Tamara mengambil apel dari tangan Trevor, lalu melangkah perlahan menuju pohon yang ditunjuk.Benaknya sibuk bertanya-tanya, kenapa dia disuruh ke pohon itu? Ada apa?Saat kakinya tiba di dekat pohon itu, Tamara memutar tubuh untuk menghadap Trevor.Pria itu tetap di tempatnya, tidak bergeser sedikit pun.Dia sedang berdiri tegak dengan dua tangannya melesak dalam saku. Pandangannya begitu dingin menjelajah wajah Tamara.Sekejap saja, Tamara seperti merasakan firasat yang tidak enak. Degup jantungnya yang sedari tadi tidak beraturan kini dia rasakan lagi.Apa sebenarnya yang membuatnya gugup? Kenapa rasanya segelisah ini?Lalu suara Trevor bergema lagi, “Berdiri dengan punggungmu menempel di batang pohon!”Meski dia terlihat tenang dan nada suaranya tidaklah meninggi marah, tapi Tamara bisa merasakan bahwa Trevor seperti hendak mengulitinya.Apa salahnya? Sepertinya pria itu murka padanya.Jangan-jangan ini mengenai obat yang dituangnya kemarin.Astaga! Harusnya dia tahu dari awal.Da
Trevor tahu pelurunya tidak mengenai Tamara.Seharusnya tidak.Tapi ... entah kenapa dia gugup dan takut ketika melihat tubuh Tamara terjatuh ke tanah.Sampai-sampai pria itu pun mendekati tubuh Tamara dengan langkah perlahan.Sepasang matanya tak lepas dari melihat adakah pergerakan jari Tamara atau apa saja anggota tubuh wanita itu sebagai pertanda bahwa dia masih hidup.Ketika semakin dekat, Trevor melihat tidak ada darah di sana.Dia pun menghela napas lega.Langkahnya dipercepat mendekati tubuh Tamara, hingga dia bisa melihat wajah wanita itu.Wajah pucat Tamara pun menghias pandangan matanya. Dengan susah payah dia mengangkat jari untuk merapikan rambut Tamara yang menutupi wajah.Ternyata jarinya pun gemetar tanpa dia sadari.Jari itu pun menjelajah ke leher Tamara untuk mencari denyut nadi wanita itu.Ketika dia bisa merasakan nadi di leher wanita itu masih berdenyut, Trevor menghela napas lega nya lagi. ***Darla begitu marah. Setelah dia bersusah payah mengetahui
‘Ayo, cepatlah sadar!’ Trevor berucap dalam hatinya dengan tatapan matanya yang tak lepas dari Tamara.Sekalipun Tamara sedang terpejam, entah kenapa Trevor merasa wajah itu tidaklah damai seperti seharusnya saat seseorang sedang tidur.Raut wajah Tamara saat ini, begitu tertekan.‘Sepertinya itu hanya perasaanku saja. Tidak mungkin orang tak sadar bisa menunjukkan ketertekanan batinnya. Lagipula, memangnya aku telah membuatnya tertekan?’Saat ini, Trevor terus menyangkal rasa yang menggerayanginya dari dalam hati, sekuat tenaganya.Apa yang dia lakukan hanyalah imbas dari obat tidur yang dibubuhkan Tamara.Jika Tamara tidak membubuhkan obat itu, dia tidak mungkin melakukan ini.Jadi, Trevor sedang membenarkan dirinya bahwa karena Tamara salah, maka tindakannya ini tidak seharusnya membuat tekanan bagi Tamara.Namun, setiap dia melihat kondisi Tamara, secercah rasa bersalah akhirnya menyelinap di hati Trevor.Tapi tetap saja itu hanya secuil belaka. Masih belum cukup untuk membuat Tre
“Mommy! mommy! Itu mommy sudah pulang!”Seruan Thea dan Tilly menyambut kedatangan Tamara, seperti biasanya.“Mommy tumben sudah pulang sebelum jam makan siang. Apa kah paman menyeram-”“Ssstt!” Tamara sontak menaruh telunjuknya di bibir.“Sapa dulu Bibi Betty,” kata Tamara mengalihkan pembicaraan, berharap Betty tidak mendengar ucapan Tilly tentang Trevor.Bahwa mereka memanggil boss nya itu dengan sebutan ‘paman menyeramkan.’Dua bocah perempuan itu dengan segera menuruti mommy mereka.Kepala itu menoleh pada Betty dan segera senyum yang lebih manis dari madu pun menghias di dua wajah yang sama persis itu.“Halo, Bibi Betty. Senang bertemu Bibi lagi,” sapa Tilly dan Thea berbarengan.Di pojok pekarangan, Travish yang berada di atas sepedanya, memandangi wajah dua adik kembarnya itu.Dia mendengus dalam hatinya. Mudah sekali dua adiknya itu tersenyum manis. Mudah sekali mereka berdua bersikap semenggemaskan itu. Padahal aslinya ... urgh! Tak ada kata yang sanggup mewakili gambaran as
“Halo!” ujar suara di ujung sana lagi, dengan nada tidak bersahabat.Nyali yang mendiami diri Tilly mendadak ciut.“Ak- aku ... aku ...” takut dengan suara bariton yang tak bersahabat itu, Tilly langsung mematikan panggilan masuk itu.“Kenapa kau matikan?” tanya Thea menatap Tilly dengan heran.“Sepertinya itu suara paman menyeramkan. Tapi, paman menyeramkan terdengar marah. Mungkin karena kita yang menjawab panggilannya.”“Oh, lalu bagaimana? Kita harus cepat kembalikan pada mommy!”Baru saja memutuskan seperti itu, ponselnya sudah bergetar lagi. Tilly dan Thea saling berpandangan.Tepat saat itu, wajah Travish muncul dari balik pintu.“Apa yang kalian lakukan? Kenapa lamban sekali?” Travish bertanya, dengan wajah kesalnya.Baru juga mau menjawab Travish, Tilly merasakan ponsel di tangannya itu kembali bergetar-getar.Nyalinya kembali cemas mengingat nada tak bersahabat si paman menyeramkan. Dia pun spontan melempar ponsel itu pada Travish.“Kenapa kau lempar padaku?” tanya Travish ma
"Panggilkan saja Ibu-mu!" titah Trevor pada akhirnya.Dia tak tahan lagi bicara pada Travish. Semakin dia bicara, semakin dia merasa takjub sekaligus kesal secara bersamaan.Dan semua itu tidak bisa dia lampiaskan.Di luar dugaannya, Travish masih saja berkeras. “Sudah kubilang tadi kan, Paman, ibuku sedang istirahat. Dia cape dengan beban pekerjaan yang paman berikan.”“Kau!” seru Trevor lagi di ujung sana dengan kepala yang sudah berdenyut-denyut dan kedua tangannya mengepal erat menahan emosi di puncak kepala.Sepanjang hidupnya, baru kali ini dia mempekerjakan seseorang tapi merasa tak memiliki hak untuk memerintah orang yang dia pekerjakan itu.Jika dipikir-pikir, untuk apa dia mempekerjakannya?Di satu sisi, yang mengatakan ini semua hanyalah seorang bocah berusia 5 tahun. Seharusnya ucapan bocah berumur 5 tahun seperti itu tidak dia permasalahkan.“Ya, sudahlah. Nanti akan kutelpon lagi ibum
Dua jam berikutnya, mereka tiba di pusat perbelanjaan yang diminta Tamara.Driver memarkir mobil di tempat parkir di lantai yang diminta Tamara. Wanita itu sengaja meminta lantai atas, untuk parkir.Alasannya, toko yang hendak dia datangi ada di lantai tersebut.Turun dari mobil, Tamara tidak menyuruh driver pulang. Dia tidak ingin ada kecurigaan. Dia hanya menyuruh driver menunggu, sementara mereka masuk ke dalam mall untuk berbelanja.Itu yang dia katakan pada driver.Tapi begitu mereka masuk ke dalam mall, Tamara dengan cepat mengarahkan langkah kaki keluarga kecilnya itu menuju pintu depan mall.Dari sana, dia memanggil taxi dan sekejap saja mereka sudah berada di dalam taxi dan Tamara meminta taxi berkeliling untuk mencari penginapan bagi mereka. ***Trevor akhirnya tidak jadi pergi ke mana-mana lagi. Dia tetap di mansion, di paviliun rahasianya.Dia tidak jadi kembali ke kasinonya lagi karena sudah bertekad akan menelpon Tamara lagi dua jam kemudian.Maksudnya Trevor
Selagi Trevor menunggu Tamara beristirahat, Lorenzo memesankan makanan untuknya pada Chef Fredericco.Tiga menu disajikan Cheff Fedderico malam ini untuk Trevor. Tiga menu favoritnya selama ini.Tapi, setelah dia menikmati setengah, Trevor sudah merasa kenyang.Rasanya sangat tidak memuaskan. Dia merasa ada yang kurang dari makan malamnya kali ini.‘Sepertinya aku sudah terbiasa dengan masakan Tamara,’ batin pria itu dengan rasa hati yang aneh, tapi juga kesal.Kenapa dia jadi bergantung pada Tamara seperti ini? Ini tentu tidak boleh dibiarkan.Selama ini justru dia mampu membuat segala sesuatunya berada dalam genggaman tangannya.Dan satu hal yang tidak boleh terjadi adalah dirinya menjadi sosok yang mampu dikendalikan oleh orang lain.Tapi kenyataannya ... baru makanan saja Trevor sudah terbuai.Dia tak lagi merasakan nikmat dari hasil masakan chef Fedderico yang sudah puluhan tahun bekerja untuk keluarganya.
Lorenzo diam di ujung sana. Trevor mengira dia berpikir, tapi tiba-tiba saja suara tawa pria itu terdengar.“Hahhahaha, kau ingin memberikan sesuatu pada wanita yang kau sukai? Hei, bagaimana istrimu? Dia sepertinya cukup setia. Dia juga cantik dan seksi. Kenapa kau mau meninggalkannya?”“Diamlah! Berikan saja jawabanmu.”“Oke, baik, baik. Hmm, biasanya wanita itu suka yang memikat hati. Merkea suka juga barang mahal, tapi jika masih pendekatan kau langsung memberikan barang mahal, mereka akan tersinggung. Eh, tapi tidak berlaku pada para gold digger.Jika wanita itu gold digger, dia akan langsung senang diberikan barang mewah.Tapi jika bukan, mereka akan senang pada sesuatu yang sederhana tapi memiliki makna mendalam.”Trevor pening mendengar penjelasan Lorenzo. Barang apa itu yang sederhana tapi memiliki makna mendalam.“Bisa kau beritahukan saja nama barangnya, daripada kau memberikan penjelasan panjang lebar?”“Oh, kau tidak bisa menebak barang seperti apa yang disukai para wanit
Trevor teringat akan Lady El yang menolak menandatangani surat perceraian.Kemarahannya pun menggelegar dalam dada.Dan saat ini, ketika dia memikirkan apa yang bisa meluluhkan hati Tamara, Trevor memiliki rencana untuk membuat Lady El kesal padanya.Ini semacam rencana balas dendam pada Lady El karena tak bersedia diceraikan.Dia akan membuat wanita itu muak padanya dan memohon perceraian dengan sendirinya.Setelah Laurensia tak bersedia membantunya, Trevor menekan nomor Lady El.Sejak pernikahan mereka, ini pertama kalinya Trevor menghubungi Lady El.Di tempatnya, wanita itu menatap layar ponsel dengan pandangan tak percaya.Trevor suaminya yang menelpon?Gegas jari lentiknya menggeser tombol hijau.“Ya, Suamiku, ada apa?” sahutnya dengan suara lembut seakan hendak menunjukkan bahwa dia akan melupakan apapun yang pernah Trevor lakukan padanya selama pria itu masih bersedia menghubunginya, menemuinya, dan mempertahankan pernikahan mereka.Mendengar itu, Trevor merasakan perutnya berg
Setelah kepergian Trevor, Thea dan Tilly masih memandangi tumpukan pakaian yang berjejer di sofa di hadapan mereka.Tatapan yang tadinya menahan diri, kini berubah menjadi berbinar takjub.“Mommy ... baju-baju ini bagus sekali! Apalagi sepatu ini, bagus sekali, Mommy! Harganya pasti sangat mahal.Ayo, mommy kita simpan saja mumpung paman jahat sedang pergi. Kalau harus membeli ini semua, berapa uang yang perlu mommy keluarkan.”Tilly berseru takjub tak lagi menutup-nutupi kekagumannya.Mendengar itu, Thea pun ikut memandang barang-barang itu dengan keinginannya yang tak terbendung lagi.“Benar, Mommy! Kita cepat simpan yang kita mau. Aku mau yang ini, kau mau yang mana, Tilly? Dan kau Travish?”Tamara yang mendengarnya merasakan hatinya teriris. Anak-anaknya seperti sangat memahami kondisi keuangannya. Selama ini mereka tidak pernah meminta barang-barang mahal.Setiap kali mereka membutuhkan sesuatu, mereka akan bertanya dulu, seperti:“Mommy, kalau harga tas sekolah berapa ya?”“Momm
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme