itu.Kini, kembalinya Serly membawa ancaman bagi Ariel dan Gemma. Entah itu dendam baru atau dendam lama, Henley tidak berencana melepaskannya.Henley tidak langsung menjawab Serly, melainkan hanya berkata, "Siapa pun orang tua Gemma, itu bukan urusanmu! Dia anak orang lain, jadi kamu nggak bisa menuntut atau bahkan meminta tes DNA dengan Gemma."Ucapan Henley membuat kedua orang tuanya tertegun. Saat itu, mereka melihat Serly melahirkan Gemma dengan mata kepala mereka sendiri.Meskipun Henley membawa gadis kecil itu tingga
Paul masih sangat bersedih atas kematian putra sulungnya yang baik. Jadi, dia tentu juga menyimpan keluhan pada Serly.Serly bersikeras tidak mau pergi. Bagaimana dia bisa rela? Gemma adalah putri kandungnya dan Henley juga sangat menyukai anak-anak. Hanya tinggal selangkah lagi untuk menyukseskan rencananya.Henley pasti berbohong padanya. Mana mungkin Gemma adalah anak orang lain? Dia pasti menyusun skenario palsu untuk mengelabuinya.Serly yang tidak tahu malu mulai membuat keributan di depan kediaman. Hal ini memancing kejengkelan para pembantu. Ariel yang berada di aula bunga juga mendengarnya, lalu berjalan keluar.Ariel tidak perlu bersikap angkuh. Latar belakang keluarga dan penampilan menawan warisan orang tuanya telah memberinya keanggunan alami. Meskipun dia hanya mengenakan pakaian kasual, dia tetap terkesan berkelas.Ariel keluar dari serambi dan berdiri di puncak tangga. Sisa salju membasahi sepatu dan kaus kakinya, tetapi Ariel tidak peduli.Sambil menatap Serly, Ariel b
Serly akhirnya diusir pergi.Gemma bersandar ke dekapan Ariel, menempelkan wajah mungilnya ke tubuh wanita itu dan menghirup aroma tubuhnya. Meski belum pernah dipeluk ibu kandungnya, Gemma merasa seperti inilah seharusnya aroma seorang ibu. Tangan kecilnya memeluk Ariel erat-erat.Ariel mengelus kepala gadis kecil itu, lalu menyapa orang tua Henley, "Halo, Paman, Bibi."Orang tua Henley saling memandang. Paul masih bisa mempertahankan ketenangannya, tetapi Mary tidak kuasa menahan kegembiraan.Keluarga Zaryan akhirnya memiliki seseorang yang bisa mengalahkan Serly! Mary sudah menganggap Ariel sebagai menantu perempuannya. Makin lama melihatnya, dia makin suka.....Salju sudah berhenti. Matahari pagi bersinar menembus kabut tipis dan jatuh ke salju di tanah. Sinarnya yang cemerlang membuat dunia yang dingin seakan-akan diselimuti lapisan emas.Kediaman utama sangat ramai. Berhubung orang tua Henley datang berkunjung, Ariel sengaja libur kerja untuk menemani mereka. Setelah berpesan pa
Ariel benar-benar akan menikah!Pagi itu, Andre sama sekali tidak fokus bekerja. Dia terus memandangi foto pasangan yang membuatnya cemburu itu.Saat Zafira menelepon, Andre juga malas mengangkatnya. Berkat perjanjiannya dengan Ariel, dia sama sekali tidak perlu mengkhawatirkan Zafira. Dia hanya perlu menunggu Jovan keluar dan menangani Zafira.Pintu ruangan perlahan dibuka, lalu Silvia berjalan masuk. Tahu bahwa suasana hati Andre sedang buruk, dia berucap dengan hati-hati, "Pak Andre, Nona Serly ingin bertemu dengan Bapak."Nona Serly? Siapa itu? Andre sedang tidak ingin bertemu siapa pun saat ini. Namun, Silvia lalu menambahkan, "Dia bilang dia adalah kakak iparnya Henley."Kakak ipar bajingan itu? Berarti wanita itu ibu kandung Gemma? Andre mulai tertarik. Dia ingin bertemu wanita itu dan membandingkannya dengan Zafira, mungkin saja kedua wanita manipulatif itu memiliki kesamaan.Jadi, Andre pun berkata dengan datar, "Persilakan dia masuk."Serly datang dengan membawa harapannya. D