Trevor permisi dari makan siang bersama orang tuanya.Dia beralasan sudah makan. Padahal dia hanya ingin menyantap makan siang yang disajikan Tamara.Itu membuat Darla kesal.Tapi di satu sisi dia juga lega apalagi sesaat sebelum pergi Trevor sempat mendeliknya tajam. Jika bukan karena dia sedang bersama ornag tua Trevor, pria itu pastilah sudah menghardiknya.Jadi, Darla membiarkan Trevor pergi dari sana, tidak mengikutinya. Dia menikmati makan siangnya bersama orang tua Trevor meskipun masakan Chef Fredericco terasa hambar.Darla menyantap sedikit saja.Selesai santap makan siang, Darla kembali ke paviliunnya.Saat itulah dia melihat dua kembar perempuan yang diduganya adalah anak Trevor dan Tamara.Darla pun merasa kesal.Gegas dia memanggil mereka. Niatnya adalah memarahi bocah-bocah itu agar di kemudian hari tidak berkeliaran di mansion ini lagi.Dia tidak mau Trevor melihat dan bertemu mereka berdua.
Pletak! Pletak!“Awww! Apa yang kau lakukan?!”Trevor berseru berang sambil menepis gagang sapu yang masih mengarah pada kepalanya.Seketika Tamara terperangah. Dia baru menyadari jika dia telah memukul kepala Trevor. ***“Aww! Yang benar! Pelan sedikit!” seru Trevor ketika Tamara menempelkan kain berisi es batu ke kepala Trevor yang memar.“Ini sudah pelan,” kata Tamara dengan datar. Seolah dia tidak merasakan sama sekali sakitnya yang dirasa Trevor ketika gagang sapu mengenai keningnya.Ya ... memang Tamara tidak merasakan sakit itu.Mau bagaimanna lagi?“Sudah cukup?” tanya Tamara setelah mendinginkan memar di kulit Trevor selama beberapa saat.“Belum! Terus kompres di sana!” perintah Trevor yang menurut Tamara, pria itu sengaja mengulur waktu.Tamara pun tetap mengompres memar Trevor dalam diamnya.“Geser sini dikit!” ucap Trevor dengan nada yang lebih lembut sambil tangannya menarik tangan Tamara untuk menggeser.Namun, setelahnya, Trevor tidak kunjung melepaskan tang
Tamara tidak membantah lagi.Dia merasa energinya begitu sayang jika dipakai untuk melakukan perbuatan yang sia-sia, yang hanya akan menguras energi tapi tidak mendapatkan hasil.Dia menyanggupi perintah Lady El untuk menuang obat ke minuman Signor Trevor.Diambilnya satu botol obat itu dari tangan Lady El dan Tamara pun melewati wanita itu untuk pergi ke dapur.Di sana pun ternyata Betty baru selesai menyambut telepon dari Trevor.“Signor menyurumu membuat makan malam untuknya. Dan dia minta dibuatkan dua porsi dan kau harus mengantarnya ke sana sendirian.”Tamara mengangguk tanpa kata.Benaknya terisi penuh dengan perintah dari Lady El.Menuangkan cairan obat ke minuman Signor Trevor.Harusnya tidak sulit untuk dilakukan, apalagi dari keterangan wanita itu tadi bahwa obat ini tidak berasa dan tidak berbau.Seharusnya Trevor tidak akan mengetahuinya.Karena itu juga Tamara menyanggupi.L
Trevor tampak memutar gelas kristal berisi white wine dengan pelan. Dia juga menghirup aromanya terlebih dahulu barulah pinggiran gelas didekatkan ke bibir.“Kau ... tidak minum?” tanyanya begitu gelas nyaris menyentuh bibir.Pandangan mereka beradu saat itu juga.“Eh? Su- sudah. Aku sudah minum.”Tamara benar-benar amatir dalam hal menjebak seseorang. Belum apa-apa dia sudah gugup.“Sudah minum?” Trevor jadi heran.Sedari tadi dia belum melihat Tamara meminum wine di gelasnya.Wanita ini ... pastilah sedang tidak fokus. Apa yang ditanya, lain lagi yang dijawab.Ketika Tamara mengangguk lagi atas pertanyaannya, Trevor berkata dengan sedikit penekanan, “Itu wine-mu. Kau belum meminumnya sama sekali.”Tamara terlihat bingung lagi. Dipandanginya gelasnya dan dia seperti baru menyadari apa yang dimaksud Trevor.Pria itu sudah berkata lagi padanya, “Ayo kita bersulang.”Trevor sambil mengarahkan gelasnya ke arah Tamara.Aduh ... pakai bersulang segala!Terpaksa Tamara pun mengangkat gelas
“APA YANG KAU BERIKAN PADANYA? HAH?!” tuduh Darla pada Tamara dalam teriakan hebat.Tamara tak mengerti sehingga dia hanya menggelengkan kepalanya. Wajah Darla berlinangan air mata menatap sang suami yang kini ada dalam pelukannya.Ditepuknya wajah Trevor sambil berkata, “Sayang, sayang, bangunlah! Apa yang kau minum? Kenapa kau tiba-tiba terkapar?”Tentu saja Trevor tidak bergerak dan tidak bisa menjawab.Darla semakin kalut. “Sayaaaang! SAYANG! JANGAN TINGGALKAN AKUUUU! Kita bahkan belum menyatu!” tangis Darla semakin menjadi-jadi.Sedangkan Tamara merasakan telapak kakinya dipaku di lantai.Sekali lagi, tatapan nyalang Darla terhunus pada Tamara.“APA YANG KAU LAKUKAN PADA SUAMIKU? APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?!”Tamara menggeleng dengan wajah yang dia yakin sudah terlihat begitu pucat.“JAWAB!” bentak Darla lagi.“Tidak- aku hanya memberikan obat yang kau minta aku tuangkan ke minumannya. Aku tidak melakukan apa-apa lagi!” Tamara semakin ketakutan.Air matanya mengalir keluar me
Tamara masih memandangi Signor Trevor yang kini sudah berhasil mereka rebahkan di ranjang.Samar-samar, dia bisa melihat dada pria itu naik turun, meskipun tidak terlalu kentara.“Aku rasa lebih baik kita bawa Signor ke rumah sakit. Dia masih hidup. Napasnya masih ada,” kata Tamara berusaha membujuk Lady El.Mendengar itu, Lady El merasa kesal. Dia tak senang Tamara perhatian pada suaminya. Memedulikan suaminya.“Apa kau menyukai suamiku? Ada rasa dengan suamiku?” tanya Lady El dengan wajah yang tiba-tiba terbakar amarah.“Ha? Tidak!”“Kalau tidak, kenapa kau begitu peduli padanya saat ini?”Tamara berpikir keras.Biar bagaimana pun kejadian ini adalah hasil kerjanya. Dia yang menuang obat itu di minuman Signor Trevor.Jika dia tidak berusaha menyelamatkan pria itu, dialah yang akan paling salah jika sampai terjadi sesuatu pada pria itu.Lady El bisa menyangkal keter
“Mommy! Mommy! Mommy sudah pulang!”Pekikan lucu terdengar dari balkon depan kamar Tamara dan dalam sekejap Thea dan Tilly sudah berlarian turun dan melewati pintu depan.Detik berikutnya, pinggang Tamara telah dipeluk kencang oleh dua gadis kecil itu.“Mommy! Kenapa mommy lama sekali?” seru Thea sambil membenamkan wajahnya di perut Tamara.“Iya, nih. Mommy lembur hari ini. Maaf, ya.” Tamara mengusap kepala Thea dan Tilly dengan satu tangannya, mencoba mencari penyalur keresahan hatinya atas kejadian tadi.“Tidak apa-apa, Mommy. Kami hanya kangen saja.”Maureen tersenyum. “Ayo, masuk. Sudah malam. Kalian sudah makan?”“Sudah, Mommy. Mommy sudah makan belum?”“Belum nih. Mommy tadi sibuk.”Mendengar mommynya lagi-lagi pulang malam dan belum makan, sontak Thea dan Tilly langsung melotot dan berkacak pinggang. “Mommy belum makan?!!!”“Eh? Iy- iya. Mommy hanya belum lapar tadi.”“Bohong! Mommy pasti disuruh kerja rodi sama bibi jutek kan?”“Tid- tidak, kok, Thea. Mommy kan tidak bekerja p
“Thea, lihat ini! Ada banyak game di HP ini. Ayo kita main!” ajak Tilly sambil menunjukkan layar ponsel.Berdua mereka memandangi ponsel dengan takjub dan mulai memainkan game-game kecil yang ada di sana.Tak terasa menit demi menit berlalu dan bahkan Travish pun sudah ikut melihat mereka dari belakang.Setelah mencoba beberapa game, mereka mulai bosan.“Aku mau tidur! Simpan kembali HP itu, sebelum rusak dan Mommy jadi dimarah paman menyeramkan!” titah Travish sebelum dia membalik tubuhnya untuk masuk ke dalam kamarnya.Tilly dan Thea yang masih asyik mengutak atik HP tidak menyahuti ucapan Travish sama sekali.Geram rasa di dada Travish. Dia paling kesal kalau ucapannya tidak didengar sedikit pun.“Kalian dengar tidak?!” tanyanya lagi dengan nada lebih tinggi.Karena suara itu mulai meninggi, dua bocah itu menyahut juga. “Iya, iya!”Tapi tidak ada kepala satu pun yang menoleh dari layar HP.Travish
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini