Di sisi lain, Zakki melihat ponselnya sambil tersenyum. Dia selalu mendapatkan apa pun yang diinginkan. Jadi, Annika juga akan menjadi miliknya.....Annika berjalan keluar setelah mengakhiri panggilan telepon. Shinta mengamati ekspresi Annika, lalu bertanya, "Kamu bertengkar dengan Zakki, ya?"Annika menggeleng, dia berbicara jujur, "Beberapa hari yang lalu kami memang bertengkar, tapi semalam sikapnya berubah setelah pulang. Bibi Shinta ... aku nggak bisa menebak pemikiran Zakki."Shinta kembali ke kamar, lalu keluar sambil membawa selembar tiket. Shinta mengusap tiket itu dan berucap, "Ini tiket masuk pameran lukisan ibumu sewaktu dia masih hidup. Annika, kalau kamu lagi gundah, pergi jalan-jalan. Nanti malam kamu baru pulang untuk makan, aku akan menyisakan pangsit untukmu."Annika mengambil tiket pameran lukisan ibunya dan terus mengusapnya. Waktu muda, ibunya sangat terkenal di ibu kota. Sayangnya, ibunya mati muda. Ratusan karya ibunya beredar di pasaran dan harga setiap lukisan
Langit senja sangat indah, Annika pulang ke apartemen Keluarga Chandra. Begitu membuka pintu, Annika mendengar suara Zakki yang berbicara dengan lembut, "Dulu saat sekolah di luar negeri, aku memperbaiki pipa air sendiri. Kalau baju kotor, besok pagi tinggal diganti setelah pulang. Bibi Shinta, sama sekali nggak repot."Untuk apa Zakki datang? Annika menutup pintu, lalu melepaskan sepatunya. Shinta mendengar suara di depan pintu, jadi dia memberi tahu Annika, "Zakki sudah datang selama 1 jam, kebetulan pipa air di dapur rusak, jadi Zakki yang memperbaikinya. Apa Zakki datang untuk menjemputmu?"Shinta juga kaget. Biasanya, Zakki tampak sangat arogan, mana mungkin dia pernah melakukan hal seperti ini? Sepertinya semua pria sama saja, kalau ada maunya, mereka pasti rela melakukan apa pun.Annika melepaskan jaketnya dan menyahut, "Malam ini aku tinggal di sini."Shinta yang merasa lega menimpali, "Oke, aku akan memasak dulu. Nanti bicara baik-baik waktu makan dan jangan buat ayahmu emosi.
Zakki memainkan surai panjang Annika dengan jari-jarinya yang ramping. Dia berkata dengan suara yang terdengar seksi, "Uangmu itu hasil bermain biola di tempat Jeremy, ya? Seberapa besar bayarannya, sih? Itu nggak bakal cukup kamu pakai."Annika menyandarkan kepalanya ke bahu Zakki tanpa berkomentar. Uang yang didapat Annika dari bermain biola mungkin memang tidak ada artinya di mata pria itu. Namun, bagi Annika uang itu adalah bukti keberanian dan kerja kerasnya. Meskipun Annika kembali ke sisi Zakki, mulai sekarang dia akan tetap berusaha mengandalkan dirinya sendiri. Annika tidak ingin menggantungkan hidupnya pada Zakki. Dia tidak ingin meminta uang lagi seusai mereka berhubungan intim.Tanpa diberi tahu, Zakki bisa membaca pemikiran Annika. Dia meraih wanita itu ke dalam dekapannya dan memeluknya untuk waktu yang lama.Annika meronta dengan tidak nyaman sambil beralasan bahwa dirinya ingin mandi. Namun, Zakki meraih tangan Annika dan menautkan jari-jari mereka. Dia mendekatkan waj
Zakki menyalakan lampu tidur, lalu duduk dan menatap Annika dalam-dalam. "Menurutmu gimana?" tanyanya balik.Annika tidak punya jawabannya. Zakki tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara berat, "Annika, aku belum pernah mencintai siapa pun, aku juga nggak tahu apa rasanya mencintai seseorang. Tapi, ini pertama kalinya aku memedulikan seorang wanita hingga melepas prinsipku. Aku memedulikanmu hingga mengejarmu ke sini dan memperbaiki pipa air."Zakki diam sejenak, baru melanjutkan, "Apa menurutmu aku cuma menginginkan teman tidur? Annika, kamu tahu sendiri, kalau tujuanku cuma itu, ada banyak wanita cantik yang bisa memuaskanku."Annika membalas, "Aku nggak akan melarangmu."Zakki tertawa kecil. Di bawah temaram lampu, dia terlihat tampan dan penuh pesona. Annika tahu, Zakki bahkan tidak perlu mengeluarkan uang jika ingin mencari wanita cantik sebagai teman tidur.Zakki menyentuh wajah mungil istrin dengan lembut seraya berkata, "Mungkin ini pengaruh usia, aku jadi menginginkan kehidu
Hari Jumat malam, Zakki kembali ke Kota Brata dan dijemput oleh Dania serta sopir di bandara. Setelah Zakki masuk mobil, Dania bertanya, "Pak Zakki, Anda mau pergi ke perusahaan atau pulang ke vila?"Zakki sangat lelah setelah pergi dalam perjalanan bisnis selama seminggu. Meski begitu, dia memijat dahinya seraya menjawab, "Bawa aku ke rumah keluarga Annika!"Dania merasa sendu mendengarnya. Tak berapa lama, dia bertanya dengan hati-hati, "Apa Anda ingin membawanya pulang? Kalian bertengkar?"Zakki mengernyit dan membalas, "Dania, kamu sudah melanggar batas."Dania langsung terdiam sambil meremas ujung roknya dengan kuat. Sebagai wanita, intuisinya sangat akurat. Dia bisa merasakan bahwa Zakki makin perhatian pada Annika. Beberapa hari yang lalu, Dania bahkan melihat foto Annika yang dibingkai di meja Zakki. Setelah tiga tahun berlalu, Zakki akhirnya menyukai Annika. Di tengah perjalanan menuju Kediaman Chandra, sopir menurunkan Dania. Sesampainya Zakki di Kediaman Chandra, langit sor
Setelah Annika kembali, wanita itu selalu diliputi perasaan enggan setiap kali berhubungan intim dengan Zakki. Mereka tidak pernah membahasnya terang-terangan, tetapi keduanya sama-sama mengetahui hal itu. Biarpun terkadang, Annika juga menikmatinya.Namun, malam ini jelas berbeda. Di bawah temaram lampu, Zakki memperlakukan Annika dengan sangat lembut. Seolah-olah setiap gerakannya dipertimbangkan dengan hati-hati agar tidak menyakiti dan membuat Annika risih. Dia bahkan bertanya dengan suara kecil apakah Annika sudah merasa nyaman.Annika hanya memeluk leher Zakki, tidak bersedia menjawabnya. Namun, reaksi tubuh wanita itu tidak bisa membohongi siapa pun. Malam ini mereka melakukan hubungan intim terindah selama tiga tahun pernikahan mereka. Keduanya benar-benar mencapai kepuasan puncak.Selesai bercinta, Annika pergi mandi. Zakki memakai kembali celana panjang dan kemejanya. Dia duduk di beranda sambil mengisap rokok. Angin malam sepoi-sepoi meniup rambut Zakki yang terpangkas rapi.
Pada akhirnya, Annika tetap memikirkan Zakki. Baru saja mereka berhubungan intim, pria itu mengatakan ingin mengurus sesuatu di perusahaan. Masalah apa yang perlu dia tangani hingga harus di kantor semalaman?Annika tidak ingin berspekulasi, tetapi dalam hati dia menduga Zakki pergi demi wanita lain. Sambil menyetrika pakaian, ucapan Zakki malam itu terlintas lagi di benaknya. Pria itu berjanji untuk tidak menemui Shilla lagi.Saat pikiran Annika sedang melayang ke mana-mana, terdengar suara langkah kaki di tangga. Sepertinya Zakki telah pulang. Zakki tampak sedikit kelelahan setelah pergi semalaman. Waktu pria itu memeluknya dari belakang, Annika samar-samar mencium bau disinfektan dari tubuhnya. Itu adalah bau unik dari rumah sakit.Di tengah pelukan lembut Zakki, Annika seolah-olah mendengar lonceng peringatan di benaknya. Zakki pergi ke rumah sakit dan menemui Shilla kemarin malam! Ironisnya, janji-janji manis Zakki itu belum seminggu umurnya.Annika tidak ingin menuntut penjelasan
Zakki menatap wajah Annika yang memasang ekspresi tenang. Di bawah sinar mentari sore, Wanita itu terlihat begitu cantik dan lembut Zakki tidak bisa menahan dorongan untuk membisikkan kata-kata vulgar di telinga istrinya. Jika mereka adalah pasangan suami istri biasa, berbisik-bisik vulgar seperti ini mungkin menyenangkan. Namun, Annika justru jijik mendengar ucapan Zakki.Ada pelayan yang mengawasi mereka di belakang Zakki. Annika lantas mengingatkan dengan suara pelan, "Zakki, sekarang sudah waktunya makan malam."Zakki menggamit pergelangan tangan Annika dan menuntunnya masuk. Dia memberi tahu sang istri bahwa menu makan malam hari ini adalah kepiting segar yang baru didatangkan sore ini. "Kamu paling suka makan kepiting, 'kan? Makanlah yang banyak nanti," ujar Zakki. Annika hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan.Saat makan malam, Annika tidak mengeluh ataupun menuntut penjelasan dari Zakki. Dia menemani pria itu bersandiwara sebagai pasangan bahagia. Waktu Zakki ingin bercinta di