Tamara masih memandangi Signor Trevor yang kini sudah berhasil mereka rebahkan di ranjang.Samar-samar, dia bisa melihat dada pria itu naik turun, meskipun tidak terlalu kentara.“Aku rasa lebih baik kita bawa Signor ke rumah sakit. Dia masih hidup. Napasnya masih ada,” kata Tamara berusaha membujuk Lady El.Mendengar itu, Lady El merasa kesal. Dia tak senang Tamara perhatian pada suaminya. Memedulikan suaminya.“Apa kau menyukai suamiku? Ada rasa dengan suamiku?” tanya Lady El dengan wajah yang tiba-tiba terbakar amarah.“Ha? Tidak!”“Kalau tidak, kenapa kau begitu peduli padanya saat ini?”Tamara berpikir keras.Biar bagaimana pun kejadian ini adalah hasil kerjanya. Dia yang menuang obat itu di minuman Signor Trevor.Jika dia tidak berusaha menyelamatkan pria itu, dialah yang akan paling salah jika sampai terjadi sesuatu pada pria itu.Lady El bisa menyangkal keter
“Mommy! Mommy! Mommy sudah pulang!”Pekikan lucu terdengar dari balkon depan kamar Tamara dan dalam sekejap Thea dan Tilly sudah berlarian turun dan melewati pintu depan.Detik berikutnya, pinggang Tamara telah dipeluk kencang oleh dua gadis kecil itu.“Mommy! Kenapa mommy lama sekali?” seru Thea sambil membenamkan wajahnya di perut Tamara.“Iya, nih. Mommy lembur hari ini. Maaf, ya.” Tamara mengusap kepala Thea dan Tilly dengan satu tangannya, mencoba mencari penyalur keresahan hatinya atas kejadian tadi.“Tidak apa-apa, Mommy. Kami hanya kangen saja.”Maureen tersenyum. “Ayo, masuk. Sudah malam. Kalian sudah makan?”“Sudah, Mommy. Mommy sudah makan belum?”“Belum nih. Mommy tadi sibuk.”Mendengar mommynya lagi-lagi pulang malam dan belum makan, sontak Thea dan Tilly langsung melotot dan berkacak pinggang. “Mommy belum makan?!!!”“Eh? Iy- iya. Mommy hanya belum lapar tadi.”“Bohong! Mommy pasti disuruh kerja rodi sama bibi jutek kan?”“Tid- tidak, kok, Thea. Mommy kan tidak bekerja p
“Thea, lihat ini! Ada banyak game di HP ini. Ayo kita main!” ajak Tilly sambil menunjukkan layar ponsel.Berdua mereka memandangi ponsel dengan takjub dan mulai memainkan game-game kecil yang ada di sana.Tak terasa menit demi menit berlalu dan bahkan Travish pun sudah ikut melihat mereka dari belakang.Setelah mencoba beberapa game, mereka mulai bosan.“Aku mau tidur! Simpan kembali HP itu, sebelum rusak dan Mommy jadi dimarah paman menyeramkan!” titah Travish sebelum dia membalik tubuhnya untuk masuk ke dalam kamarnya.Tilly dan Thea yang masih asyik mengutak atik HP tidak menyahuti ucapan Travish sama sekali.Geram rasa di dada Travish. Dia paling kesal kalau ucapannya tidak didengar sedikit pun.“Kalian dengar tidak?!” tanyanya lagi dengan nada lebih tinggi.Karena suara itu mulai meninggi, dua bocah itu menyahut juga. “Iya, iya!”Tapi tidak ada kepala satu pun yang menoleh dari layar HP.Travish
“Selamat pagi, Suamiku,” sapa Darla mendayu ketika dia pun akhirnya membuka mata dan melihat suaminya sudah bangun dan duduk di tempat tidur.Mendengar sapaan itu, Trevor yang sedang menelaah rasa marahnya pada perbuatan Tamara langsung mendelik tajam pada Darla.“Kau masih berani menyapaku begitu? Bangun dan pergi dari sini!”Darla terperangah. Setelah dia merancang semua adegan pagi ini, Trevor malah semakin marah padanya?Apanya yang salah?Setidaknya Trevor harusnya bertanya padanya, apa yang telah terjadi. Dengan begitu dia bisa menjelaskan pada pria itu bahwa mereka menghabiskan malam panas semalam.Harusnya seperti itu.Tapi Trevor tidak bertanya melainkan langsung mengusirnya. Apa sih yang salah?“Pergi?” tanya Darla akhirnya. “Tapi kenapa? Semalam baru saja kau mengatakan kau mencintaiku juga. Aku baru saja mereguk kebahagiaan setelah beberapa bulan bersamamu kau selalu dingin.Semalam, akhirnya kau memperlakukanku dengan manis dan hangat. Kenapa sekarang kau marah lagi?”Tre
Suara datar dan rendah Signor Trevor saat di telepon tadi membuat Tamara mengira semuanya baik-baik saja. Pria itu mungkin tidak mengingat tentang obat tidur yang terminumnya.Karena itulah, langkah kaki Tamara pun ringan tanpa beban, menuju paviliun Trevor.Begitu pintu utama dibuka dan Tamara melangkahkan kaki melewati pintu, tiba-tiba saja jantung Tamara berdetak kencang dan penuh kewaspadaan.Tamara sampai memegangi dadanya. Ada apa ini?Masalahnya, suasana di dalam paviliun begitu sepi dan sunyi. Seperti tidak ada jejak kehadiran seorang pun di sana.Bukankah seharusnya ada Darla?“Halo, Signor!” sapa Tamara dengan teriakan sedang berharap si penghuni rumah menampakkan dirinya.Namun, tidak ada jawaban dari Signor Trevor.Tamara melangkah pelan dan terus melangkah masuk.Dia berteriak lagi, kali ini sedikit lebih kuat. “Signor!”Trevor bukannya muncul di hadapannya, malahan Bruno yang tiba-tiba muncul dari arah pintu utama.“Tamara!” sapa pria itu dengan ramah.“Bruno! Selamat pa
Tamara mengambil apel dari tangan Trevor, lalu melangkah perlahan menuju pohon yang ditunjuk.Benaknya sibuk bertanya-tanya, kenapa dia disuruh ke pohon itu? Ada apa?Saat kakinya tiba di dekat pohon itu, Tamara memutar tubuh untuk menghadap Trevor.Pria itu tetap di tempatnya, tidak bergeser sedikit pun.Dia sedang berdiri tegak dengan dua tangannya melesak dalam saku. Pandangannya begitu dingin menjelajah wajah Tamara.Sekejap saja, Tamara seperti merasakan firasat yang tidak enak. Degup jantungnya yang sedari tadi tidak beraturan kini dia rasakan lagi.Apa sebenarnya yang membuatnya gugup? Kenapa rasanya segelisah ini?Lalu suara Trevor bergema lagi, “Berdiri dengan punggungmu menempel di batang pohon!”Meski dia terlihat tenang dan nada suaranya tidaklah meninggi marah, tapi Tamara bisa merasakan bahwa Trevor seperti hendak mengulitinya.Apa salahnya? Sepertinya pria itu murka padanya.Jangan-jangan ini mengenai obat yang dituangnya kemarin.Astaga! Harusnya dia tahu dari awal.Da
Trevor tahu pelurunya tidak mengenai Tamara.Seharusnya tidak.Tapi ... entah kenapa dia gugup dan takut ketika melihat tubuh Tamara terjatuh ke tanah.Sampai-sampai pria itu pun mendekati tubuh Tamara dengan langkah perlahan.Sepasang matanya tak lepas dari melihat adakah pergerakan jari Tamara atau apa saja anggota tubuh wanita itu sebagai pertanda bahwa dia masih hidup.Ketika semakin dekat, Trevor melihat tidak ada darah di sana.Dia pun menghela napas lega.Langkahnya dipercepat mendekati tubuh Tamara, hingga dia bisa melihat wajah wanita itu.Wajah pucat Tamara pun menghias pandangan matanya. Dengan susah payah dia mengangkat jari untuk merapikan rambut Tamara yang menutupi wajah.Ternyata jarinya pun gemetar tanpa dia sadari.Jari itu pun menjelajah ke leher Tamara untuk mencari denyut nadi wanita itu.Ketika dia bisa merasakan nadi di leher wanita itu masih berdenyut, Trevor menghela napas lega nya lagi. ***Darla begitu marah. Setelah dia bersusah payah mengetahui
‘Ayo, cepatlah sadar!’ Trevor berucap dalam hatinya dengan tatapan matanya yang tak lepas dari Tamara.Sekalipun Tamara sedang terpejam, entah kenapa Trevor merasa wajah itu tidaklah damai seperti seharusnya saat seseorang sedang tidur.Raut wajah Tamara saat ini, begitu tertekan.‘Sepertinya itu hanya perasaanku saja. Tidak mungkin orang tak sadar bisa menunjukkan ketertekanan batinnya. Lagipula, memangnya aku telah membuatnya tertekan?’Saat ini, Trevor terus menyangkal rasa yang menggerayanginya dari dalam hati, sekuat tenaganya.Apa yang dia lakukan hanyalah imbas dari obat tidur yang dibubuhkan Tamara.Jika Tamara tidak membubuhkan obat itu, dia tidak mungkin melakukan ini.Jadi, Trevor sedang membenarkan dirinya bahwa karena Tamara salah, maka tindakannya ini tidak seharusnya membuat tekanan bagi Tamara.Namun, setiap dia melihat kondisi Tamara, secercah rasa bersalah akhirnya menyelinap di hati Trevor.Tapi tetap saja itu hanya secuil belaka. Masih belum cukup untuk membuat Tre
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini